Gadis itu terlihat gusar, menatap layar ponselnya berulang kali. Kereta bawah tanah yang ia tumpangi sebentar lagi akan sampai di pemberhentian terakhir. Alamat rumah yang ia tuju benar -benar sulit untuk di temukan oleh seorang gadis rumahan seperti dirinya. Dia bergegas turun bersama penumpang lain, kembali menumpangi taxi seraya memberi tahu alamat pada sang driver.
Sebuah rumah yang cukup megah terlihat kokoh dihadapan Violet, gadis itu terperangah untuk beberapa saat, sebelum trun dan mengucapkan terimakasih pada pria paruh baya yang telah mengantarnya. Di tekannya tombol pintu gerbang rumah tersebut, terdengar suara yang tidak asing lagi untuk Violet. Gerbang tinggi di hadapannyapun terbuka, hanya ada seorang pria dengan perawakan tegap dan tegas. Mempersilahkan gadis itu masuk tanpa basa basi.
Violet terlihat sedikit gemetar, berjalan kearah pintu besar rumah tersebut. Hari telah beranjak senja saat dirinya telah berada di rumah baru Shawn. Tanpa perlu repot -repot untuk mengetuk atau bahkan memijat bell rumah itu, sang pemilik telah terlebih dahulu menyambutnya dengan sumringah. Mempersilahkan gadis itu masuk ke dalam istananya, yang mungkin sebentar lagi akan menjadi istana bagi Violet juga.
Gadis itu melangkah masuk. Raut wajahnya terlihat jengah. "Wow... Ku kira kau terlalu bersemangat. Aku bahkan memintamu untuk datang malam ini, akan tetapi kau datang lebih awal dari perkiraanku." Ungkap Shawn senang.
Pria itu menggiring Violet ke ruang keluarganya, mempersilahkan gadis itu untuk duduk. Dan menjamunya dengan segelas limun segar di musim panas.
"Katakan apa maumu, dan dimana kakak ku?!" Ucap Violet tanpa basa basi.
Shawn berdecak tak senang. Mengapa Violet harus menanyakan Yuri disaat mereka tengah berdua. "Ck... Ayolah, bisakah kau hanya membicarakan tentang kita?" Violet menatapnya tajam, membuat pria itu tersenyum simpul.
"Baiklah, ternyata benar putri bungsu Yamamoto memang memiliki sifat keras kepala dan tidak dapat di tentang. Jadi mari kita buat kesepakatan," Shawn sedikin mencondongkan tubuhnya kedepan, kedua tangannya saling bertautan dengan erat. "Kakak dan keponakan mu akan tetap hidup dengan selamat, sebagai gantinya. Aku akan meninggalkan Yuri dan menikah dengan mu. Aku tidak akan menganggu keluargamu jika kau setuju." Lanjutnya.
Violet mengeryit bingung. "Apa maksudmu? Shawn aku tahu kau tertarik padaku, tapi apa kau segila itu hingga ingin mencelakai keluarga ku hanya untuk mendapatkan ku? Berhenti bergurau, dimana kakak ku?!"
Pria dihadapannya hanya terkekeh pelan, seolah apa yang Violet ucapkan adalah sebuah lelucon yang lucu. Gadis itu menatap Shawn tajam.
"Tenang sayang, Yuri baik - baik saja. Dia sedang tidur di kamar kami," tawanya tak lepas dari wajah tampan Shawn, dan itu terlihat begitu memuakan bagi Violet. Apa Shawn saat ini tengah mempermainkannya pikir Violet. Shawn menggelengkan kepalanya pelan. "Biar aku ceritakan sebuah kisah yang sangat indah. Aku berani bertaruh setelah kau mendengar ini, kau tidak akan menolak ku Violet."
Shawn menceritakan kisah hidupnya dengan seksama, tentang bagaimana ia tumbuh, siapa ayah kandungnya. Bagaimana ia dan Yuri bertemu di musim gugur beberapa tahun yang lalu. Violet tampak tak berminat untuk mendengarkan itu semua, tapi percayalah Shawn tahu betul jika gadis pujaannya itu sesungguhnya mendengarkan semua ceritanya dengan seksama.
Shawn tersenyum saat menceritakan pertamakalinya ia jatuh cinta pada gadis remaja yang ia temui ditaman saat berjumpa dengan Yuri. Dia adalah Violet, cinta pertamanya. Namun semua itu berubah saat ia ingat kembali siapa ayah Violet, dan dendam yang ia bawa karna kehilangan satu- satunya orang tua yang Shawn miliki telah kehilangan nyawa karna seorang Arsen.
Raut wajah Violet sama persis seperti Yuri ketika mendengar Shawn menyebut ayah mereka sebagai pembunuh. "Apa kau terkejut?" Ucap Shawn.
"Pria yang kau sebut ayah adalah monster pembunuh," Kini Shawn tertawa lantang. "Ayolah Violet, bukan hanya ayahmu yang seorang pembunuh. James Abraham, ayahku. Dia bahkan berperan besar dalam pasar gelap. Bisa kau bayangkan, bukankah kita berdua cukup serasi? Latar belakang keluarga kita, dan aku cukup pantas untuk bersanding denganmu. Bagaimana menurutmu? Bukankah penawaranku sebelumnya cukup adil, aku bisa saja membunuh Yuri bahkan Arsen sekalipum jika aku mau, tapi aku tidak ingin kau bersedih karna itu, jadi bagaimana?" Ucapnya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring
RomanceSequel Dark love psycho Aku kira Asher membenciku karna aku lahir. Namun dugaanku salah, dia menyayangiku sangat menyayangiku. Dia adalah kakak terhebat yang pernah aku miliki. Melindungi kami dengan caranya sendiri. Pria yang benar - benar memiliki...