Pertama kalinya

1.2K 80 3
                                    

Rasi menyisir rambutnya di depan cermin. Dia masih bingung dengan kejadian semalam. Ketika Raka tiba-tiba memeluknya, berbisik dengan suara serak bahwa dia merindukan ibunya. Tapi setelah itu Raka melepaskan pelukannya dan langsung beranjak meninggalkan Rasi. Ada apa dengan Raka? Memangnya ibu Raka kemana?

Selesai, Rasi menyimpan tasnya di pundak. Lantas menuruni tangga dengan kecepatan extra.

"Non Rasi sarapan dulu ya," Bi Suci menuangkan susu murni ke dalam gelas.

"Duh bi, panggilnya Rasi aja jangan pake non. Rasi jadi gak enak," Rasi tersenyum canggung sambil menempelkan bokongnya di kursi meja makan.

"Gapapa, bibi maunya panggil non hehehe."

"Yaudah terserah bibi aja deh," Rasi tertawa. "Duduk sini bi, sarapan bareng."

Bi Suci menggeleng. "Bibi masih ada kerjaan di dapur non, mari," katanya sambil beranjak meninggalkan Rasi.

Rasi menyantap roti berselai coklat itu dengan lahap. Segelas susupun sudah habis. Dia melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh akan tetapi Raka belum juga terlihat.

"Raka!" tidak ada jawaban.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Lima belas menit.

Dua puluh menit.

Terdengar suara barang-barang jatuh dari atas. Keluarlah Raka dari kamarnya dengan rambut yang acak-acakan, baju yang belum dikancingkan sebagian, tas yang di kaitkan sebelah di pundak kirinya, serta dasi yang melambai di tangan kanannya. Tiba-tiba di tangga terakhir Raka terpeleset dan jatuh. Membuat bokongnya terasa sakit.

"Anjrit! Mimpi apa sih gue! Masih pagi kok udah sial," Raka bangkit dan beranjak menuju meja makan.

Tangannya terulur untuk membawa sebuah roti, tapi tidak jadi. "Ah udah telat mana keburu makan," katanya mengacak-ngacak rambutnya yang memang sudah acak-acakan.

Melihat itu Rasi menahan tawa juga sedikit jengkel. Bagaimana tidak? Rasi menunggu Raka duapuluh menit! Sedangkan ini hari senin yang notabenya di sekolah manapun pasti melaksanakan upacara.

Rasi beranjak menghampiri Raka yang saat ini sedang bergelut memasang dasi. Rasi melepaskan tas yang ada di pundak Raka, lalu beralih memegang dasi. Rasi membenarkan posisi dasi Raka yang salah dan memasangkannya dengan benar.

Raka diam tak bersuara apa lagi bergerak. Entahlah, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Raka menatap Rasi. Tapi kemudian mengalihkan pandangannya ketika Rasi selesai memasangkan dasinya.

"Mata lo sembab, Raka. Semalem lo gak tidur apa tidur kenyenyakan, hah?" Rasi menatap ke mata Raka. "SEKARANG KITA TELAT MANA HARI SENIN LAGI," Rasi menyeret Raka dengan paksa.

"Bi, Rasi sama Raka berangkat dulu ya!" ujar keduanya berbarengan.

Raka melajukan motornya dengan kecepatan penuh. Membuat Rasi yang diboncengi termangap-mangap susah bernafas dan hampir terjengkang.

"Pegangan nanti lo jatuh," kata Raka di balik helmnya.

"GAK!" tepat setelah menyebutkan kata itu, Raka semakin menambah kecepatan laju motornya. Mau tak mau, Rasi harus berpegangan kuat jika tidak mungkin tamatlah riwayatnya.

"Aaaaaa Raka awas mobil."

"Rakaaaaa ada nenek-nenek!"

"Rakaaa ada tukang sayuuuuuur."

"Rakaaa awas motor tuuuhh."

"Rakaaaa ada tikungan tajem."

"Anjir Raka ini bukan di sirkuit balapan!"

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang