Waktu seolah terhenti, dia pria yang pernah singgah dihati Violet. Masih dengan senyum yang sama, menggetarkan hati wanita manapun yang melihatnya. Tatapan mata tajam yang meluluh lantakan hati Violet, masih ia miliki.
"Violet?" pria itu kembali bersuara, "Bolehkah, aku duduk disini?" lanjutnya, menunggu jawaban.
Violet kembali pada dunianya, menatap pria itu tanpa ekspresi. "Silahkan." hanya itu yang terucap darinya.
Dean tersenyum, gadis yang ada dihadapannya terlihat sedikit berbeda dari gadis yang ia kenal dulu.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Baik." Violet menjerit dalam hatinya, kenapa? Kenapa sikapnya saat ini begitu dingin pada pria yang ada di hadapannya.
Pria itu menatap manik mata Violet dalam, seolah tidak lagi ada sedikitpun kenangan tentang dirinya di dalam hati gadis itu.
"Ayah!!" seorang gadis kecil berlari menghampiri Dean.
Bukankah itu gadis kecil yang tadi terjatuh disampingnya? batin Violet.
"Elle, sudah ayah katakan. Jangan pernah berlari, kau bisa terluka." tegur Dean, gadis kecil itu hanya menampakan deretan gigi kecilnya yang terawat rapi.
Violet hanya diam, mengati percakapan ayah dan anak dihadapannya. Berselang kemudian makanan yang ia pesan pun datang.
Dean meminta Elle untuk kembali bermain, ia ingin berbicara dengan Violet."Dia, putriku." entah apa yang Dean lakukan, ia berfikir menjelaskan status Elle kepada Violet adalah hal yang perlu ia lakukan.
Violet hanya mengangguk mengerti, gadis itu seolah kehilangan minatnya untuk bertemu dengan masalalunya. Gadis itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun, entah itu meminta penjelasan atau sekedar berbasa basi. Hal itu justru membuat Dean tak tenang.
Pria itu kembali membuka suara, kali ini raut wajah penuh sesal, sedih dan kecewa terlihat jelas di wajahnya.
"Kurasa aku terlah melukaimu sangat dalam. Sikap bodohku saat itu, membuat diriku buta akan kebenarannya," Violet hanya menatapnya diam, membuat Dean menghela nafasnya pasrah. "Violet. Aku sudah tahu semuanya. Tentang hubunganmu dan Asher, serta status Jevin sebagai keponakanmu. Maafkan atas kebodohanku."
"Aku terlalu percaya pada perkataan orang lain. Tanpa mendengarkan penjelasanmu, aku bahkan telah melukaimu dengan tidur bersama ibu Elle." Lanjutnya.
Hati Violet berdenyut, seperti ada ribuan jarum menusuk satu titik terdalam di hatinya. Ingatan- ingatan pahit tentang Dean kembali menyeruak dalam otak kecilnya. Emosi Violet yang telah dengan susah payah ia kendalikan, bisa saja runtuh dengan lemahnya. Beruntung Jevin datang, Violet mengeryit bingung.
"Kenta." Suara itu yang terlontar dari mulut Violet yang sedari tadi hanya diam. Membuat Dean melayangkan tatapan tajamnya pada sosok pria berwajah asia, pria yang tersenyum dengan lebar kearah Violet.
"Kau merindukan ku?" Kenta duduk di samping Violet, mengabaikan tatapan Dean yang seolah mengulitinya. Pria itu tidak datang sendiri, Asher ada bersamanya dan mereka pun duduk berlima. Asher, Kenta, Violet, Dean dan Jevin dalam pangkuan sang ayah.
"Bagaimana? Kalian bisa menemukan kami?" Tanya Violet heran.
Kenta menunjuk Asher dan layar ponselnya. "Bersyukurlah karna kita hidup di jaman modern." Kekehnya pelan.
Violet memutar bola matanya jengah, dan satu hal yang ia sadari. Bagaimana mungkin, Kenta berada di London?
Seolah tahu isi pikiran Violet, Kenta dengan santai menjawab jika semua pekerjaannya telah selesai, dan meminta cuti hingga satu bulan kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring
RomanceSequel Dark love psycho Aku kira Asher membenciku karna aku lahir. Namun dugaanku salah, dia menyayangiku sangat menyayangiku. Dia adalah kakak terhebat yang pernah aku miliki. Melindungi kami dengan caranya sendiri. Pria yang benar - benar memiliki...