Taruhan

1.7K 98 2
                                    

"Permisi" guru yang bertugas di bidang kesiswaan itu membuka pintu kelas XII IPA 2.

"Ada apa Pa Tanto?" Dandi, si ketua kelas menyalami Pak Tanto.

"Kelas kalian kosongkan? Bapak sedang berkeliling untuk merajia rambut kalian" katanya sembari menyolokkan sebuah alat pencukur rambut.

Raka yang ada di sudut ruangan membuat ancang-ancang untuk keluar.

"Sedang apa, Raka? Apa kamu sebegitu baiknya sampai mau mengepel lantai dengan baju dan tubuhmu sendiri?" Pak Tanto sukses memergoki Raka yang tengah mengesot di lantai. Tentu saja itu sukses membuat seisi kelas tertawa.

Raka yang dirasa sudah putus urat kemaluannya, menggaruk tengkuknya dengan bibir yang tersungging. "Eh bapak?"

"Pelanggan pertama bapak adalah Raka" Pak Tanto menjewer Raka menuju kedepan, ke tempat dimana alat pencukur rambut berada. Sedangkan Raka hanya meringis pelan.

Pak Tanto berjongkok untuk mengambil pencukur rambut. Melihat itu, Raka tidak habis akal. Dia berlari keluar kelas dengan gerakan yang sangat cepat. Membuat Pak Tanto, mau tak mau harus berteriak dan mengejar salah satu siswanya yang bengal itu.

Raka berlari dengan langkah yang besar, sesekali dia menengok kebelakang. Sedangkan Pak Tanto berlari dengan tangan yang berada di depan dada karena merasa nafasnya habis.

"Kembali kamu Raka! Tidak sopan! Mau bapa keluarkan, hah?" Pak Tanto berteriak lantang, membuat semua murid yang sedang berada di koridor menyaksikan aksi mereka seperti film India yang saling kejar-kejaran.

Raka yang memang urat kemaluan dan ketakutannya sudah putus, berpura-pura tidak mendengar dengan terus berlari. Dia menengok ke belakang agar mengetahui dimana letak sang guru itu sebelum akhirnya BHUK! Kaki Raka tersandung membuat dirinya terjatuh.

Raka meringis sakit.

"Lo gapapa?" Raka mendongak mendengar suara lembut itu.

"Lo? Ck! Gak ada kapoknya bikin gue jatuh!" Raka bangkit sembari menepuk-nepuk seragam sekolahnya yang kotor. Dia mengepalkan tangannya ketika yang dihadapinya adalah Rasi.

"Udah gue bilang gak sengaja! Sorry, gue kan lagi baca buku. Salah sendiri lari-lari di koridor sekolah." Rasi menatap tajam kearah tepat mata Raka.

"Kenapa lo harus baca buku dan duduk di kursi ini? Kenapa kaki lo, lo panjangin? Sengaja mau bikin gue kesandung?"

"Apa sih! Terserah gue dong mau duduk dimana juga. Kursi fungsinya buat didudukin kan? Kenapa lo yang sewot sih?" Rasi tak habis pikir dengan pemikiran cowok di hadapannya ini.

Belum sempat Raka menjawab, kupingnya sudah terasa panas akibat sebuah jeweran. "Udah selesain main-mainnya Raka?" Pak Tanto dengan mata yang hampir keluar dan keringat yang mengalir di dahi, menjewer telinga Raka tanpa ampun. "Mari ikut bapak ke ruangan kepala sekolah" katanya lagi sambil menyeret tubuh Raka dengan paksa.

*

"Lo kenapa sih? Dateng-dateng pasang muka kaya gitu?" Ratih yang sedang terduduk dibangkunya langsung menatap sahabatnya yang memasang wajah dongkol.

Rasi membanting bukunya ke atas meja. "Gimana gue gak jengkel coba. Lo bayangin aja, gue lagi enak duduk di koridor sambil baca buku. Tiba-tiba datang Raka. Dia yang nendang kaki gue dia yang jatuh dan nyalahin gue" Rasi mengepalkan tangannya geram.

"Terus?" Ratih menatap Rasi.

"Ya terus kaki gue sakit lah! Untung nih ya ada Pa Tanto yang langsung jewer telinganya dan bawa dia ke ruang kepsek. Gue gak tahu sih ada masalah apa antara mereka berdua, yang jelas gue bersyukur pake banget!"cerita Rasi semakin menggebu-gebu.

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang