Membaik tidak selalu baik

960 66 4
                                    

Sudah hampir enambulan waktu berjalan kian cepat. Konisi Raka yang sudah membaik dan kekompakan 3R2A yang kini sangat klop. Tetapi manusia adalah manusia; sumber masalah. Karena, masalah Aldi belum selesai. Apalagi sekarang kandungan Vivi semakin membesar. Membuat curiga para warga sekolah.

"Vivi kamu gak ikut olah raga lagi?" Pak Tomi menatap Vivi yang tengah terududuk di pinggir lapangan menatap teman-temannya yang kini sedang pemanasan.

"Iya Pak, maaf."

"Kenapa?" Pak Tomi ikut terduduk.

"Sakit."

"Sampai berbulan-bulan?"

Vivi mengangguk dan memberikan amplop berisi surat keterangan dari dokter bahwa Vivi sakit.

"Ambeyen?" Pak Tomi mengembalikan surat itu.

Vivi hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kok bisa?"

"Namanya juga cobaan Pak," Vivi menatap Pak Tomi dengan mata sendunya. "Saya gak bisa ngelawan takdir,kan? Tapi saya hanya berusaha memperbaiki nasib."

Pak Tomi menarik napas berat sambil kembali berdiri. "Sabar, jangan banyak ngeluh. Semoga cepat sembuh ya."

*

Rasi dan Ratih sedang panik mencari Vivi kesetiap sudut sekolah. Dan ketika Rasi dan Ratih sedang melintasi taman yang berada di halaman depan, ada Vivi yang tengah melamun disana. Tidak menyianyiakan waktu, Rasi langsung menarik Vivi.

"Jangan tanya kenapa, lakuin yang gue sama Ratih suruh," Rasi menarik Vivi masuk ke toilet dan memberikan sesuatu di toilet bilik dua.

Ketika Rasi dan Ratih keluar dari toilet, benar saja orang-orang itu datang dengan lagaknya menghampiri Vivi.

"Ibu ratu masih sakit?" kata Mela, ketua geng yang beranggotakan Mina dan Muna.

"Apa?" tanya Vivi kalem.

"Lo hamil,kan?"

"Maksudnya?" Vivi berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang keget."Siapa yang hamil?"

"Alah! So alim lo! Pura-pura sakit padahal hamil!" Mela mendorong pundak Vivi dengan telunjuknya.

"Kita harus laporin ini ke kepsek!" Mina dan Muna ikut-ikutan.

"Apa yang perlu dilaporin?" Vivi berusaha setenang yang ia bisa.

Mela tidak menggubris perkataan Vivi, melainkan memberikan sebuah alat untuk memeriksa tes kehamilan. "Kalo gak bener, buktiin pake ini."

*

Napas Rasi dan Ratih tidak teratur ketika mereka sampai di hadapan Aldi. Rasi pun langgsung memberitahukan kejadian tadi, apa yang ia dengar.

Tadi, sewaktu Rasi dan Ratih tengah berjalan menuju kantin melewati lapangan, mereka tidak sengaja mendengarkan perkataan Mela, Mina dan Muna yang mencurigai tentang Vivi. Mereka curiga bahwa Vivi hamil dan, mereka berencana menjebak Vivi dengan harus menggunakan tes kehamilan.

Mendengar itu, mereka tidak diam. Lantas Rasi dan Ratih langsung ke toilet untuk buang air kecil. Dan cairannya mereka wadahi untuk berjaga-jaga.

Belum selesai Rasi bercerita, Aldi sudah panik duluan, "Vivi dimana? Gawat kalo sampai ketahuan, UN tinggal beberapa bulan lagi."

"Toilet."

"Toilet kan banyak!" Aldi sungguh tidak sabar.

"Dekat taman halaman depan."

Tanpa bicara lagi, Aldi langsung bergegas menuju tempat itu. Ketika dia baru saja sampai, Vivi dan Mela geng baru saja keluar dari toilet dengan mata Vivi yang basah karena menangis.

"Lo kenapa?" Aldi menghampiri Vivi.

"Gue.." Vivi tampak ragu ketika melihat raut wajah Mela yang marah.

"Bilang sekarang lo kenapa!"

"Mereka pitnah gue hamil. Padahal jelas-jelas hasilnya negatif."

Aldi menatap mereka dengan tatapan sininya, "Ck! Cewek-cewek munafik!"

Lantas Aldi menatap Vivi dengan teduh, "Lo jangan takut, mereka Cuma sirik sama lo. Kebenaran menyertai kita."

Vivi tersenyum. dalam hati ia bicara, iya kebenaran kalo kita bohong.

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang