Monolog Hati
#EllLihatlah Ell! bayangan di cermin itu, tak lagi sama. Ada gurat menua, meski samar namun terlihat jua. Juga rapuh pada kelopak mata, dan gelap pada sisinya. Kau terlihat menyedihkan!. Sebaiknya kau lebih banyak berteman dengan kaca, agar wajah payah itu dapat kau baca.
Ahh...aku lupa, kaca sudah tak lagi mau bercanda, bahkan menatapmu saja dia lakukan dengan terpaksa. Tampaknya kau memang tak akan pernah punya tempat tuk sekedar bersandar atau bercanda ria. Kau menyedihkan! banyolan sampahmu di maya tak lebih dari onggokan busuk yang memuakkan. Jika mereka tertawa, percayalah itu hanya pura-pura!.
Lalu untuk apa kau persiapkan kantong cahaya? tak akan ada sinar yang ingin memasukinya. Takkan ada dan takkan pernah ada!. Kau terus melakukan kebodohan yang sia-sia. Menunggu sesuatu yang tak ada ujungnya. Percayalah, matahari yang kau tunggu akan tetap sama, takkan mungkin berubah warna.
Juga lembaran-lembaran usang itu, untuk apa kau tetap menggenggamnya?. Lihatlah tong sampah telah menunggunya. Kau bodoh Ell! sampai kapan kau terus rayu jiwa, agar tetap terpaku pada kertas yang sama. Sampai kapan? sampai rintik berubah jadi batu? atau mendung menjadi hijau?. Hei! bangun!. Ini sudah sampir tengah hari, tidakkah kau tengok mentari hampir muntah tuk menanti?. Bangun bodoh!.
Ell....
Tengoklah, pipimu semakin tirus. Sumur di tengahnya pun hampir mengering. Kau juga terlihat lebih ceking. Tapi kenapa kau masih biarkan pikirmu menceracau pada tanahtanah kering?.
Ayolah,
Sedikit berfikir...
Rindu itu hanya membuatmu kentir.Apa kau lupa? pada ribuan kacu yang belum mengering. Semuanya anyir dan memerah.
Sudahlah, hentikan kebiasaan itu!. Untuk apa kau terus menyakiti diri? sementara sunyi telah enggan menemani. Dia telah berubah menjadi gempita tawa. Tinggal kau sendiri yang masih terpuruk pada nganga yang sama. Cobalah berdiri, jejakkan kaki rapuhmu pada pelataran depan. Ada rinai indah dengan lengkung di ujungnya. Apa kau tak ingin melihatnya?Ayolah segera berkemas!. Rapikan kembali lokerloker hati yang penuh akan kenangankenangan usang. Juga beberapa serpihan yang tercecer di sepanjang pintu gerbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Kelelawar
Puisi"Aku ingin mengabadikanmu dalam setiap goresan tinta, Lalu memelukmu dalam pandangan hampa, sekali lagi menunggumu yang sia-sia"