Dimana ini?

1.1K 85 7
                                    

Raka menidurkan Rasi di tempat tidurnya. Tadi, ketika dia hendak pulang, dia tidak sengaja melihat Rasi yang tengah menggigil di persimpangan jalan. Karena tak tega, Raka membawa Rasi ke rumahnya.

"Ya ampun den. Dia siapa?" Bi Suci-pembantu Raka menghampiri Raka dengan dua gelas teh hangat di tangannya. "Jangan bilang den Raka udah nabrak orang!"

"Yaampun bi! Seugal-ugalannya Raka di jalanan, Raka pasti hati-hati. Ini temen Raka. Tadi Raka temuin dia pingsan di jalan. Raka gak tau rumahnya, makanya Raka bawa ke sini"

"Yaallah! Kamu udah hubungin orang tuanya?" Bi Suci menghampiri Raka dan memegang tangannya sekilas.

Raka menggeleng. "Ini baru mau" katanya sambil merogoh saku untuk membawa handfonenya.

Raka membuka aplikasi Line dan memulai obrolah dengan Ratih.

Raka Bintang P : Ratih lo punya alamat Rasi?

Raka Bintang P : Read cepet!

Lima menit sudah berlalu akan tetapi Ratih belum juga membalas pesannya, membuat dia semakin resah.

Raka Bintang P : LO SO NGARTIS BANGET YA!

Raka Bintang P : Oke, gue gak suka basa-basi. Kalo lo sayang sama sahabat lo, mendi
sekarang kasih alamat rumahnya ke gue! Keselamatan dia ada di tangan lo!

Ratih Mulyani : Maksud lo? Rasi tinggal di kontrakan. Sorry tapi gue gak bisa sembarang
ngasih alamatnya ke orang.

Raka Bintang P : Gue udah minta ijin sama Rasi dan katanya minta sama lo

Ratih Mulyani : Kenapa dia gak kasih sendiri ke lo?

Raka Bintang P : Anjir! Lo banyak bacot. Gue tahu lo sayang sama dia, gue tahu ini udah
jam 9 malem. Anggap aja gini, gue lagi mau nyelametin sahabat lo!
Keselamatannya ada di tangan gue dan lo. Yang paling penting gue minta
alamatnya. Gue mau nyelamatinnya gimana coba kalo gue gak tahu dia
tinggal dimana?

Setelah mendapatkan alamat Rasi, walaupun dengan paksaan, Raka membawa amplop dari dalam lemarinya dan membawa kunci mobilnya.

Dengan gerakan kilat, Raka sudah berada di dalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan maksimal. Setelah hampir dua puluh menit Raka menghantam jalanan, akhirnya dia sampai di alamat yang telah Ratih berikan.

Raka keluar mobil dengan amplop di tangannya. Dia melihat kontrakan di depannya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Dengan ragu, Raka mengetuk rumah yang bersebelahan dengan kontrakkan itu.

Tak lama ada wanita berkepala empat yang membuka pintu. Raka menyalaminya.

"Apa benar, ibu pemilik kontrakan yang selama ini ditempati Rasi?"

*

Raka menggosok-gosokkan handuk ke kepalanya yang basah. Lalu dia mendongak melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi akan tetapi Rasi dari semalam belum bangun juga.

Raka menyimpan handuk itu sembarang, lantas terduduk di ranjang dengan mata yang menatap Rasi lekat. Rasi terlihat begitu tenang. Nafasnya begitu teratur. Raka sedikit ragu kalau ini Rasi, sebab sebelumnya dia tidak pernah tahu Rasi itu yang mana. Raka juga bingung, kenapa dia bisa menolong Rasi sampai dibawa ke rumahnya? Padahal sebelumnya dia belum pernah melakukan itu.

Tiba-tiba nafas Rasi terasa berat. Tangannya menggenggam tangan Raka dengan mata yang masih menutup dan keringat yang ada di dahi. "Ayah! Jangan tinggali Rasi ayah! Ayah kenapa ninggalin Rasi!? Ayah tega!" Rasi mengguncang-guncang tangan Raka, membuat Raka panik. "Ibu juga mau ninggalin Rasi? Ibu juga mau tega kaya ayah? Ibu jangan tinggalin Rasi!"

Galaksi ke2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang