Bukankah pada pertemuan malam kau telah berjanji sebagai laut? pada luasmu kau merengkuh riak dan beberapa ombak yang terhembas angin di penghujung musim?. Juga pada birumu, kau samarkan beberapa kelabu yang mengharu karena limbah limbah itu. Dan pada tenangmu, kau akan menampung rintik yang terus berjatuhan bersama beberapa kilat yang garang? Apakah kau amnesia Tuan?
Lihatlah! muara itu hampir tenggelam, airnya melimbah sampai permukaan, juga beberapa ikan yang terdampar, menghebuskan nafas di penghabisan.
Aku merintik Tuan, pada segulung awan yang memaksaku jatuh kepulakanmu yang datar, bersama beberapa kilat yang pernah kita sebut sebagai cobaan.
Peluk aku Tuan! peluk aku di birumu yang tenang, kecup aku dengan riakmu yang tertahan. Lalu mari sama sama kita biaskan, biru abumu menjadi lengkung pelangi yang menawan.Ell.Hongkong13feb2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kelelawar
Poetry"Aku ingin mengabadikanmu dalam setiap goresan tinta, Lalu memelukmu dalam pandangan hampa, sekali lagi menunggumu yang sia-sia"