Rencana apa lagi?

1K 66 2
                                    




Setelah kemarin dibawa ke rumah sakit, kondisi Aidan mulai kembali pulih. Sekarangpun dia sudah bersekolah dan tengah berkumpul di taman sekolah bersama 3R2A, Rasi dan juga Ratih. Kedengaran aneh ya mereka berkumpul di taman dengan terik matahari di atas kepala mereka. Bukan apa-apa, karena tidak ada tempat lagi, alhasil disinilah mereka berkumpul untuk memperbincangkan masalah kemarin.

"Jadi lo kenapa bisa nabrak pilar?" Revan menatap Aidan, begitupun dengan yang lainnya.

Aidan menarik napas dan mengembuskannya, "Masa lo gak peka sih. Jalanannya gelap, terus ada tikungan tajem. Lampu motor gue gak nyala."

"Fiks! Ini tuh salah jalannya! Ngapain coba ada tikungan segala? Atau salah pilarnya! Kenapa pilarnya gak ngomong kalo disitu ada pilar!" Ratih nyerocos dengan tangan yang menunjuk-nunjuk angin.

"Ratih, gue yakin kok lo di kelas pinter. Tapi kok gobl** ya? Ya kali jalan sama pilar bisa ngomong," Raka memutar bola matanya.

Aidan kembali berdehem, mengabaikan perkataan Ratih maupun Raka. "Rasi, marah aja, benci aja, tapi jangan pernah sedih lagi. Maafin gue yang gak bisa memenangkan balapan kemarin dan gak bisa bawa pulang uangnya buat lo. Gue-"

Rasi memotong perkataan Aidan. "Dan, dari awal gue gak benci sama lo, tapi gue marah. Gue marah bukan gara-gara lo nabrak orang tua gue sampai meninggal. Gue marah karena lo sama sekali gak ada rasa bertanggung jawabnya sama sekali. Gue marah karena lo bahkan gak ada basa-basi sebelumnya. Coba aja lo ngomong dari awal, kejadiannya gak bakal kaya gini Dan. Gue juga gak berharap uang itu, karena toh uang itu juga gak bakal bisa ngembaliin orang tua gue," Rasi tersenyum.

"Hati lo emang tulus Ras, kaya malaikat."

*

Revan mengikuti motor berwarna merah itu menuju ke mana. Dalam hatinya dia berdecak. Beribu pertanyaan mengiang dipikirannya. Mau kemana orang itu? Dan ternyata, motor yang dia ikuti berhenti disebuah tempat yang tak asing lagi.

*

Raka merasakan handfonenya bergetar di bawah bantal. Lantas dia membawanya dan membuka Line dari Aldi.

Raka mengernyit dan langsung beranjak ketika dia membaca Line Aldi yang menyuruhnya datang kesebuah club karena Aldi sama sekali tidak membawa uang dan ditahan disana sebelum membayarnya. Kenapa harus club?

Raka membuka pintu kamarnya perlahan. Berjalan mengendap-endap karena takut membangunkan Rasi ataupun Bi Suci. Dia tidak berani ijin karena sekarang sudah sangat larut malam. Alhasil diapun pergi melewati jalanan yang kian lama kian menyepi.

Sesampainya disana, Raka tidak membuang-buang waktu. Dia lantas mencari Aldi dibalik kerumunan orang dengan penerangan cahaya yang berkelap-kerlip. Musik yang berdentum membuat kepalanya sakit. Tetapi dia tidak mau munafik bahwa sebenarnya kakinya ingin ikut berjoged.

Aldi sedang berada dimeja Bartander ketika Raka menemukannya. Aldi memegang dua gelas berisi minuman. Yang satu ia teguk, dan yang satu lagi ia berikan kepada Raka. Awalnya Raka menolak, akan tetapi Aldi terlalu memaksa sehingga menjadikan Raka harus meminumnya sampai habis.

Raka menyimpan gelas yang telah kosong itu ke atas meja. "Ayo kita pulang Di. Lo udah mabuk berat. Ini biar gue yang bayar."

Aldi menggeleng sambil menunjuk dada bidang milik Raka, "Ayolah bro, nikmatin dulu lah. Kapan lagi coba kesini?"

Tapi kemudian kepala Raka terasa pening. Tidak mungkin hanya dengan segelas Raka mabuk? Raka benar-benar hilang kendali. Tiba-tiba saja kaki Raka berjalan sendiri. Kaki Raka berjalan menuju perempuan berbaju ketat diujung meja Bar.

"Manis," tangan Raka mencolek perempuan itu.

Yang di colek menatap malu. "Kamu juga ganteng kok."

Aldi yang melihat itu tersenyum miring. "Ck! Bereaksi juga." Aldipun segera beranjak pergi meninggalkan Raka dan tempat ini.

"Lo mau kan?" tubuh Raka mendekati perempuan itu.

"Gak ada yang gratis ya."

Raka membelai wajah perempuan itu dan mendekatkan bibirnya ke dekat telinga, "Berapapun, asal itu sama kamu."

Tiba-tiba Raka merasa tubuhnya di dorong dari samping hingga ia nyaris jatuh. "Raka! Sadar Rak sadar!"

Raka menatap laki-laki itu dengan matanya yang sudah merah. "Apaan lo? Lo siapa hah?"

"Gue Revan Raka gue Revan!" Revan menjambak rambutnya sendiri. "Astaga Raka sadar!" dengan gerakan super cepat Revan menonjok Raka sampai tubuh Raka terpental.

Maka, terjadilah keributan. Aksi Revan barusan membuat petugas keamanan mengusir dirinya keluar. Revan sempat memberontak, tapi tetap dia harus pergi meninggalkan sahabatnya itu yang tidak sadar dengan apa yang akan dia lakukan.

Setelah dipastikan Revan pergi, Raka kembali mendekati perempuan itu. Raka memeluknya dan meremas bokongnya. Tubuhnya mulai berdekatan hingga tak ada jarak lagi diantara mereka. Ketika bibir mereka hampir bertautan, peremuan itu menghentikannya. "Jangan disini."

Merekapun berjalan menyusuri lorong club yang sepi. Melewati ruangan demi ruangan. Hingga akhirnya sampai disebuah kamar.

*

hola? Kalian boleh nebak apapun yang dilakukan Raka sama perempuan itu. Dan ada yang tahu gak kenapa Raka kaya gitu? penasaran? penasaran? tunggu terus kelanjutannya^^

5 April 2017

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang