Kabar apa lagi?

967 63 0
                                    

Sudah dua hari ini Raka tidak membuka matanya. Dan dihari kedua ini ada kabar yang membuat semua orang begitu tercengang dan tidak percaya. Maya dikabarkan bunuh diri dengan cara gantung diri. Tubuhnya ditemukan menggantung di pintu kamarnya oleh tetangga setempat.

Sekarang, pemakaman Maya tengah dilaksanakan. Semua anggota 3R2A datang, begitupun dengan Rasi dan Ratih. Mereka ikut mengikuti upacara pemakaman sampai selesai.

Ketika Rasi hendak bangkit, seseorang menahannya. "Kak? Ini," kata seorang cewek memberikan secarik kertas lalu berlalu begitu saja.

Rasi menatap kertas itu dan membacarnya.

Untuk siapapun kalian yang membaca surat ini, tolong sampaikan maafku kepada Raka. Maaf jika aku harus memilih pergi. Raka benar, aku hanyalah wanita jalang yang hanya haus akan uang. Tapi, wanita jalang ini juga masih mempunyai kejujuran meskipun tipisnya dengan kata harga diri. Aku tidak pernah berbohong, ini adalah anakmu, Raka. Karena, wanita yang kamu sebut jalang ini disentuh pertama kali oleh mu.

Aku tahu tidak ada pemaksaan sama sekali. Harusnya, kamu membayar, kita lakukan dan semuanya selesai. Tapi ternyata Tuhan menyimpan benih hasil kita diperut ini. Aku bingung jika harus melaluinya sendiri. Aku tidak kokoh untuk terus berdiri dalam keadaan seperti ini. Maka dari itu, aku menemuimu, Raka. Tetapi kamu tidak tahukan? Begitu sakitnya aku saat kamu bahkan tak mengenalku dan tak mengakui bahwa ini anakmu.

Dan sekarang, aku tahu kamu sedang koma. Kamu kecelakaan karena aku,kan? Karena aku yang telah mengusik hidupmu. Maka dari itu, memilih mati adalah cara terbaik. Terimakasih. Berbahagialah.

Selesai membaca, Rasi memeluk Ratih dan menangis tak tertahankan.

*

"Aw," Raka memegang kepalanya yang terasa begitu berat.

"Raka! Akhirnya lo bangun juga. Alhamdulillah!" Rasi menghampiri Raka.

"Berapa hari gue tidur?"

"Tiga hari," Rasi, Aidan dan Revan menjawab berbarengan.

"Maya mana?" ketika mendengar pertanyaan Raka, dada Rasi sesak. Hah, memang harusnya seperti ini,kan? Wajar saja Raka menanyakan keberadaan seorang ibu dari anaknya.

Semua orang menunduk. Tidak ada yang berani menatap Raka.

"Mana? Jawab!"

"Maya meninggal," akhirnya Rasi bersuara dan memberikan surat terakhir Maya.

Raka memabacanya dengan teliti. Terhanyut dalam setiap kata yang Maya tuliskan. Hingga sampai dikata terakhir, Raka meneteskan air matanya. "Jadi, bayiku juga ikut meninggal?"

*

"Gak ada kamu tuh sekolah rasanya sepi. Kapan sembuh hah? Masa anak bengal kaya kamu bisa sakit," Pa Tanto menatap Raka yang masih berbaring diranjang rumah sakit. sekarang, Pa Tanto sedang menengok Raka sekalian bertugas membawa soal UKK yang harus Raka kerjakan.

"Yaelah Pa, Raka juga manusia kali," Raka berbicara sambil terus terfokus pada soal yang sedang dikerjakan.

"Tapi, bener nih ya. Gak ada kamu tuh sekolah adem-adem aja. Gak ada yang bikin masalah. Temen-temen kamu juga gak ada yang berulah. Bapak jadi berpikir bahwa kamu ketua geng sama teman-temanmu ya? Soalnya ada kamu mereka onar, gak ada kamu mereka tenang," Pak Tanto masih bersikukuh bercerita.

"Sembrono," Raka mendelik. "Raka tuh baik kaya malaikat. Bapak aja yang gak nyadar."

"Masa iya?"

Ini adalah kali pertama Raka dan Pak Tanto bisa mengobrol berdua dalam suasana yang setenang ini. Biasanya, mereka dipertemukan karena Raka membuat onar.

"Eh ngemeng-ngemeng ngomong-ngomong, siapa sih yang bikin soal ini? Songong amat ini guru ngasih soal yang susah," dengan wajah tanpa dosanya, Raka menatap Pak Tanto.

"Ternyata gak sakit gak sehat kamu itu sama aja! Sama-sama gak sopan!"

*

Pintu warkop digebrakkan sangat keras. Aldi yang memang sedari tadi sendiri di Warkop, bangkit dan menghampiri cewek itu. Dengan pipi yang sudah basah, cewek itu juga menghampiri Aldi tanpa rasa takut.

PLAK!

Cewek itu menampar Aldi dengan seluruh kekuatannya.

"Vivi! Apa-apaan sih lo!" Aldi menggebrakkan meja.

"Gue hamil! Lo harus tanggung jawab!" air mata cewek yang disebut Aldi dengan nama Vivi itu mengalir dipipinya.

Aldi kaget bukan main, tapi dia berusaha setenang mungkin. "Terus, apa hubungannya sama gue?"

"Lo harus tanggung jawab! Ini tuh anak lo!"

"Apaan? Anak gue lo bilang? Gue gak salah denger? Bukannya lo hubungan intim sama semua laki-laki ya?"

Bagai dicambuk, Vivi menangis sejadi-jadinya. "Lo gila! Lo orang pertama yang ngerusak keperawanan gue dan lo malah mitnah gue sama semua cowok! Dasar brengsek!"

"Kalo Cuma gue, kenapa dulu lo mau?"

"Karena lo yang maksa!"

Belum sempat Aldi menjawab, Aidan, Rehan dan Revan datang mengagetkan mereka. "Vivi?"

"Pokoknya lo harus gugurin kandungan lo!" Aldi menunjuk Vivi.

"Gue gak mau!"

"Harus!"

"Gue gak mau dasar iblis!"

"Stop Di!" Aidan menengahi. "Lo harus belajar bertanggung jawab. Harus!"

"Tapi?"

"Kita harus cari cara."

*

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang