Shiho terkejut saat dia melihat seorang pria keluar dari kamar 139. “A...”
Pria yang hanya mengenakan handuk itu berdiri di hadapan Shiho.
“Ma... Maaf.”
Pria itu menutup pintu apartemennya dengan segera setelah dia menyadari tubuhnya setengah telanjang.
“Maafkan aku.” Kata Shiho. “Bagaimana ini?.” Pikir Shiho.
Pria berkacamata itu segera keluar dengan pakaian lengkap. “Maafkan aku.” Katanya.
“Ti... Tidak. Aku yang salah. Aku terus berdiri di depan apartemen mu.” Kata Shiho. Dia memperhatikan pria yang berdiri di hadapannya. Pria berkacamata dengan kulit kecoklatan dan rambut sebahu berwarna biru. “Aku kira kamar ini kosong.”
“Pe... Perkenalkan nama saya Rain Watanabe.” Kata pria itu.
“Oh iya, namaku Shiho Miyano.” Shiho menundukkan badannya tanda hormat.
“Tidak udah bersikap seperti itu. Aku tidak suasana formal.” Kata Rain.
“Maaf.” Kata Shiho.
“Kamu sudah berapa kali meminta maaf.” Rain tertawa melihat sikap Shiho.
Tiba-tiba suana menjadi canggung.
“Kamu ada perlu apa berdiri di depan kamarku?.” Tanya Rain.
“Aku hanya ingin melihat saja.” Jawab Shiho. “Apartemen itu dulunya adalah tempat kakakku tinggal.”
Rain menatap wajah Shiho sejenak mata mereka saling beradu pandang. Dengan segera Shiho mengalihkan pandangannya.
“Aku permisi.”
“Jika kamu mau aku akan mengundangmu masuk ke kamar ini. Tapi...”
“Tapi apa?.” Tanya Shiho.
“Tapi setelah aku selesai merapikan kamarnya.” Jawab Rain.
Shiho tersenyum lalu dia masuk ke kamarnya.
Di kamar 139
“Huft... Untung saja aku meninggalkan perlengkapan menyamar di kamar ini.” Kata Amuro dengan lega. Dia membuka rambut palsunya. “Kenapa harus warna biru sih.” Pikirnya. “Aku harus melakukan penyamaran lagi. Rain Watanabe. Aku bisa mengandalkan ini.” Gumamnya.
Siang harinya Shiho keluar dari kamarnya untuk membeli perlengkapan masak. “Uangku akan cepat habis jika memesan makanan di luar terus.” Gumamnya.
“Mau pergi keluar?.” Tanya Amuro yang sedang melakukan penyamaran sebagai Rain.
“Ya. Aku mau ke supermarket.” Jawab Shiho. “Aku memerlukan beberapa perlengkapan masak.”
“Hem, jika kamu mau. Aku bisa mengantarkan mu ke toko kelontong. Di sana harganya sangat murah tapi tepatnya jauh dari sini.” Kata Rain.
“Hem. Tapi apa kamu tidak sibuk?.” Tanya Shiho.
Rain menggelengkan kepalanya. “Aku kerja malam. Jadi aku bisa mengantarmu.”
“Baiklah. Aku terima tawaranmu.”
Rain tersenyum lalu mereka pun berangkat.
“Rain, apa kamu suka bermain musik?.” Tanya Shiho saat mereka dalam perjalanan.
“A.. ya...” jawab Rain.
“Maaf, aku tidak sengaja melihat tempat menaruh gitar di lantai kamarmu. Itu waktu kamu membuka pintu nya...”
“Oh ya. Aku suka memainkan bass.” Jawab Rain.
Shiho mengangguk.
Suasan hening karena rasa canggung.
“Shiho, kamu pelajar?.”
“Ya.” Jawab Shiho.
“Apa kamu sekolah di dekat sini?.”
“Tidak. Aku sekolah di SMA Teitan. Tapi aku mungkin tidak akan melanjutkannya.” Jawab Shiho.
“Dia tidak menyembunyikan identitas nya.” Pikir Rain. “Akh akan mencari info lebih dalam lagi.” Pikirnya lagi.
“Apa tempatnya masih jauh?.” Tanya Shiho.
“Tidak. Di persimpangan ini belok kiri.” Jawab Rain. “Nah itu dia.”
Shiho melihat sebuah toko kelontong di sebrang jalan. “Ya. Di sana.”
Mereka memasuki toko itu lalu Shiho mulai mencari barang yang di butuhkannya.
“Panci, spatula...” gumamnya sambil mengambil perlengkapan masak itu.
“Kalian pasangan baru menikah ya. Serasi sekali.” Kata penjaga toko itu.
“A...” Shiho dan Rain mau menyela omongan penjaga toko tapi tidak bisa.
“Untuk pasangan jika kalian membeli mikrowave ini akan menerima diskon 60%.”
“Tapi...” Shiho mau menyela namun Rain menarik tangan Shiho.
“Tidak apa. Kita akan potongan harga.” Bisik Rain.
Shiho hendak mengatakan yang sebenarnya tapi melihat Rain penuh semangat dia pun mengurungkan niatnya.
“Ya, kami baru saja menikah. Jadi kami dapat 60% kan?.” Tanya Rain.
Pelayan toko itu tersenyum. “Kami memerlukan foto kalian, tidak sulit.”
Shiho memandang wajah Rain.
“Seperti ini kan?.” Tanya Rain sambil merangkul bahu Shiho.
Pelayan toko itu teraenyum. “Coba lebih dekat.” Pintanya sambil memegang kamera digital.
Shiho agak risih saat berdekatan dengan lelaki tidak terkecuali dengan Rain. “Ini terlalu dekat.” Bisiknya.
Rain menyandarkan kepala Shiho di dadanya. “Bertahanlah sebentar saja.”
“Kalian pasangan yang serasi.” Puji pelayan toko sambil mengambil beberapa gambar dari pose tersebut.
Saat perjalanan pulang.
“Lumayan kan dapat 60%.” Kata Rain’.
Shiho tidak menjawab.
Rain membawa barang belanjaan milik mereka. “Apa kamu mau tinggal lama di sini?.” Tanyanya.
“Mungkin.” Jawab Shiho.
“Jawabanmu tidak meyakinkan.” Rain melihat brang belanjaan. “Apa kamu bisa masak?.”
“Ya.”
“Kamu tidak banyak bicara ya?.”
“Bagaimana bisa aku bicara setelah membohongi pelayan toko itu.” Gumam Shiho.
“Wajahnya... Imut sekali.” Pikir Rain. Lalu dengan cepat dia menggelengkan kepalanya. “Ini tidak boleh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shiho Miyano : Pria dari masa lalu (TAMAT)
RandomSetelah lepas dari bayang-bayang organisasi hitam Shiho Miyano kembali bisa hidup normal seperti biasa. Dia bisa kembali ke tubuh normalnya berkat beberapa kali percobaan yang di lakukannya. Kini dia kembali dengan kisah hidupnya. Kegelisahan hati a...