Kau pasti percaya akan indahnya malam. Pun bintang juga bulan, dan sunyi yang begitu damai. Tapi, malam tetaplah malam. Yang tak pernah bisa ingkar, akan gelap yang menakutkan. Kau pasti juga percaya, bahwa kopi yang terseduh tadi pagi;begitu nikmat saat bercumbu dengan bibirmu yang hangat. Tapi, kau pasti akan mengamini, jika dalam dasar gelas;akan tersisa pahit yang tak bisa teringkari.Tentang sunyi yang begitu kau sukai, juga kebebasan yang begitu kau inginkan. Kau pasti juga mengerti, akan terdapat bosan, sepi dan rasa ingin berpulang. Begitupun dengan aku. Yang tak pernah cukup sempurna tuk jadi sisi lain dari pantulan bayangmu di depan cermin.
Aku yang memujamu dalam diam, saat perbedaan bagai jurang. Memang, tak cukup sempurna tuk bersatu dalam genggam. Juga jemariku tak cukup hangat tuk lingakari lehermu yang terlalu jenjang.
Tapi, bisa kupastikan. Bening hatiku melebihi pantulan embun tuk mengasihimu. Kendati ucapmu:kita hanya bercinta dalam fiksi, berkhayal lewat mimpi dan mulai berjanji dengan pasti. Aku akan terus berusaha, merangkai simpul senyummu. Juga gelak yang semalam hilang tertelan duka bergelegak.
Aku tak mampu berjanji tuk lebih berkilau daripada perak. Atau lebih madu dari senyuman Ibu. Tapi, aku berjanji tuk terus berdiri tegak. Berjalan tanpa sendat, melangkahi setapak demi setapak jalan membentang yang pisahkan kita pada rindu tuk berpulang. Ya, aku berjanji😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kelelawar
Poetry"Aku ingin mengabadikanmu dalam setiap goresan tinta, Lalu memelukmu dalam pandangan hampa, sekali lagi menunggumu yang sia-sia"