12

801 40 1
                                    

Ran dan Jodie tersenyum saat Shiho bergabung bersama mereka saat makan malam. Mereka sepakat untuk tidak menanyakan kenapa Shiho mengurung diri.

“Bagaimana makanannya?.” Tanya Jodie.

“Ini enak.” Jawab Shiho. “Yang buat Ran kan?.”

Ran tersenyum.

“Ya, aku tahu masakanku tidak bisa di telan olehmu.” Kata Jodie.

Shiho tertawa. “Ya. Tapi enak koq.”

Shinichi tak bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi Jodie.

“Kudo...”

Ran menutup mulut Shinichi. “Setidaknya Bu Jodie sudah membantuku.” Bela Ran

“Ran, sudah. Dia bisa mati kehabisan napas.” Kata Jodie.

Shinichi menghirup udara sebanyak-banyaknya setelah Ran melepaskan dekapannya. “Kamu mau membunuhku Ran?.”

Ran berlindung di balik tubuh Jodie. “Aku tidak takut.” Katanya.

“Ehem... Kalian tidak menyadari kedatangan ku?.”

Ran dan yang lainnya menoleh ke asal suara itu.

“Sonoko?.”
Sonoko memeluk Ran. “Kamu jahat sekali. Berlibur tidak memberitahu ku.”

“Ah, ini dadakan.” Jawab Ran.

“Bukankah pamanmu sedang dalam kasus?.” Tanya Shinichi. “Aku lihat beritanya pagi ini.”

“Em... Biarkanlah. Itu tidak ada kaitannya dengan Kaito-sama.” Kata Sonoko. Putri keluarga Suzuki yang mengidolakan Kaito Kid.

Shinichi tersenyum sinis.

“Bagaimana kau tahu tempat ini?.” Tanya Jodie.

“Aku menanyakanya kepada profesor Agasa.” Jawab Sonoko.

“Bukankah aku sudah menyuruhnya untuk tutup mulut?.” Pikir Jodie.

“Jangan pikir Bu Jodie bisa menutupi keberadaan Ran ku.” Sonoko berbisik kepada Jodie.

Jodie melirik kepada Sonoko. “Jangan-jangan dia ketua organisasi Hitam.” Pikir Jodie. Lalu dia segera menggelengkan kepalanya. “Tidak mungkin.”

“Apa yang kamu pikirkan?.” Tanya Shinichi.

Jodie hanya tersenyum.

Dan setelah kedatangan Sonoko, Villa menjadi tambah ramai.

Esokan paginya.

“Huwaaaa... Di sini udaranya segar.” Kata Jodie penuh dengan semangat.

“Ya, lumayanlah. Walaupun aku lebih sering pergi ke Guam.” Gumam Sonoko.

“Ya. Nona besar. Jangan berceloteh saja.” Sindir Shinichi. “Setidaknya kamu bantu Ran yang sedang memasak.”

“Ya... Ya...” Sonoko pergi ke dapur.

Shiho duduk di teras villa. Pandangannya tertuju ke lepas pantai namun pikirannya entah berada di mana.

“Shiho. Jangan melamun.” Kata Shinichi.

Shiho tidak mempedulikan apa yang di katakan Shinichi. Dia terus menatap kedepan.

Shinichi kembali masuk ke dalam setelah Jodie duduk di samping Shiho.

“Sayang. Apa yang kamu pikirkan?.” Tanya Jodie.

“Tidak ada.” Jawab Shiho.

“Kita sehari lagi di sini. Jangan buat suasana menjadi suram.” Pinta Jodie. “Aku hanya ingin membantu agar kamu lebih rileks. Jangan kerutkan dahulu seperti ini lagi.” Jodie mengelus dahi Jodie.

“Maaf.”

“Jangan minta maaf. Kamu tidak salah.” Kata Jodie lalu dia tersenyum.

“Aku mau jalan-jalan sendiri boleh?.” Tanya Shiho.

“Tidak. Tempat ini baru bagimu. Sebaiknya aku menemanimu.” Shiho menunjukkan ekspresi khawatir nya.

“Tidak jadi deh. Aku akan duduk di sini saja.” Kata Shiho.

Jodie tak dapat berkata apa-apa lagi. Lalu dia masuk kedalam villa.

“Shinichi. Dia memelukku malam itu. Apa yang dia pikirkan?.” Pikir Shiho. “Bukan. Bukan dia. Tapi apa yang aku pikirkan?.” Gumam Shiho. “Sebaiknya aku menjaga jarak dengannya. Atau mungkin aku harus pindah.”

Seorang pria mendekati Shiho lalu memperhatikan wajahnya.

“Siapa kamu?.” Tanya Shiho. “Kenapa pria itu ada di sini?.” Pikir Shiho.

Pria itu membuka topi yang di kenakannya. “Sepertinya aku mengenalimu. Tapi entah di mana?.” Pria itu merapikan rambut pirangnya.

“Amuro, aku tahu itu dia, aku tidak perlu mengatakannya.” Pikir Shiho.

Shinichi keluar dari villa hendak memanggil Shiho masuk. “Kak Amuro?.”

Jodie pun keluar dari villa. “Rei Furuya. Agen PSB.” Pikir Jodie. “Apa yang kamu lakukan di sini?.”

“Jangan sinis seperti itu. Aku hanya dalam penyelidikan dan kasus yang ditangani berakhir di tempat ini. Dan sepertinya langit ingin melihat kita bertemu kembali.”

Jodie menyuruh Shiho masuk ke dalam villa.

Amuro melirik ke arah Shiho.

Shinichi merangkul Amuro lalu mereka menjauhi Villa. “Ada apa Kak Amuro?.” Tanya Shinichi.

“Aku tidak bisa mengatakan padamu...”

“Apa ini tentang organisasi Hitam?.” Tanya Shinichi.

Raut wajah Amuro menunjukkan rasa kekhawatiran nya. “Aku tidak ingin bisa membicarakan masalah ini.” Jawab Amuro. “Tidak mungkin aku mengatakan padanya, bahwa aku sedang memata-matai Shery. Shiho Miyano.” Pikirnya.

“Jika ini mengenai organisasi Hitam, aku perlu tahu. Karena aku pun korban mereka.”

Amuro mengangguk. “Tidak. Jangan khawatir.”

Shinichi melihat kepergian Amuro. Rasa penasaran ada di benaknya, namun dia tidak bisa mencari tahu apa yang sedang di selidiki Amuro.

Malam iru, Shiho tidak bisa tertidur sama sekali. Dia melihat Ran, Sonoko dan Jodie sudah tertidur pulas. “Aku mau minum.” Pikirnya. Lalu dia turun ke dapur.

Di dapur, dengan memegang gelas berisi air putih, Shiho duduk di kursi.

“Aku belum menemukan pria itu. Tanda-tanda keberadaan pria itu pun tidak ada. Apa lebih baik aku kembali ke Amerika bersama Jodie?.” Pikir Shiho. “Aku hanya ingin tahu apakah kakak ku bahagia saat bersama dia? Aku hanya ingin dia cerita tentang kakakku.” Air mata Shiho mengalir di pipinya. “Perasaan ini membuatku frustasi...”

Shiho Miyano : Pria dari masa lalu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang