Nama

2.1K 110 7
                                    

"Raka, silahkan kerjakan soal ini" Pak Endang, seorang guru matematika menunjuk Raka untuk menyelesaikan satu soal di depan papan tulis.

Raka yang tengah menelingkupkan wajahnya, langsung berdiri dalam satu hentakan. Pasalnya, Pak Endang adalah guru killer dengan kepala botak dan kumis baplang khasnya, menambah garang diraut wajahnya.

Raka mengambil spidol di tangan Pak Endang. Dia menatap soalnya tak bergairah. Lantas berbalik sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Senyumnya yang khas dia sunggingkan, membuat Pak Endang mengerti dengan gerak-geriknya ini.

"Lempar aja deh pak"

"Kamu ini! Makanya kalo bapak lagi ngejelasin tuh dengerin bukan malah tidur" Pak Endang berkacak pinggang. "Cepat, ke siapa kamu akan melempar soal itu"

Raka mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Dan tatapannya berhenti tepat di cewek yang ada di barisan bangku kedua. "Sama itu tuh! Sama dia aja"

Yang dimaksud Raka berdiri. "Sorry ya, si itu tuh punya nama. Lo udah 2 tahun sekelas sama gue dan belum tahu nama gue?" cewek itu menyeringai. "Gue Rasi"

Alih-alih meminta maaf, Raka malah beranjak ke bangkunya. "Bodo amat. Mau banget lo supaya gue tahu nama lo"

Rasi mengepalkan tangannya mencoba menahan amarah.

"Apa kalian sudah tidak menganggap adanya kehadiran seorang guru disini?" Pak Endang memukul papan tulisnya membuat semua murid mengharuskan kembali fokus kepada guru itu.

*

"Belagu banget sih sampe gak tahu nama temen sekelasnya" Rasi memakan baksonya dengan lahap. "Eh tunggu, emang cowok kaya dia pantes disebut temen?" Rasi menambahkan sambal kedalam mangkuk baksonya.

"Udah sih kenapa malah dipikirin? Sejak kapan lo peduli sama hal yang kayak gini?" Ratih, teman sebangkunya Rasi, menyeruput kuah baksonya.

Rasi terdiam. "Ya sebel aja gitu"

"Ya, ya, ya. Siapa sih yang gak ngenalin lo? Secara lo itu bunganya sekolah. Pemegang beasiswa dengan nilai tertinggi lagi" Ratih menggoda Rasi.

Belum sempat Rasi menjawab, segerombolan cowok datang ke meja mereka. "Hai Rasi" salah satu cowok itu mencolek dagu Rasi penuh arti.

"Apaan sih!" Rasi berdiri dari duduknya. "Jadi lo udah tahu nama gue? Hmm"

Raka tersenyum. Senyuman yang tidak bisa diartikan. "Kulit lo lembut" perkataan Raka sukses membuat segerombolan cowok itu tertawa. Membuat Rasi semakin jengkel.

"Sana-sana ah! Ganggu jam istirahat aja"

Merekapun meninggalkan Rasi dan Ratih.

"Dia siapa Rak? Cantik banget" itulah yang terdengar terakhir kali saat segerombolan cowok itu pergi dan menduduki kursi pojok kantin.

Untuk beberapa saat kantin terasa hening. Sebelum akhirnya, di pojok kantin, ada suara yang mampu membuat semua pengunjung kantin menengok ke sumber suara.

Mau tahu suara itu suara apa?

Yakin?

Suara itu adalah suara Raka yang terjatuh dari atas meja ketika dia mencoba merebut handfonenya di tangan Rehan yang terhalang dua meja. Dan itu sukses membuat semua yang ada di kantin tertawa terbahak-bahak, termasuk teman-temannya sendiri.

Ratih mengernyit, raut wajahnya terlihat kesal. "Ck! 3R2A buat ulah lagi"

"Apa? 3R2A itu siapa dan ulah apa maksudnya?"

Ratih menepuk kedua tangannya dipipinya sendiri. "Lo gak tahu? lo udah kelas tiga hei! Mereka seangkatan sama kita. Mereka sering buat ulah dari kelas satu dan lo gak tahu?" Ratih menggelengkan kepalanya. "Bahkan salah satunya itu sekelas sama kita"

Raut wajah Rasi terlihat bingung.

"Oke, oke. 3R2A itu adalah singkatan nama dari Raka, Revan, Rehan, Aldi, dan Aidan! Cowok badboy yang kerjaannya bikin rusuh di sekolah dan mereka itu adalah ketua club motor yang terkenal" Ratih menatap Rasi serius.

"Tunggu si Raka itu?" Rasi menganga. "Eh? Biasanyakan ketua itu ada satu kok mereka berlima?"

"Karena mereka yang pertama kali buat geng itu, dan lo tahu? anggotanya banyak. Sekarang sih udah hampir 50 lebih"

"Cuma 50?" Rasi tertawa.

"Ngumpulin orang segitu tuh gak gampang! 50 tuh yang terbilang setia, suka ikut gabung pas kumpulan. Sebenernya sih ada lagi, cuman mereka yang lain datang pas butuh doang" Ratih menusuk baksonya dengan garpu penuh nafsu membuat Rasi yang melihatnya bergidik ngeri.

"Tunggu, sejak kapan lo jadi pengen tahu urusan orang?" Ratih kembali menambahkan.

Rasi tergagap.

"Tapi gapapa lah biar lo gak kudet-kudet amat"

Keadaan kantin kembali rusuh. Rehan berlari menyusuri kantin dengan kecepatan maksimal karena dikejar Raka. Rehan selamat ketika melewati meja Rasi, tapi tidak dengan Raka. Raka tersandung kaki Rasi yang menyembul di bawah meja.

Ratih menganga.

Rehan berhenti.

Semua siswa yang ada di kantin berdiri, mencari tahu apa yang terjadi.

Jangan tanya Rasi. Dia hanya menggeleng dengan wajah polosnya

*

"Gue gak sengaja" Rasi menempelkan perban di kepala Raka yang terluka.

Tadi, Raka tersandung kaki Rasi dan kepalanya terbentur ujung meja.

Raka masih tetap diam sembari meringis.

"Beres!" Rasi menepuk-nepuk tangannya. Dia menyimpan kotak P3K ke tempat semula.

Ketika Rasi berbalik dan hendak kembali ke kelas, tangan Raka terulur menahannya. "Tunggu"

"Apa lagi sih Rak?"

"Lo gal ada niatan buat minta maaf?" Raka menaikan sebelah alisnya.

"Buat apa? Toh gue gak melakukan kesalahan dan gue malah bantuin lo. Harusnya lo yang berterimakasih sama gue" Rasi menyimpan tangannya di depan dada.

"Gue jatuh kebentur meja itu gara-gara lo! Gara-gara kaki sialan milik lo!" tampaknya Raka sudah mulai geram.

"Gue gak tahu dan gue gak sengaja" Rasi-pun berlalu meninggalkan Raka di ruang kesehatan.

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang