Answer

995 143 6
                                    

Violet terdiam di kamarnya, menatap dunia luar dari balik jendela kamarnya. Entah karna apa, hati gadis itu tengah gusar. Sejak Arsen melarangnya untuk pergi bekerja, dia hanya diam. Mengurung diri dalam kamar.

Sebuah ketukan pintu mengaggu lamunannya. Violet tersenyum saat seseorang yang berada di balik pintu itu mengintip masuk dari celah pintu yang sedikit ia buka.

"Masuklah kak."

Dengan senyum mengembang ia pun melangkah masuk, ternyata itu adalah Yuri. Wanita itu memilih untuk duduk di samping sang adik. Memperlihatkan wajah bahagianya yang tentu saja membuat adiknya itu penasaran.

"Ada apa? Kau terlihat sangat bahagia." tanya Violet antusias.

Yuri memberikan selembar kertas yang menuliskan sebuah rumah sakit di kota mereka dengan jelas. Violet membaca isi kertas tersebut yang menjelaskan bahwa kakak perempuannya itu tengah mengandung. Sebuah senyum bahagia terukir di wajah keduanya.

Violet memeluk kakaknya dengan hangat, memberikan ucapa serta doa untuk calon keponakannya tersebut.

Mereka terhanyut dalam sebuah obrolan ringan. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak menghabiskan waktu luang bersama, sejak Yuri memasuki bangku perguruan tinggi. Gadis itu mulai sibuk dengan kegiatannya, begitu pula Violet yang enggan untuk menganggu kakak keduanya itu.


"Bagaimana hubunganmu dengan dia?"

Violet terdiam untuk sesaat, gadis itu hanya tersenyum lembut menanggapi pertanyaan kakak perempuannya. "Kau tahu? Mereka bersikap seperti itu bukan hanya padamu, namun pada diriku juga. Tapi lihatlah sekarang, aku dapat hidup bahagia dengan Shawn. Bersabarlah, Daddy mungkin belum bisa menerima jika putrinya telah tumbuh menjadi gadis dewasa."

"Kakak, apa kau yakin dengan perasaan Shawn padamu?" Manik mata Violet tertuju pada Yuri, menatap wanita cantik itu dengan sendu.

Dengan tersenyum penuh keyakinan Yuri mengangguk, mengenggam tangan adiknya hangat. "Tentu saja, aku melihat ada cinta di matanya. Bahkan sebentar lagi buah cinta kami akan melengkapi keluarga kecil ini."


Violet tersenyum miris, Yuri begitu mencintai Shawn. Sedangkan suaminya itu terus menganggu adik bungsunya. Gadis itu berharap suatu hari nanti cinta tulus Yuri akan terbalaskan, dengan hadirnya anak dalam kandungan sang kakak.

***

Dean berjalan keluar dari lobi gedung besar yang selama ini menjadi tempatnya untuk bekerja. Beberapa jam sebelumnya, pria itu telah memberikan surat pengunduran dirinya pada HRD tempatnya bekerja. Setelah pembicaraannya dengan Shawn semalam, pria itu bertekad untuk meninggalkan Violet. Bahkan memutuskan untuk berhenti dari perusahaan Asher.

Bukan hal yang sulit baginya untuk keluar dari pekerjaan yang selama ini ia tekuni untuk membangun bisnis kecilnya. Mengingat dirinya masih bisa bekerja paeuh waktu di club, setelah dirasa cukup untuk membuka bisnisnya. Barulah ia akan fokus pada usahanya.

Pria itu melajukan kendaraannya dengan tenang, menuju sekolah Jevin. Beberapa waktu sebelumnya, Dean telah menghubungi Violet. Memintanya untuk bertemu, dan tentu saja gadis itu mengiayakan.

Arsen hanya mengizinkan Violet untuk pergi menjemput keponakan kecilnya, itu pun harus di dampingi oleh Asher dengan terpaksa gadis itu menuruti permintaan dari sang ayah.

Mata Dean menatap tajam pada objek yang tampak tertawa bahagia, dengan mengenggam tangan kecil Jevin. Violet berjalan ke depan gerbang sekolah keponakan kecilnya itu, disana tampak Asher telah menunggu keduanya.

Dean menghampiri mereka dengan tidak sabar, menarik tangan Violet dengan paksa. Membuat gadis itu tersentak karna terkejut.

"Kau sudah datang," tanpa menjawab perkataan gadisnya, Dean menyeret tangan Violet membuat gadis itu memekik kesakitan. "Apa yang kau lakukan, Dean ini sakit."

SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang