Balapan

977 76 5
                                    





"Udah dikasih tau yang lainnya?" Raka mengenakan jeketnya sambil terus menelfon.

"Oke gue otw."

Baru saja Raka hendak membuka pintu rumah, ada seseorang yang menepuk punggunggnya, "kemana?"

Raka sedikit kaget dan berbalik, "Ngagetin aja."

"Kemana?" Rasi mengulangi pertanyaannya.

Raka mengembuskan napasnya pelan seraya berkata, "Tugas seorang istri itu nungguin suami pulang kerja. Do'ain suami biar lancar kerjanya."

Rasi menganga, menatap Raka dari atas sampai bawah. "Siapa yang jadi suami dan siapa yang jadi seorang istri?"

Dengan polos, Raka mengusap puncak kepala Rasi, "Aku dan kamu," Raka pun berlalu keluar rumah tanpa menutup pintu.

Rasi menampar pipinya sendiri berulangkali, takut-takut kalau ini hanya mimpi.

*

Sepanjang perjalanan Raka tidak pernah berhenti memikirkan ekspresi Rasi. Bibir Raka terus saja terangkat memperlihatkan sederet giginya yang putih. Semoga saja apa yang Raka ucapkan bisa jadi kenyataan. Semoga saja, kelak seorang Rasi Via Lactea akan menjadi istri dari Raka Bintang Pangestu. Semoga saja.

Raka memberhentikan motornya tepat di hadapan teman-temannya. Dia membuka helmnya dan menghampiri mereka. "Udah kumpul semua?"

"Ada 47 kak, sama kakak jadi 48 orang."

"Alah lo Ki, gak usah pake embel-embel kak. Kaya yang baru kenal gue aja."

Kiki hanya tersenyum pertanda mengiyakan.

Tak lama kemudian Aidan berdehem membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Gue tau soledaritas kalian tinggi, gue juga tahu hati kalian baik kaya malaikat. Jadi mungkin gue boleh minta bantuan?"

"Ah elu Dan kaya kesiapa aja! Ngomong aja kali!" Darul menyiku Aidan.

Aidan sedikit ragu untuk berbicara, tapi kemudia dia memberanikan diri. "Gue gak senga nabrak orang lain sampe meninggal. Gue mau ganti rugi sebagai rasa bersalah gue. Tapi, ya mungkin lo tahu kendalanya dimana," Aidan sedikit mencuri napas, "Gue mohon, siapapun diantara kalian nanti yang menang, mungkin uangnya boleh gue kasih ke anak korban?"

Raka yang mendengar itu langsung tahu itu untuk siapa. Karena itu, Raka tidak mengeluarkan suaranya.

*

Semua anggota 3R2A sudah berada di sirkuit balapan. Tidak hanya mereka, anak club motor yang lain juga sudah bersiap. Untuk itu, Raka mengumpulkan semua anggotanya.

"Berambisi boleh, tapi jangan terlalu berharap menang. Dibalapan kemarin kita banyak menang, juga tak sedikit kalah. Jadi, apa salahnya kita berdo'a bersama," Raka berbicara dan menatap kesekelilingnya. "Berdo'a sesuai kepercayaan masing-masing," "selesai."

"3R2A!" Raka berteriak yang langsung dijawab "Club motor sama, 3R2A beda!"

Yang mengikuti balapan kali ini hanya sepuluh orang. Dan untuk yang memimpin adalah Aidan. Tidak dengan Raka. Karena dia telah mengikuti balapan di balapan sebelumnya. 3R2A memang sering mengikuti balapan dan akan dipastikan semua anggotanya akan mengikuti bapalan sesuai jadwalnya.

Sepuluh menit sudah berlangsung. Semua penonton berteriak histeris. Sirkuit ini memang luas, memungkinkan balapan akan berakhir sekitar lima belas menit dengan kecepatan maksimal.

Awalnya semua berjalan dengan baik, sebelum akhirnya terdengar suara yang sangat kencang. Tentunya semua orang yang ada di sana berteriak histeris dan keadaan berubah menjadi kacau.

Ternyata, diujung sana, seratus meter sebelum finish terdapat tikungan. Aidan mungkin tidak melihat tikungan itu karena disini memang sedikit gelap. Lampu penerangan mati menjadikan Aidan kurang berkonsentrasi. Alhasil, dengan kecepatan maksimal, dia menabrak sebuah pilar.

Bisa dibayangkan mungkin sakitnya bagaimana? Aidan terlempar jauh. Sedangkan motornya sudah dipastikan hancur.

"Astaga Aidan!"

Semua anggots 3R2A panik. Mereka semua ikut mengerumuni Aidan yang sudah jatuh pingsan dengan tangannya yang berdarah. Aidanpun langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.

*

Lorong di rumah sakit dipenuhi anggota 3R2A dengan raut wajah mereka yang panik. Pemandangan ini membuat semua pengunjung bahkan suster kewalahan untuk melewato lorong itu.

"Gimana keadaan Aidan sekarang?" Ratih bersungut-sungut bertanya kesemua orang yang ada disana. "Jawab!"

"Kita belum tahu. Dokter masih memeriksa dia," Rehan menghampiri Ratih.

Belum sempat Ratih menjawab, seseorang datang dengan wajahnya yang tak kalah panik. "Aidan gapapa?" katanya.

"Ini semua tuh gara-gara lo, Rasi!" Ratih berbalik, berhadapan langsung dengan Rasi. "Aidan kecelakaan gara-gara lo!"

"Malah gue kesini gara-gara dikasih tahu Raka," Rasi berusaha setenang mungkin, "Sejak kapan sih lo main nyalahin orang?"

"Aidan kecelakaan itu gara-gara mikirin lo, Rasi!"

"Ini salah dia Rat!" Rasi sudah muak, "Dia yang nabrak nyokap bokap gue sampai meninggal!" perkataan itu sukses membuat semua anggota 3R2A menatap Rasi tak percaya. Pasalnya, tadi Aidan tidak memberitahu siapa yang ditabraknya.

Ratih terdiam membiarkan Rasi melanjutkan perkataannya. "Lo gak bakal ngerti, Rat. Karena lo gak ada di posisi gue."

"Ras, lo tahu kenapa gue kaya gini?" Ratih menundukkan kepalanya, berusaha menghindari tatapan mata Rasi. "Itu karena gue ngerasa gak dianggap sama lo. Gue Cuma pengen bantuin lo, tapi lo nolak dan malah tinggal sama Raka, orang yang baru lo kenal. Gue ngerasa gue gak dibutuhin lo. Lo gak bilang apa-apa sebelumnya," Ratih menyeka air matanya. "Dan lo tahu Ras? Aidan ikutan balapan tuh gara-gara mau cari dana buat lo. Dia ngerasa bersalah banget. Tapi ternyata semesta membuat dia celaka. Mungkin ini timbal balik?" lagi-lagi, Ratih menyeka air matanya yang terus keluar. "Karena itu, gue juga gak mau ada karma dikarenakan kemarin gue seolah jauhin lo. Gue mau ngasih fakta, gue harap lo bisa terima."

Rasi berbalik. Mencoba melangkah menjauhi. Bukan karena tidak menghargai atau tidak ingin mendengarkan, hanya saja dia tidak mau air matanya terlihat oleh sahabatnya. Dan ketika sampai di langkah ke tiga, Ratih kembali berbicara, "Gue pacarnya Aidan."

*

jangan lupa voment yaa

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang