Kamar

1.1K 86 13
                                    

Rasi mengernyit ketika motor Raka berhenti tepat di depan toko bangunan. Mau tak mau, Rasi harus turun dari motor ninja itu. Rasi mengikuti langkah besar Raka yang menuju rak yang di atasnya tersusun rapi cat.

"Mau ngapain sih?" Rasi menatap jengkel Raka. Tapi tampaknya Raka tidak peduli dengan tatapan jengkel Rasi.

Raka membawa beberapa cat dan kuas. Cat berwarna hitam, putih, kuning dan, biru yang berukuran kecil. Tapi tampaknya Raka terlihat kerepotan, sebelum akhirnya tangan Rasi membawa beberapa cat dari tangan Raka. Beberapa kuaspun mereka bawa dari rak paling ujung.

Setelah membawanya ke kasir dan membayarnya, Raka masih diam. Meyodorkan keresek besar berisi cat tadi ke tangan Rasi. Lagi-lagi, Rasi mendengus jengkel dan membawa keresek itu dengan terpaksa.

"Naik," Raka menyalakan mesin motornya.

*

"Ini ruangan kosong. Dari pada gak kepake, mending gue lukis aja temboknya" Raka sudah siap dengan kuas dan cat berwarna hitam di tangannya.

"Emang lo bisa ngelukis?" Rasi mengikat rambutnya.

"Gak"

Raka mulai memoles tembok yang berlatar putih itu dengan cat berwarna hitam. Lalu membiarkan sebagiannya tak tercat memberikan kesan seperti awan kelabu. Raka membawa tiga kuas kecil sekaligus. Masing-masing kuas untuk warna biru, kuning dan putih.

Dengan gerakan kilat, Raka menciprat-cipratkan tiga kuas itu tepat di tengah-tengah dinding bagian atas. Cipratan itu membuat kesan titik-titik yang abstrak. Raka terus mengulanginya sampai membuat lingkaran besar dengan tiga warna yang berbentuk dasar seperti titik-titik itu. Raka berjalan mundur dan melihat hasilnya.

"Black Hole?" Rasi yang sedari tadi diam kini menatap apa yang sudah Raka kerjakan. Sedangkan Raka hanya menatap Rasi sekilas.

Raka kembali mendekati dinding itu. Kali ini ditangannya terdapat kuas degan cat berwarna kuning saja. Dia beranjak ke ujung dinding sebelah kanan. Lalu mulai mencorat-coret dinding itu. Semakin lama semakin jelas apa yang Raka lukis. Dia melukis beberapa bintang. Begitupun dengan ujung dinding sebelah kiri. Warna kuning itu terlihat berkilau. Apalagi, sekarang diterpa mentari senja dari arah jendela.

Raka menyimpan kuas di tempatnya. Dia beranjak ke meja yang berada di dekat pintu dan membawa secangkir susu coklat buatan Bi Suci tadi. Raka meminumnya sampai habis. Lantas, dia kembali membawa kuas yang kali ini catnya berwarna biru tua. Dia mendekarkan kuas itu ke dinding bagian bawah tepat di bawah black hole. Raka mulai mencoret dinding itu kembali. Raut wajah Raka terlihat serius. Keringat dipelipisnya mengalir dan mendarat di lantai.

Rasi yang sedari tadi diam, ikut memperhatikan gerak tangan Raka yang lihai. Rasi juga menatap Raka dengan pandangan yang tak bisa didefinisikan. Yang Rasi sadari, dia melihat aura yang berbeda dari sorot mata Raka dan raut wajahnya.

Waktu seakan berjalan cepat. Raka menyimpan kuasnya kembali. Dia melangkah mundur untuk melihat hasil lukisannya yang abstrud itu. Raka tersenyum. Senyuman yang seolah menyiratkan kepedihan yang disembunyikan. Dia menyeka keringatnya dan menghembuskan nafas kasar.

Lukisan itu terlihat menakjubkan. Raka melukis sebuah langit. Langit hitam yang di tengahnya terdapat black hole yang seolah berputar. Di pinggir black hole itu terdapat beberapa bintang yang cahayanya sedikit terlihat terang. Lalu, dia melukis dua orang yang sedang berpegangan tangan di depan black hole itu. Tak nampak wajah. Raka melukis hanya bayangannya saja. Satu orang laki-laki dan satu orang perempuan yang tergerai rambutnya. Sungguh, siapapun yang melihat lukisan ini, kalian tidak akan berkedip.

"Rak, lo pecinta galaksi?" Rasi memiringkan wajahnya menatap Raka.

Raka hanya tersenyum sekilas.

"Maksudnya dua orang yang di hadapan black hole itu apa?" Rasi lagi-lagi menatap Raka. "Eh tunggu, dua orang itu kaya yang lagi menuju black hole"

"Ish Raka jawab!" Rasi menyenggol tangan Raka ketika dilihatnya Raka malah melamun menatap lukisannya sendiri.

"Gue gak bisa bilang apa-apa. Mungkin lo bisa nyimpulin sendiri?" Raka beranjak membawa peralatan yang telah dia dugunakan tadi.

"Ini sekarang jadi kamar kita" Raka membuka pintu.

"Maksudnya kita?" Rasi mengernyit. "Lo gak ada maksud buat tidur berdua di sini dalam kata kita itukan?"

Raka diam di tempat. "Gue salah ngomong" terlihat punggunya yang naik turun seperti menahan nafas yang tidak teratur. "Sekarang ini jadi kamar kita maksudnya jadi kamar bersama. Boleh buat belajar atau apapun" Raka-pun berlalu tanpa menengok lagi.

*

HaiHai^^

Ada yang tahu makna dari lukisan yang Raka buat? yang tahu boleh coment

Butuh saran, butuh masukan. pliss coment yang membangun. Dan oh, jangan jadi readers silent ya.

voment adalah bentuk menghargai karya seseorang.

tnxyuuu;*

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang