Masa lalu

1K 80 7
                                    

"Itu makam mama gue," Raka mendongak menatap langit malam berhiaskan bintang.

Tadi, Rasi melihat Raka menangis disebuah makam. Rasi menghampiri Raka, dan saat itu juga Raka langsung berdiri sembari menghapus air matanya. Raka langsung menarik tangan Rasi menuju motornya. Raka memaksa Rasi untuk pulang bersamanya. Raka juga tidak menjawab pertanyaan rasi yang menanyakan bahwa dirinya kenapa.

Sekarang, mereka berdua berada di rooftop rumah Raka. Di bawah langit hitam, dibelai angin malam, mereka terduduk berdampingan.

"Jadi mama lo udah meninggal? Terus yang kemarin bareng papa lo siapa? Ya meskipun gue gak liat, tapi gue denger," melihat raut wajah Raka yang semakin tak bisa didefinisikan, membuat Rasi merasa bersalah. "Sorry gue gak maksud."

"Dulu, mama lagi hamil lima bulan. Gue seneng banget karena gue pikir gue bakal punya ade. Tapi semesta berkata lain. Sore itu, sore yang paling gue benci. Gue lagi jalan-jalan di taman sama mama, itung-itung bawa jalan-jalan ade gue walaupun masih di kandungan.

Di seberang taman, gue liat papa gandengan sama cewek lain. Gue ajak mama menjauh dari tempat itu supaya dia gak liat papa, tapi gue salah. Sebelum gue liat, mama udah tau duluan. Mama lari ngejar papa. Disana juga papa liat mama tapi dia malah semakin menjauh sambil ngerangkul cewek itu.

Papa lari sama cewek lain, mama kejar mereka, dan gue kejar mama. Semua berlalu begitu aja sampai akhirnya mama nyebrang jalan dan ada mobil yang nabrak dia. Ini salah gue! Kalo aja lari gue cepet. Kalo aja gue keburu ngajak mama sebelum dia liat papa. Kalo aja gue bisa nyelamatin mama. Ini salah gue!" Raka berteriak membuat Rasi berusaha menenangkannya.

Raka mendekap Rasi erat. "Semua berlalu begitu aja. Baru aja mama nyampe di rumah sakit, dia meninggal. Bayinya juga. Dan lo tahu? padahal mama tertabrak di hadapan papa. Tapi papa gak nolongin mama ataupun datang ke rumah sakit. dia malah kabur sama cewek itu. Sampai ada kabar mama meninggal, papa masih gak dateng ke kuburan mama. Sebenarnya papa itu manusia macam apa?"

Rasi membalas dekapan Raka sama eratnya.

*

Sepulang sekolah, Rasi membereskan tanaman bersama Bi Suci. Mengganti yang layu dengan yang baru. Sampai-sampai mereka tertawa bersama sambil menyiprat-nyipratkan air.

Aktifitas mereka harus terhenti ketika ada dua mobil yang terparkir tepat di hadapan mereka. Laki-laki berjas hitam dan wanita berdress merah turun dari mobil hitam menghampiri Rasi. "Kamu masih disini hah?" Pangestu menunjuk Rasi. Tapi kemudian tiga orang lainnya turun dari mobil yang kedua.

"RASIIII," itu suara Revan. Revan memeluk Rasi. "Kenapa lo ada di rumah Raka?"

Rasi tergagap. "Sebenernya gue udah beberapa hari tinggal disini."

"Dia siapa Van?"

"Masa mama sama papa lupa sih? Ini Rasi. Sahabat kecil Revan yang dulu sering mama sama papa bangga-banggain," Revan menatap kedua orang itu yang disebutnya sebagai Papa dan Mama.

"Rasi? Rasi mana?"

"Oh Rasi anaknya Bima?" lanjutnya Mama Revan.

"Iya tante," dalam hitungan detik Rasi mendapat pelukan hangat dan kecupan dari mama dan papanya Revan yang bernama Rina dan Reno.

"Oh iya, mana papa sama mamanya?" pertanyaan itu sukses membuat hati Rasi perih.

"Mereka berdua sudah meninggal."

*

Revan membuka kamar Raka tanpa permisi dan langsung menghajar Raka. "Apa maksudnya hah?" Revan menerbangkan pukulannya akan tetapi kalah cepat dengan tangan Raka yang menangkisnya.

"Maksudnya maksudnya apa? Yang ada gue nanya, apa maksudnya lo masuk kamar gue tanpa permisi dan malah nonjok gue?" Raka mengangkat kerah baju Revan.

"Kenapa Rasi bisa tinggal sama lo?" mendengar pertanyaan Revan, Raka melepaskan tangannya dan langsung terduduk di atas kasurnya.

"Malam itu, setelah kita tawuran, gue liat Rasi kehujanan di persimpangan jalan depan. Awalnya gue gak ada niatan buat bawa dia kesini, tapi dia pingsan tepat gue mau lewatin dia."

"Lo tau orang tua Rasi udah meninggal?"

"Gue tau, makanya gue suruh dia tinggal disini. Tapi gue gak pernah ngebahas tentang orang tua dia."

Revan ikut terduduk. "Lo tahu, gue sahabat kecilnya Rasi. Gue tau betul sifatnya rasi yang gak pernah mau nyusahin orang atau minta bantuan sama orang lain. Gue harap lo ngerti."

"Ya, gue ngerti. Makanya kita harus batalin tentang taruhan itu."

Hola/halo/helo

yakin gak ada yang coment? ceritanya gak menarik ya?;'

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang