Spring

430 58 2
                                    

Violet tengah duduk di samping Kenta, tatapannya terlihat takut-takut menatap Arsen yang tengah duduk bersama Fallecia. Merasa jika gadisnya tengah gugup, pria itu memilih untuk mengenggam tangan Violet dengan erat, memberikan senyuman teduh untuk gadis yang ia cintai.

Arsen berdeham, matanya menatap tajam pada tangan putrinya. Membuat nyali Violet kembali menciut, gadis itu meremas tangan besar Kenta, seolah berusaha menghisap energi pria yang duduk tenang di sampingnya.

"Hm," sekali lagi Arsen berdeham, sebelum ia memulai pembicaraan penting ini. "Jadi, kapan pernikahan kalian akan di selenggarakan? Tempat serta dekorasi? Persiapan dan-," pria itu terdiam untuk beberapa saat.

"Apa kau akan membawa putriku untuk hidup dan tinggal di Jepang?" lanjutnya, tergurat sebuah kesedihan di raut wajah tegasnya.

Fallecia memandang suaminya lembut, dia tersenyum penuh pengertian.

"Lebih cepat, akan terasa lebih baik Mr. Yamamoto," Kenta menjawab dengan mantap, pria itu mempererat genggamannya. "Ya, kami akan tinggal di Jepang, anda tidak perlu khawatir. Putri kalian akan bahagia bersamaku. Aku berjanji dan bersumpah akan hal itu."

"Musim semi tahun ini akan segera berakhir," terdengar helaan nafas Arsen. Kehilangan Putri bungsunya dalam waktu kurang dari setahun.

"Bisakah kalian menikah di musim semi tahun depan?"

Violet dengan cepat meraih tangan Arsen yang duduk di hadapannya, gadis itu memeluk ayahnya dengan menahan tangis. "Dad,"  Suaranya serak, gadis itu tidak mampu menahan tangisnya yang mulai pecah.

Arsen mengusap punggung putrinya yang masih bergetar dengan lembut. Memberikan kecupan bertubi-tubi pada puncak kepala gadis itu.

"Berikan kami waktu bersama putri kami," pintanya pada Kenta.

Pria itu tersenyum tulus, lalu mengangguk. "Musim semi tahun depan, kurasa cukup untuk mempersiapkan segalanya. Mengingat jadwalku yang begitu padat di tahun ini. Terimakasih atas pengertian anda Mr. Yamamoto."

Violet masih bermanja-manja bersama Kenta, gadis itu sengaja menyandarkan punggungnya di dada pria itu. Iris matanya masih terfokus pada buku tebal yang tengah ia baca, sedangkan pria yang menjadi sandarannya hanya dapat memejamkan mata, memeluk pinggang gadisnya dengan posesif. Mereka tengah menikmati angin musim semi yang akan segera berakhir, di halaman rumah Arsen.

Tengkuk Violet terasa berat, ketika ia menyadari bahwa Kenta tengah menyandarkan kepalanya di belakang kepala Violet.

"Kapan jadwal penerbanganmu?"

"Lusa," Kenta mempererat pelukannya, menghirup aroma lavender pada rambut gadisnya, "Aku akan sangat merindukanmu."

"Kita bisa bertukan pesan, surel, dan bahkan melakukan panggilan video,"

"Tidak akan sama," kali ini Kenta menegakkan posisi duduknya, masih tetap memeluk Violet dengan erat. "Aku akan pergi ke Cuba untuk melakukan kunjungan tiap tahunnya. Menggantikan Prof. Akahi selama tiga bulan,"

Pria itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Violet dengan frustasi, "Hidupku terbiasa dengan kehadiranmu, ini membuatku gila."

Violet mengusap kepala Kenta dengan lembut, dia tahu prianya sangat bertanggung jawab serta berdedikasi tinggi pada pekerjaannya.

"Jika menghadapi Daddy saja kau mampu, lalu mengapa saat ini kau terlihat tidak yakin untuk berpisah denganku?"

Kenta kini menatap wajah Violet dengan lesu," Honey, kita akan berpisah hingga musim semi berikutnya. Aku tidak dapat membayangkan hidupku tanpamu."

SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang