15

734 37 0
                                    

Shinichi duduk di depan Akai Shuichi yang berpenampilan sebagai Subaru.

“Apa yang terjadi? Dia tidak mungkin gegabah seperti ini.” Tanya Akai.

Shinichi menggelengkan kepalanya. “Aku pikir dia hanya pergi sebentar tapi ini sudah lebih dari tiga hari.”

Akai mengepalkan tangannya. “Dia pergi kemana?.”

“Jika aku tahu. Aku akan segera menjemputnya.” Jawab Shinichi. “Amuro saat itu sedang mengikutinya tapi saat aku menanyakan keberadaan Shiho. Dia tidak tahu.” Shinichi memainkan ponselnya. “Dia juga tidak mengaktifkan ponselnya lagi.”

“Zero. Dia pasti menyembunyikan sesuatu.” Gumam Akai.

“Tring tring...”

Akai mengangkat ponselnya.

“SHU... SHIHO SUDAH DI TEMUKAN?.”

Akai menjauhkan ponselnya. “Tenang Jodie.” Lalu dia pergi keluar ruangan.

Shinichi hanya memperhatikan Akai dari kejauhan.

“Jodie tenang.” Kata Akai.

“Anak itu. Jika dia hilang dan menjadi incaran organisasi Hitam bagaimana? Aku juga pasti akan di salahkan karena kecerobohan ku.”

“Anak itu tidak akan jauh dari kota ini. Jadi tenanglah.”

“Apa kamu tahu dimana dia sekarang?.” Suara Jodie terdengar serak.

“Sepertinya akan ada beberapa tempat yang dia datangi. Aku tidak yakin. Tapi aku akan melihat ke sana.” Jawab Akai. “Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan mencarinya.”

“Maafkan aku Akai. Jika saja aku di ijinkan untuk ke Beika.”

“Tidak usah khawatir.” Kata Akai.

“Baiklah. Aku percaya padamu.”

“Hem.” Akai menutup ponselnya. “Kemarin saat aku berkunjung ke pemakaman Akemi di sana ada sebuket bunga yang terlihat baru. Aku rasa Shiho sudah berkunjung ke sana. Dan jika aku benar berarti dia ada di sana.” Pikir Akai.

Shinichi melihat ekspresi wajah Akai. “Apa kamu mengetahuinya?.”

“Biar aku yang akan menjemputnya.” Kata Akai.

Sementara di apartemen Shiho.

“Aku akan memasakkan sesuatu padanya.” Gumam Shiho. “Tapi aku tidak tahu apa dia akan menyukai ini.” Katanya sambil mengaduk kari yang sedang di buatnya. “Shiho, kenapa ini? Apa yang kamu pikirkan.” Shiho menggelengkan kepalanya. “Aku akan memberikan ini dan tidak usah berbincang.” Tekadnya.

Beberapa saat kemudian. Shiho sudah berdiri di depan pintu apartemen Rain.

“Oh, Shiho. Ada apa?.” Tanya Rain sambil membuka lebar pintu apartemennya.

“Aku hanya mengantarkan ini.” Jawab Shiho.

Rain melihat semangkuk kari yang di bawa Shiho. “Terima kasih. Ayo masuk.” Ajaknya.

Shiho ragu menerima tawaran itu namun Rain sudah membuka lebar pintu apartemennya.

“Ayo.” Ajak Rain.

Shiho melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan. Dia melihat sekelilingnya.

“Maaf. Agak berantakan.” Kata Rain.

Perkataan Rain tidak di tanggapi Shiho.

“Shiho apa kamu mau makan bersama?.” Tanya Rain sambil mengambil mangkuk di dapur.

Sekali ini pun tidak di tanggapi.

Rain mendekati Shiho lalu berbisik padanya. “Shiho?.”

“Eh?.” Nampak wajah Shiho bersemu merah karena terkejut.

“Maaf. Tapi dari tadi kamu tidak menjawab pertanyaanku.”

Shiho mengangguk.

“Apa kamu menangis?.” Tanya Rain.

Shiho terdiam.

Rain melihat mata Shiho yang berkaca-kaca. “Shi...”

“Maafkan aku.” Kata Shiho lalu dia keluar dari apartemen Rain.

“Shiho?.”

Shiho masuk ke dalam apartemen lalu mengunci pintunya. “Apa yang salah dengan ku.” Katanya sambil menyeka air matanya. Dia berbaring di kamarnya. Menutup matanya agar tidak menangis lagi namun tidak berhasil. Air matanya terus mengalir.

“Kenapa dia menangis?.” Tanya Rain. “Apa aku menyakitinya?.”

Sementara di tempat lain. Akai jalan perlahan ke sebuah pertokoan menuju sebuah gedung apartemen. “Apa dia ada di sini?.” Tanyanya dalam hati.

“Ting tong... Ting tong...”

Shiho membenamkan wajahnya di bantal. “Aku tidak akan membuka pintunya.” Gumamnya.

Akai berdiri di depan kamar apartemen. Lalu dia membuka kunci pintu apartemennya.

Shiho Miyano : Pria dari masa lalu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang