13.

792 34 0
                                    

Setelah mereka berlibur dari pantai Shiho kembali ke rutinitas biasanya. Pergi ke sekolah dan sesekali menghabiskan waktu di depan tv atau komputer.

Jodie sedang pun kembali ke Amerika karena harus bertugas. Sebelum kembali dia bertanya kepada Shiho apa dia mau ikut ke Amerika. Tentu tawaran itu di tolak Shiho.

Satu bulan berlalu.

Shiho sudah mencapai klimaksnya. Pencarian mengenai kekasih kakaknya tak kunjung ada perkembangan. Rasa frustasi semakin dalam di rasakan dan kesedihan yang tak tahu dari mana asalnya terus menggelayuti hati Shiho.

“Shinichi, Shiho kemana? Dia tidak masuk sekolah?.” Tanya Ran.

Shinichi menggelengkan kepalanya. “Entah.”

Profesor Agasa yang khawatir karena Shiho tidak keluar kamar selama dua hari ini pun masuk ke kamar Shiho dengan paksa.

“SHIHO?.”

Shinichi datang ke rumah Prof.Agasa karena panggilan darurat yang dj terimanya.

“Ada apa?.” Tanya Shinichi yang terkejut melihat Prof.Agasa yang duduk lemas di depan kamar Shiho. “Prof?.”

Shinichi memasuki kamar Shiho. “Kamarnya rapi. Ada apa?.”

“Shiho kabur.” Jawab Prof.Agasa.

“Kabur?.” Shinichi langsung membuka lemari. “Kosong.” Shinichi memeriksa setiap sudut ruangan itu. “Dia tidak meninggalkan pesan apapun. Apa Prof.Agasa menerima email atau SMS dari nya?.”

Prof.Agasa menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku tidak mendengar kalau dia mau pergi dan aku tidak dapat jawaban saat aku mencoba menghubungi ponselnya.”

“Aku akan hubungi Jodie dulu.” Kata Shinichi.

“Tut... Tut...”

“Ya, hello?.”

“Jodie sensei. Apa Shiho kembali ke Amerika?.” Tanya Shinichi tanpa basa-basi.

“Kudo Kun. Dia tidak ada di sini. Memangnya ada apa?.”

“Tidak apa. Aku akan menghubungi mu nanti.” Kata Shinichi lalu menutup ponselnya.

“Bagaimana Shinichi?.”

“Dia tidak ke sana. Kemana perginya anak itu?.” Pikir Shinichi. “Dia tidak ke Amerika.” Jawab Shinichi.

Terlihat Prof.Agasa sangat khawatir dengan keadaan Shiho. “Aku tidak bisa menjaga satu anak saja. Apa yang harus aku katakan pada Jodie?.”

“Prof. Tenanglah.”

Shinichi keluar rumah Prof.Agasa lalu dia menelpon Amuro.

“Apa kamu masih mengikuti nya?.” Tanya Shinichi karena dia ingat Amuro sedang mengawasi Shiho.

“Tidak. Aku tidak tahu dia ada dimana?.” Jawab Amuro.

“Tidak mungkin kamu kehilangan orang yang sedang kamu selidiki!!”

“Shinichi tenangkan dirimu. Aku akan menghubungi jika aku menemukan nya.” Jawab Amuro dengan tenang.

Lalu Shinichi menutup telponnya.

“Maafkan aku Shinichi, jika aku mengatakannya aku tidak akan mengetahui dia akan pergi kemana.” Gumam Amuro sambil mengawasi Shiho dari jauh.

Amuro atau Rei Furuya mengawasi Shiho semenjak dia tiba di Jepang. Namun tidak ada pergerakan dari Shiho hingga kemarin, Shiho keluar dari rumah Prof.Agasa secara diam-diam sambil membawa tas ranselnya. Amuro mengikutinya hingga tiba di suatu tempat.

“Kakak, apa aku bisa bertemu denganmu? Sekali saja.” Air mata Shiho mengalir di pipinya saat dia berdiri di depan nisan kakaknya.

Jerit tangisnya tak tertahankan, kembali menyadari bahwa dia sebatang kara membuat Shiho semakin bersedih.

“Shiho, apa yang sebenarnya dia cari?.” Pikir Amuro. Dia berdiri di balik pohon, tidak terlalu jauh dari makam Akemi Miyano, kakak Shiho.

Selama beberapa jam Shiho menatapi makam Akemi, lalu dia mulai berdiri. “Aku akan mencari Dai. Sampai saat itu tiba aku tidak akan pernah menangis lagi.” Katanya lalu dia pergi meninggalkan area pemakaman.

