6

1.2K 51 1
                                    

Masih di supermarket.

“Baik. Aku akan ke sana...”

“Sersan Sato akan menemui Akai Shuichi. Akai. Nama yang tidak asing bagiku.” Pikir Shiho.

Selama di perjalanan pulang, Shiho memikirkan apa yang telah di dengarnya. Mendengarkan Sersan Sato menyebut nama Akai Shuichi. Membuat jantung Shiho berdetak lebih cepat. Rasa ingin tahunya sangat besar namun dia urung membuntuti Sersan Sato.

Di rumah Prof.Agasa.

“Apa yang kamu masak Ai?.” Tanya Prof.Agasa

“Kari.” Jawab Shiho.

Prof.Agasa mendekati kompor. “Wangi.”

“Profesor, lebih baik anda duduk di sana.” Kata Shiho bernada kesal.

“Kenapa dia?.” Gumam Prof.Agasa sambil menjauhi Shiho.

Shinichi masuk ke dalam rumah Prof.Agasa.

“Mana alat yang ku pinta?.” Tanyanya sambil duduk di sofa.

Prof.Agasa tidak menjawab.

“Prof...”

“Shinichi... Mau apa kamu ke sini?.” Tanya Shiho.

“Aku ada perlu dengan Profesor.” Jawab Shinichi sambil memainkan remote tv.

“Setiap hari datang ke rumah ini...”

Shinichi menatap Shiho lalu berbalik menatap Profesor. “Dia kenapa?.”

Prof.Agasa tertunduk, memberi isyarat agar Shinichi diam.

“Baiklah aku akan ke sini lain kali.” Kata Shinichi.

“Kudo Kun. Pria itu, apa dia masih tinggal di rumahmu?.” Tanya Shiho saat Shinichi hendak keluar rumah.

Shinichi menoleh. “Okiya Subaru? Dia masih ada. Memang kenapa?.”

Shiho menggelengkan kepalanya.

“Ya sudah, aku pergi. Bye...” Shinichi melambaikan tangannya lalu keluar dari rumah Prof.Agasa.

Setelah makan malam Shiho mengurung dirinya di kamar.

“Subaru... Awalnya aku mencurigainya, karena aku merasakan ‘hawa’ dari jubah hitam. Tapi saat aku mencoba membongkar penyamarannya dan aku tidak berhasil. Dimana dia? Dai...” Shiho membaringkan dirinya di tempat tidur.

Sementara itu di rumah Shinichi.

“Akai, dia menanyakan keberadaan Subaru.” Kata Shinichi saat dia dan Akai sedang duduk di ruang perpustakaan. “Sebenarnya apa kamu mengenal Shino?.”

“Aku tidak mengenalnya.” Jawab Akai yang berpenampilan seperti Subaru. “Hanya saja aku ingin melindunginya.”

“Ya. Dia memang di lindungi FBI. Kamu adalah anggota FBI jadi itu tugasmu kan?.”

“Bisa di katakan seperti itu.” Jawab Akai.

“Aku mendapat kabar Jodie sedang berada di sini. Apa sedang ada kasus?.” Tanya Shinichi.

“Aku tidak tahu kabar itu, mungkin dia datang ke sini untuk berlibur.” Jawab Akai.

“Mungkin.” Shinichi mengangguk.

“Shinichi apa wanita teman mu itu tadi sekolah?.”

“Ran?.” Tanya Shinichi.

“Bukan. Teman mu yang detective juga.” Akai mengaduk kopi miliknya.

“Sera Masumi? Dia baru saja masuk sekolah lagi. Entah kenapa dia menghilang beberapa waktu. Saat di tanya kenapa? Dia hanya menjawab untuk berlibur saja. Wanita aneh, tapi dia beberapa kali menolongku.” Shinichi menerangkan panjang lebar.

“Dia dalam keadaan baik?.”

“Sangat baik.” Shinichi bernada kesal. “Saat di sekolah di beberapa kali memukul pundakku.”

Akai terdiam lalu dia kembali ke kamarnya.

Beberapa waktu lalu Akai Shuichi menyetujui permintaan Shinichi yang masih berwujud Conan untuk mengelabui kelompok jubah hitam. Dia berpura-pura di tembak mati oleh Kir. Lalu dia menyamar sebagai Subaru atas bantuan dari Yukiko Kudo, Ibu Shinichi yang memang ahlinya menyamar dan juga berkat alat perubahan suara milik Prof.Agasa. Semua penyamaran itu sempurna hingga tidak ada yang mencurigainya. Walaupun saat itu Amuro yang merupakan saingan Akai dalam pekerjaan, mencurigai Subaru adalah Akai. Saat itu pula Shinichi melakukan hal yang di luar dugaan. Shinichi meminta bantuan sang ayah untuk menggantikan peran sebagai Subaru dan Akai saat itu sedang bersembunyi di kursi belakang mobil Jodie starling yang saat itu di kejar oleh teman-teman Amuro. Ketegangan terasa saat itu namun semuanya berakhir sempurna saat kap mobil Jodie terbuka dan muncullah sosok Akai tanpa penyamaran. Itu semua mengecoh Amuro.

“Dia kenapa masih menyamar sebagai Subaru?.” Pikir Shinichi. Tentu pertanyaan itu tidak pernah di tanyakan langsung pada Akai.

Esokan harinya.

“Hoooaaaam.” Shiho menutup mulutnya karena menguap. Dia jalan perlahan masuk ke gedung sekolah.

“Menguap di pagi hari. Hey putri tidur apa yang kau lakukan semalaman?.” Tanya Shinichi yang tiba-tiba muncul di samping Shiho.

“Pagi Shiho Chan.” Sapa Ran yang berdiri di sisi Shinichi.

“Pagi Ran, Kudo Kun.” Sahut Shiho setengah mengantuk.

Sera berlari dari belakang lalu merangkul Shinichi dan Ran. “SELAMAT PAGI.” Teriakannya menggemparkan.

“Sera...” Shinichi menjauhkan dirinya dari Sera. “Wanita ini...”

“Pagi Sera. Kamu selalu semangat.” Kata Ran.

Sera tersenyum lebar. “Pagi Miyano.” Sapa Sera.

Shiho hanya menimpalinya dengan senyuman kecil lalu pergi berlalu dari Sera.

“Dia kenapa?.” Tanya Sera.

“Mungkin sedang tidak enak badan.” Jawab Ran.

“Dia seperti dilingkupi kegelapan.” Gumam Sera.

“Sera jangan bicara seperti itu.” Ran berbisik pada Sera.

Sera mengangguk. “Setelah pulang sekolah ayo kita pergi ke toko buku. Aku sudah tertinggal pelajaran cukup jauh. Aku harus banyak belajar. Ran mau kan?.”

Ran mengangguk. “Bagaimana kita ajak Shiho juga.” Usulnya.

“Ya. Lebih banyak lebih seru.” Kata Sera. “Dimana ojosama?.” Tanya Sera. (Ojosama = nona muda. Sera merujuk pada Sonoko Suzuki yang memang anak orang kaya. Anak dari Suzuki yang memiliki banyak perusahaan.)

“Sonoko?.”

Sera mengangguk.

“Dia sedang sakit.” Jawab Ran.

“Nanti kalau ada waktu kita besuk dia.” Kata Sera dengan semangat.

Ran menyetujui usulnya. “Sera. Ayo masuk kelas.” Ajak Ran.

Di kelas.

“Anak-anak... Dengarkan.” Suara wakil kepala sekolah.

Kelaspun jadi hening.

“Karena ibu guru Fujiwara saat ini akan cuti hamil jadi kelas ini akan di bimbing oleh seorang guru baru.” Kata Wakil kepala sekolah. “Silahkan masuk.”

Langkah kaki seseorang memasuki kelas itu.

“Dia???”

Shiho Miyano : Pria dari masa lalu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang