Pantai...
Shiho keluar dengan mengenakan swimsuit pinjaman dari Jodie. “Astaga, aku tidak mau memakai ini.” Gumamnya.
Shinichi mengenakan kacamata hitam sambil berjemur di pantai.
Shiho melepaskan kacamata Shinichi. “Aku tahu kamu akan diam-diam mengintip.” Katanya. “Jangan melakukan hal yang kotor.”
Shinichi tertawa. “Aku sedang berjemur. Mana mungkin aku mengintip.”
Shiho menoleh ke arah Ran. “Ran sekarang mengenakan bikini warna cerah. Aku tidak yakin kamu tidak mengintip.”
Shinichi hendak menoleh ke arah Ran.
“Cabul...” Shiho mendorong muka Shinichi, lalu dia bergabung dengan Ran dan Jodie.
“Kamu apakan Shinichi?.” Tanya Jodie.
Shiho hanya tersenyum. “Ayo berenang.” Ajaknya.
Ran menggandeng tangan Shiho.
“Pemandangan yang indah.” Gumam Shinichi sambil mengenakan kacamata nya lagi.
Jodie dan para gadis bermain di bibir pantai. Seakan itu adalah pantai pribadi mereka. Walaupun di sana ada beberapa pengunjung lain, namun tak banyak.
Beberapa pria mendekati Ran.
“Hey, kalian sendiri. Mau gabung dengan kami?.” Tanya salah satu pria berkulit kecoklatan
Jodie tersenyum menanggapinya. “Guys, kalian tidak lihat. Kami berempat?.”
Shinichi datang mendekati Ran dan Jodie.
“Ops... Hahaha...”
Seorang pria yang bersikap lebih tenang mendekati pria itu. “Sudah. Jangan ganggu mereka.” Katanya sambil menarik tangan temannya. “Maafkan dia.” Katanya sambil lalu.
“Pria aneh.” Gumam Jodie.
Ran melirik ke belakang. “Shinichi, dimana Shiho?.”
Shinichi menggelengkan kepalanya. “Aku baru bangun.”
“Bu Jodie. Shiho?.”
“Em, tadi katanya mau ke toilet.” Jawab Jodie.
Ran mengangguk mengerti. “Aku akan menyusul.” Katanya.
Di toilet umum.
Shiho mencuci tangannya di wastafel lalu dia berkaca. “Ini terlalu terbuka.” Komentarnya. Tak lama dia pun keluar dari toilet itu.
“Sherry...”
Shiho menghentikan langkah kakinya. “Siapa?.” Gumamnya. (Sherry adalah code name nya saat dia menjadi anggota jubah hitam atau organisasi Hitam. “Deg... Deg...” debaran jantung Shiho lebih kencang berdetak.
“Shiho...” Ran menepak bahu Shiho.
“Aaaa....”
Ran terkejut karena melihat Shiho terkejut sebegitunya. “Ini aku Ran. Kamu kenapa?.”
Shiho mengatur nafasnya. “Tidak. Tidak apa-apa.” Jawabnya.
“Tapi wajahmu...”
“AKU BILANG TIDAK APA-APA!.” Bentak Shiho sambil berlari menjauhi Ran.
“Shiho? Shiho?.” Ran hendak menyusul Shiho namun dia pikir untuk memanggil Jodie dan Shinichi terlebih dahulu.
“Baiklah, kita kembali ke villa.” Kata Jodie saat dia sudah mendengar penjelasan dari Ran.
Shinichi pun mengangguk setuju.
Sementara itu di dalam kamar villa. Shiho duduk di pojok kamar sambil duduk memeluk kakinya. “Apa yang aku dengar? Sampai kapan aku akan merasa di buntuti seperti ini?.” Gumamnya . Tubuhnya gemetar karena ketakutan.
Sesampainya di dalam villa Ran langsung menuju kamar Shiho. “Shiho, ada apa?.” Tanyanya.
“Sudahlah Ran. Mungkin dia tidak mau di ganggu.” Kata Jodie.
Shinichi melirik Jodie. Lalu dia bicara setelah Ran menjauh dari mereka. “Apa ini ada hubungannya dengan organisasi Hitam?.”
“Mungkin saja.” Jawab Jodie perlahan. “Vermouth belum di temukan dan pimpinannya pun belum bisa di deteksi. Karena para anggotanya saja tidak pernah bertemu secara langsung dengan sang ketua.”
“Mungkinkah Vermouth adalah ketua mereka?.” Tanya Shinichi.
“Kemungkinan itu ada. Tapi mereka tidak bisa memastikannya karena mereka bilang bahwa ketua itu adalah seorang kakek tua, seorang pria berambut panjang dan seorang wanita cantik. Namun tidak bisa di pastikan apa itu benar? Terlebih Vermouth adalah seorang yang cerdik.”
“Ya, dia bisa merubah wajahnya dengan make up.” Timpal Shinichi.
Jodie mengangguk.
Sementara itu di kamar. Shiho tidak melakukan apapun, rasa takutnya menghantuinya dan itu belum bisa di atasinya. “Apa sebaiknya aku mengecil saja. Selama aku menjadi Haibara aku tidak setakut ini.” Gumamnya.
“Shiho... Buka pintunya.” Pinta Shinichi.
“Tidak mau.” Jawab Shiho sambil mendekati pintu kamarnya.
Shinichi duduk di balik pintu. “Apa kamu masih ketakutan?.” Tanyanya.Shiho duduk di depan pintu yang tertutup. “Ran dan Jodie?.”
“Mereka sedang di dapur. Jawab pertanyaanku Shiho.” Pinta Shinichi.
“Ya, aku sangat takut.”
“Bukankah Gin sudah tertangkap.” Shinichi berusaha menemukan Shiho.
“Orang itu belum tertangkap. Rasa takutku akan hilang bila dia benar-benar sudah tertangkap.” Kata Shiho.
“Suaranya gemetar. Dia masih trauma.” Pikir Shinichi. “Sore ini kenapa kamu membentak Ran? Apa ada yang mengusik hatimu?.”
“Tidak. Aku hanya ingin sendirian.” Jawab Shiho. “Aku tidak mau membuat mereka khawatir.” Pikirnya.
“Jangan membebani dirimu sendiri. Aku temanmu, bicaralah padaku.” Kata Shinichi.
Shiho terdiam, lalu dia mulai menangis.
“Jangan menangis. Ayo buka pintunya.” Pinta Shinichi.
Shiho menutup mulutnya agar isak tangisnya tidak terdengar keluar kamar.
Shinichi mengetuk pintu kamar itu. “Buka.”
Shiho membuka pintunya.
Shinichi menarik tangan Shiho lalu memeluknya. “Jangan menangis.” Bisik Shinichi.
Shiho tidak bisa menghentikan air matanya. Rasa damai di rasakan Shiho saat berada di dekapan Shinichi. “Seandainya waktu bisa berhenti. Seandainya saja ayah tidak membuat obat itu, andaikan saja semuanya tidak terjadi. Tapi aku bersyukur karena semua ini terjadi dan kamu ada di sini. Aku merasa ringan jika ada Shinichi di dekatku.” Pikir Shiho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shiho Miyano : Pria dari masa lalu (TAMAT)
RandomSetelah lepas dari bayang-bayang organisasi hitam Shiho Miyano kembali bisa hidup normal seperti biasa. Dia bisa kembali ke tubuh normalnya berkat beberapa kali percobaan yang di lakukannya. Kini dia kembali dengan kisah hidupnya. Kegelisahan hati a...