Batu

1.4K 87 1
                                    

Kelas XII IPA 2 pagi ini sangat rusuh. Hampir semua orang berlari di dalam kelas hanya untuk mendapatkan jawaban dari PR yang ditugaskan minggu lalu. Mereka seperti ini karena, pelajaran hari ini adalah kimia. Guru terkiller dari guru yang lain yang pernah mengajar kelas ini.

Raka memasuki kelas dengan susu coklat di tangannya. Dia sedikit bingung dengan teman-teman sekelasnya yang hilir mudik menghalangi jalan. "Ada apa sih?"

Bagai ngiungan nyamuk, pertanyaan Raka diabaikan.

"Rasi! Lo pasti udah gue pinjem cepet! Bel lima menit lagi" Ratih bagai kesetanan merebut tas Rasi dari pundaknya yang baru saja datang.

"Ck! Makanya belajar" Rasi terduduk di kursinya.

Raka melangkah menghampiri Ratih. "Ada apa sih?" dengan polosnya dia menyeruput susu coklatnya.

"Sekarang pelajaran Bu Meta. Ada PR S.E.R.A.T.U.S soal!" Ratih semakin menggebu.

"Oh"

Tiba-tiba dari arah samping ada Ibot berlari dan tak sengaja menyenggol tangan Raka menjadikan susu coklat yang rak pegang tumpah membasahi buku milik Rasi. Ingat. Hanya TERSENGGOL dan susu coklat yang dipegang langsung tumpah.

"RAKA! DEMI APAPUN GUE GAK AKAN MAAFIN LO!" Rasi menggebrakkan meja membuat semua orang yang ada di dalam kelas menghentikan aktifitasnya.

"Gue gak sengaja sumpah. Tadi gue kesenggol sama si Ibot" Ibot yang merasa namanya disebut langsung mengok.

"Kok nyalahin gue? Guekan tadi udah bilang permisi, lo nya aja yang letoy!" Ibot tak terima.

Rasi mengepalkan tangannya. Matanya memereah. Tubuhnya sedikit bergetar. Belum sempat Rasi berbicara, Bu Meta datang dengan kaca mata yang melekat di matanya.

"Ada PR ya? Silahkan kumpulan!"

Semua mengumpulkan pekerjaan rumahnya, kecuali Raka dan Rasi. Raka yang memang tidak mengerjakan. Rasi yang bukunya basah lalu sobek gara-gara Raka.

Bu Meta menatap ke sekeliling kelas. "Raka! Rasi! Mana PR kalian?!" Bu Meta berdiri dengan satu hentakan. "Kalian berdua kedepan!"

"Apa alasan kamu tidak mengumpulkan PR?" tanya Bu Meta kepada Raka ketika mereka beruda sudah di depan.

"Saya lupa bu kalo hari ini ada PR" jawab Raka dengan tampang polosnya.

"Kamu pikir lupa itu alasan? Kalo saja kamu bukan anak dari donatur terbesar di sekolah ini, sudah di keluarkan karena tingkahmu yang seperti ini" Bu Meta mengalihkan pandangannya membuat Raka mengepalkan tangannya karena marah.

"Lalu kamu Rasi? Kenapa kamu tidak mengumpulkan PR? Kamu mau beasiswa kamu dicabut? Apa kamu berhak di sebut pintar kalo PR saja tidak kamu kerjakan!?" Bu Meta membenarkan letak kaca matanya.

"Saya sudah mengerjakan bu. Tapi buku saya sobek karena-"

"Alah! Alasan saja!" Bu Meta membanting bolpoin yang sedari tadi ia pegang. "Cepat sekarang juga kamu berlari mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali!"

"Tapi bu" Ratih, sahabat baik Rasi, mengangkat tangannya.

"Apa? Kamu mau ibu hukum juga?" mendengar itu Ratih kembali terdiam.

"Saya memang anak donatur terbesar sekolah ini. Tapi tindakan ibu ini tidak adil. Perlakukan saya sesuai dengan apa yang saya lakukan tanpa memandang siapa orang tua saya. Karena saya hidup tidak selamanya berada di dalam lindungan mereka. Ketidak adilan ibu, walaupun hanya sedikit, bisa saya tungtut kepada kepala sekolah" semua menganga mendengar perkataan Raka. Tak terkecuali Bu Meta yang telah mengepalkan tangannya marah.

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang