"Bukankah hari ini kau memiliki jadwal konsultasi?" Violet tengah mengemas barang yang akan ia bawa, kedalam kopernya.
"Tidak ada." ucap pria yang tengah sibuk membantu Violet berkemas.
Gadis itu berkacak pinggang, menatap Kenta dengan sedikit jengkel. Lalu mulai mengoceh. "Bagaimana kau bisa menjadi seorang dokter? Dengarkan aku, meskipun kau seorang dokter ahli jiwa yang menangani orang-orang sepertiku. Tapi itu bukan berarti kau boleh seenaknya mengesampingkan pasienmu demi alasan pribadi seperti ini. Lagipula aku akan pergi besok siang, bukan hari ini."
Ocehan Violet sukses membuat Kenta terkekeh riang. Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal, apa ada yang lucu? pikirnya.
Tidak, tentu saja tidak. Kenta tertawa karna tingkah Violet membuatnya tersentuh. Bukankah kebanyakan wanita akan bahagia jika seorang pria mendampinginya. Namun dengan cepat Kenta membuang jauh-jauh pikirannya. Mana mungkin, jantungnya kembali berdebas secara tidak normal.
Entah mengapa dirinya begitu takut untuk berada jauh dari Violet, senang gadis itu memiliki keberanian untuk kembali menapaki jalan hidupnya lagi. Namun disisi lain Kenta merasa takut akan hubungan mereka. Akankah Violet tetap mengingatnya, nanti?
"Semuanya sudah kau bawa?"
"Ya"
"Kau yakin tidak ada yang tertinggal?"
Gadis itu kembali memastikan bahwa semua barang bawaannya telah tersimpan rapi, "Semuanya lengkap, Kapten." ucapnya dengan menepuk-nepuk tas yang terkait rapi di bahunya.
"Kau melupakan sesuatu," Kenta mengalungkan sebuah scarf maroon di leher Violet. "Hubungi aku jika kau sudah sampai." lanjutnya.
Kenta membawa koper kecil milik Violet, menyimpannya di bagasi, lalu merekapun bergegas menuju bandara.
Dia tersenyum mengiringi kepergian Violet, pria itu masih setia mematung, menatap langit musim semi yang begitu indah. Melepas kepergia seseorang yang tanpa sadar telah membuatnya jatuh hati.
***
Violet berjalan santai dengan koper yang ada dalam genggamannya. Gadis itu tersenyum hangat, rasanya suasana London tetap sama, tidak ada yang berubah, kecuali orang-orang yang ia temui di bandara saat ini.
Iris birunya terpaku pada sosok wanita cantik, dengan seorang gadis kecil dalam gandengannya. Keduanya melambaikan tangan pada dirinya, dengan senyum mengembang. Violet tersenyu, berjalan dengan sedikit tidak sabar ke arah kakaknya. Gadis itu memeluk Yuri dengan erat, seolah menyalurkan semua rindu yang terpendam dalam diri.
"Dan lihat lah ini," gadis itu berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil yang terlihat mirip dengan sang kakak. "Zoey Abraham, apa kau mengenal ku?" Violet memeluk gadis kecil itu dengan hangat.
Zoey mengangguk kecil dengan senyum yang tak pernah lepas dari raut wajah cantiknya. Membuat Violet sangat gemas.
"Daddy dan Mommy akan mengomeliku jika putri bungsunya mengulur waktu untuk bertemu dengan mereka, karna terlalu asyik bermain dengan keponakannya." Tegur Yuri, dengan wajah yang sengaja terliat jengkel. Membuat Violet terkekeh pelan.
Gadis itu segera bangkit saat melihat pria yang tak asing lagi dalam hidupnya. Untuk sesaat tubuh Violet bergetar takut, pria itu tersenyum. Senyum yang berbeda dari tiga tahun lalu, senyuman yang terasa hangat dan ramah.
"Senang berjumpa dengan mu." Shawn menyapanya dengan ramah, pria itu menyambut tangan Yuri yang memintanya untuk membawakan koper milik Violet ke dalam bagasi.
"Bagaimana dengan Jepang? Apa kau sudah menemukan seseorang yang berani menemui Arsen?" Tanya Shawn ketika mereka tengah berada di dalam mobil, menuju kediaman keluarga Cho.

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring
RomantikaSequel Dark love psycho Aku kira Asher membenciku karna aku lahir. Namun dugaanku salah, dia menyayangiku sangat menyayangiku. Dia adalah kakak terhebat yang pernah aku miliki. Melindungi kami dengan caranya sendiri. Pria yang benar - benar memiliki...