Amuro jalan cukup jauh di belakang Shiho, sambil mengintai dia mencari informasi di internet tentang Akemi Miyano. “Yang membunuh kakaknya adalah anggota organisasi Hitam, mungkin itu Gin. Tapi dia kan sudah di tangkap. Lalu siapa yang di cari Shiho?.” Pikir Amuro. “Apakah ‘orang itu'?”” Banyak hal yang di pikirkan Amuro namun itu hanya sebuah menjadi sebuah pertanyaan tanpa jawaban. Amuro memiliki berbagai kecurigaan terhadap Shiho, namun dia hanya bisa mengintai dia dari jauh. “Atasan ku sudah melarang ku untuk mendekatinya, tapi jika sejauh ini aku tidak bisa tahu informasi apapun.” Amuro melihat Shiho sedang duduk di halte bis. “Jika benar dugaan bos, dia mencari keberadaan ‘orang itu', dengan cepat kita juga bisa menangkap Vermouth yang kabur. Aku sungguh tidak sabar mendapatkan informasi nya.”

Shiho melihat jam tangannya. “Aku tidak ingin membawa masalah ini kepada Shinichi, aku akan menanganinya sendiri. Lebih baik aku tinggal di kota Akeba. Aku akan menenangkan diri di sana sambil mencari informasi tentang kakak. Aku tahu beberapa bulan dia sempat tinggal di sana. Aku akan tinggal di sana.” Pikir Shiho.

“Apa yang dia pikirkan? Dan bis ini pun bukan menuju Beika.” Gumam Amuro saat dia duduk di kursi belakang bis itu karena mengikuti Shiho.

Tak berapa lama Shiho turun di halte bis Akeba.

“Akeba?.” Amuro turun bersama kerumunan orang yang juga turun di halte tersebut. “Apa dia tidak akan kembali ke Beika?.”

Shiho jalan cukup jauh dan dia berhenti di sebuah gedung apartemen di hadapannya. “Aku mulai dari sini.” Gumamnya.

“Apartemen ini?.” Amuro mengingat gedung apa itu. Gedung yang di sewa Amuro dan teamnya saat melakukan pengintaian terhadap organisasi Hitam. “Dugaan ku tepat.” Pikirnya.

Shiho masuk ke dalam kantor pemasaran apartemen itu.

“Apartemen dengan nomor 139 sudah di sewa nona. Apa anda mau memesan ruangan lain?.”

Cukup lama Shiho berpikir lalu dia bertanya. “Apa penyewanya masih tinggal di sana?.”

“Ya, memang ruangan itu kosong, tapi saya tidak...”

“Saya pesan kamar lain saja.” Kata Shiho dengan cepat.

“Kamar yang berhadapan dengan kamar itu 150. Apa anda mau?.”

“Ya, aku ambil kamar itu.”

“Kamar nomor 350. Atas nama Shiho Miyano. Akan menyewa selama 6bulan.” Kata marketing pemasaran sambil mengetik di papan kunci komputer nya. “Benarkan?.”

Shiho mengangguk.

“Ini kunci anda.” Kata dia. “Air dan listrik bisa langsung di gunakan. Jika memerlukan sesuatu bisa panggil saya.”

“Terima kasih.” Kata Shiho.

Shiho masuk ke ruangan apartemennya. Kakinya melangkah ke dalam ruangan yang memiliki satu ruang kamar tidur, ruang tamu dan dapur.

“Ternyata cukup luas.” Kata Shiho. “Kenapa kakak menyewa apartemen seluas ini?.” Pikirnya. “Ini terlalu luas untuk ukuran satu orang.”

Amuro masuk ke dalam gedung itu. “Dia menyewa kamar tepat di depanku.” Gumamnya. “Apa dia sengaja?.” Pikir Amuro. Di dalam kamar Amuro berdiri di balik pintu apartemen nya.  “Apa yang harus aku lakukan? Tidak ada pilihan lagi. Maaf, tapi aku akan menggunakan cara itu.”

Esokan harinya.

Shiho berdiri di kamar 139. “Aku ingin melihat ruangan ini. Tempat yang pernah kakak tinggali.” Shiho meletakkan telapak tangannya di pintu kamar 139.

“Ckelek....” (suara pintu terbuka).

Shiho terkejut saat dia melihat seorang pria keluar dari kamar itu. “A...”

Shiho Miyano : Pria dari masa lalu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang