Love blossom

401 62 16
                                    

Violet tengah sibuk mengerjakan tugasnya sebagai sukarelawan perawat di Rumah Sakit Jiwa tempat Kenta bekerja. Gadis itu merawat, bermain serta bergurau dengan pasien yang mengidap depresi akut. Tentu saja sebagai orang yang pernah melalui masa sulit itu, Violet sangat mengerti apa yang mereka rasakan. Tak jarang gadis itu menerima perlakuan kasar jika para pasien sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil.

Kenta mengamati gadis itu dari balik jendela kaca yang cukup besar, sebuah senyum menghiasi wajah tampannya. Entah sudah berapa lama pria itu berdiri mematung hanya untuk mengamati kegiatan Violet.

"Kalian tidak benar- benar berkencan." suara seorang pria muda mengejutkan Kenta.

Dengan gugup Kenta menatap teman seprofesinya itu tajam. Pria itu hanya terkekeh, lalu menimpali perkataannya sendiri. "Tidak ada salahnya bukan, seorang dokter dan mantan pasien saling jatuh cinta. Terdengar sangat manis. Menurutku Violet adalah gadis yang baik, jika kau bisa meluluhkan hati Mr. Yamamoto tentunya." pria itu menepuk pundak Kenta dengan begitu dramatis. Lalu pergi meninggalkan Kenta yang masih setia memandang Violet.

Disudut lain seorang wanita tengah memperhatikan Kenta dengan jengah, memilih untuk pergi sebelum kesabarannya habis.

***

Kenta tengah sibuk dengan pekerjaannya, menganalisis beberapa kasus yang di idap oleh pasien yang ia tangani. Terlalu fokus, itulah yang selalu pria itu lakukan hingga tidak menyadari bahwa seseorang telah masuk ke dalam ruangannya, duduk di kursi tepat di hadapannya.

Wanita itu berdecak kesal di sertai senyum simpul. "Apa pekerjaanmu itu sungguh lebih menarik daripada diriku?" Kenta sedikit terkejut, memandang wanita di hadapannya dengan raut wajah ramahnya.

"Ah, kapan kau kembali? Apa kau kembali di tugaskan disini?" tanyanya tanpa basa - basi.

Wanita itu terkekeh miris. "Bukankah itu kata sambutan yang sangat tidak sopan? Apa kau tidak merindukan ku, Adachi Kenta?"

Pria itu berdecak, menggelengkan kepalanya dengan senyum yang tak lepas dari raut wajahnya. "Selamat datang kembali Rebbeca, senang rasanya bisa bekerja sama denganmu lagi." ucapnya kemudian.

Ya, dia Rebbeca. Wanita yang pernah membuat dunia Kenta berwarna. Wanita yang sangat ia cintai, dan wanita itu pula yang melukai hatinya. Namun bukan Adachi Kenta namanya jika tidak dapat memaafkan semua kesalahan yang Rebbeca lakukan. Sudah sejak lama ia memaafkan semua yang wanita itu lakukan.

"Kau menjalani hubungan dengan gadis itu?" Rebbeca meletakkan secangkin teh yang baru saja ia minum.

"Violet? Ya, kami berteman. Dia seperti adikku."

"Adik, kau bahkan meninggalkanku karna gadis gila itu." Rebbeca berkata dengan senyum mengejeknya.

"Bukan karna dia, tapi karna dirimu sendiri." Kenta mulai tersulut amarah, ketika wanita itu menyinggung perihal Violet. Memang benar sebagian kecil alasannya mengakhiri hubungan mereka. Karna ketidak sukaan Rebbeca pada Violet. Namun ada alasan lain yang membuat Kenta mengakhiri hubungan keduanya.

Rebbeca memandang Kenta tidak percaya, bagaimana bisa ia membela seorang gadis gila yang baru di kenalnya beberapa tahun ini. Dari pada dirinya, yang telah mengenal Kenta sejak duduk di bangku sekolah, meski baru beberapa tahun lalu mereka akhirnya menjalin hubungan, lalu kandas begitu saja. Wanita itu lagi-lagi tersenyum muak.

Sebelum Rebbeca kembali mengolok-olok Violet. Kenta terlebih dahulu berbicara. "Kau ingin tahu alasan sebenarnya kita berpisah?" Rebecca memandangnya dengan penuh minat. Namun tetap menjaga harga dirinya di hadapan Kenta.

"Apa?"

"Karna kau terlalu egois, kau terlalu berambisi pada dirimu sendiri tanpa perduli dengan pendapat orang lain. Kau masih ingat saat ibuku dalam keadaan kritis?" Kenta menatapnya datar, tanpa minat.

SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang