Hari masih menunjukan keceriaannya. Sang surya masih betah berlama - lama untuk memancarkan cahayanya. Namun di club milik Nick sudah ada seorang pengunjung yang sedari tadi hanya duduk diam memandang kosong kepada pria keturunan inggris tersebut.
Sebagai teman yang baik tentu saja Nick memilih untuk diam, hingga pria itu membuka suaranya. Dia menangis, menangis bagaikan anak kecil yang Nick temui duapuluh tahun yang lalu. Anak kecil yang terlihat seolah dirinya kuat namun hatinya sangat rapuh. Anak yang duapuluh tahun lalu memutuskan untuk menjadi adik angkatnya. Anak yang penuh tekad dan mandiri.
Namun lihatlah kini anak itu kembali menangis seperti saat mereka masih kecil. Nick menghela nafasnya dalam - dalam. Bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Setelah selama ini pria yang ia anggap sebagai adiknya sendiri itu berusaha tumbuh menjadi orang yang kuat. Apa yang membuatnya kembali rapuh?
"Aku melepaskannya."
"Nick, aku adalah pria yang sangat kejam." isaknya dengan penuh penyesalan.
"Aku berbicara sangat kasar, membentaknya dengan keras. Bahkan aku bisa melihat dia sangat terluka karna perbuatanku." Dean mengusap air matanya yang mulai mengalir deras.
"Aku mencintainya begitu besar. Namun semua itu yang membuat hubungan kami seperti ini. Kenapa Tuhan sangat tidak adil padaku Nick."
Pria itu menepuk pundak Dean prihatin. Memberikan semangat serta nasihat pada sahabatnya.
Nick hampir gila menghadapi Dean saat ini. Pria itu tidak pernah sekacau ini, meski Violet bukan gadis pertama yang sahabatnya itu kencani. Sepertinya gadis itu memiliki tempat yang begitu luas di hati Dean.
"Berhenti Chris! Kau bisa mati jika terus seperti ini!" direbutnya paksa sebuah botol minuman dari tangan Dean.
Dia tidak perduli berapa banyak minuman yang akan di hancurkan Dean di dalam Clubnya. Bukan di tenggaknya hingga mabuk seperti ini. Dean bisa mati akibat keracunan alkohol jika Nick tidak menggentikan pria gila itu.
"Ini semua tidak akan menyelesaikan masalah dalam hidupmu, tunggu disini. Aku akan mengantarmu pulang."
Nick beranjak dari tempat mereka duduk, Dean sudah sepenuhnya mabuk. Matanya memerah akibat pengaruh alkohol. Pria itu tersenyum hambar saat melihat sekitarnya, ini baru menjelang malam hari jadi belum banyak pengunjung ditempat itu.
Dean beranjak dari duduknya, berjalan dengan sempoyongan. Tak jarang ia menabrak meja atau bahkan pengunjung yang ada disana. Dan tanpa perduli, pria itu terus saja berjalan keluar. Untuk kesekian kalinya pria itu menerjang seseorang. Kali ini korbanya adalah seorang wanita, dia mengaduh karna terkejut.
Nampaknya mereka sama - sama dalam pengaruh alkohol. Wanita itu tersenyum pada Dean, namun pria itu tetap berjalan semampunya. Menghentikan taksi yang biasa berhenti di depan club milik Nick.
Mereka menumpangi taksi yang sama, tanpa Dean minta. Pria itu hanya memanda wanita disampingnya tanpa minat. Yang dia inginkan saat ini hanya tidur dengan nyaman di apartemen sederhananya itu. Tanpa perlu mengucapkan alamatnya. Supir taksi itu pun mengantarkan mereka ke apartemen milik Dean. Jangan tanya darimana dia tahu alamat Dean.
Pria itu sudah sering menumpang taksi mereka jika ia tengah mabuk berat seperti ini. Jauh sebelum ia mengenal Violet.
****
"Kau sudah lebih baik sekarang?"
Asher membawakan secangkir coklat hangat untuk adiknya. Menyuapi gadis itu dengan sabar, mekipun sedari tadi adik terkecilnya itu menolak untuk makan apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring
RomanceSequel Dark love psycho Aku kira Asher membenciku karna aku lahir. Namun dugaanku salah, dia menyayangiku sangat menyayangiku. Dia adalah kakak terhebat yang pernah aku miliki. Melindungi kami dengan caranya sendiri. Pria yang benar - benar memiliki...