Its Me

2K 224 6
                                    

Seperti biasa kini setiap pagi Violet sudah harus bersiap - siap untuk bekerja. Sudah sebulan ini dia berada di perusahaan milik keluarganya. Dan hingga detik ini pun mereka tidak mengetahui bahwa dia adalah anak bungsu keluarga Cho. Itu tidak menjadi masalah bagi dirinya, selama dia bisa membantu sang kakak meskipun hanya sedikit.

"Selamat pagi." Violet berlari dengan riang ke arah meja makan, memberikan kecupan pada kedua pipi orang tuanya.

"Dimana kakak?" Tanyanya saat tidak melihat sosok Asher di antara mereka.

"Asher sudah pergi dari satu jam yang lalu. Apa kau lupa? Kakakmu ada rapat di kantornya." Jelas Falli, dia memberikan sepiring roti gandum selai coklat kesukaan Violet.

"Aku lupa. Padahal semalam dia baru saja memberikan aku pidato pedasnya." Violet terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Aku pulang." Teriak seorang wanita muda diiringi pria tampan yang telah resmi menjadi suaminya di belakangnya.

Menenteng begitu banyak tas belanjaan di tangan kanan dan kirinya. Arsen, Falli tersenyum menyambut kedatangan putri mereka. Berbeda dengan Violet yang malah mengeryitkan keningnya saat melihat apa yang kakaknya bawa.

"Hei?! Kau tidak merindukanku?" Tanya Yuri dengan wajah cemberutnya saat akan memeluk sang adik.

Dengan polosnya Violet menggelengkan kepalanya pelan dan bertanya kembali. "Kau, pulang berbulan madu. Atau belanja kak? Kenapa membawa banyak barang seperti ini."

Yuri tertawa melihat tingkah polos sang adik, lalu memeluknya dengan erat. "Aku merindukanmu, anak kecil."

"Aku sudah dewasa kakak." Balasnya.

"Bagiku kau masih tetap adik kecilku Violet." Tegas Yuri.

Violet hanya dapat mengerucutkan bibirnya sempurna. Tanda bahwa dirinya tidak suka disebut anak kecil atau semacamnya.

"Terserah kau saja kak." Lanjutnya. "Maaf, aku harus segera pergi. Jika tidak aku akan terlambat bekerja. Sampai jumpa semua."

Violet kembali mencium pipi kedua orang tuanya serta Yuri. Dia lalu berlari dengan tergesa - gesa ke sebuah halte bus yang tidak begitu jauh dari rumahnya.

Ya, itulah Violet. Dia menolak supir pribadi yang telah di sediakan oleh keluarganya dan memilih untuk berjalan kaki atau naik kendaraan umum.

***

Violet memandang keluar jendela bus. Dia tersenyum kecil saat melihat banyak orang berlalu lalang di trotoar. Melihat barisan anak kecil yang ingin menyebrang jalan, itu sangat menggemaskan.

Bus berhenti di halte selanjutnya. Banyak penumpang baru yang ikut naik, namun itu tidak membuat Violet menghentikan fokusnya pada orang - orang di luar sana. Terasa kursi di sampingnya telah diisi oleh penumpang lain, dan mulai berjalan kembali.

Dia tidak menyadari siapa orang yang telah duduk di sampingnya. Pandangannya tetap tertuju pada suasana di luar sana.

Hingga sebuah suara membuatnya menoleh bingung.

"Hei gadis bodoh." Ucapnya dengan senyum yang lebih terlihat seperti seringaian.

"Kau gadis bodoh yang menabrak tembok saat menuruni tangga itukan." Lanjutnya.

Violet membelalakan matanya, memandang pria di hadapannya dengan kesal. Dia ingat, pria ini adalah orang yang menolong serta mengatainya sebulan yang lalu.

Pria angkuh dan menyebalkan. Violet akui dia cukup tampan, namun sikap menyebalkannya itulah yang membuat Violet kesal.

"Apa kau bilang?!"

SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang