Bisakah matamu berhenti menari-nari di kepalaku? Bisakah bayangmu tidak lagi menghantui hari-hariku? Bisakah suaramu berhenti bergaung di telingaku?
Percayalah, Sayang, tidak ada yang lebih menyakitkan, selain aku merindukanmu, sementara kita mustahil untuk bertemu. Bukan, maksudku. Untuk bisa seperti dulu lagi. Merasakan peluk hangatmu sekali lagi. Apakah kamu tahu? Kini, aku telah menyimpan harap pada sosokmu. Aku diam-diam masih menginginkanmu.
Dan, pagi ini, aku hanya mampu mengingat betapa manisnya kita kemarin. Saat aku menjumpai wajah gugupmu di jalanan sore itu dan wajah itu berubah menghangat, kita saling bertatap di awal pertemuan itu.
Sayangnya, mungkin, kamu tidak merasakan hal yang sama.
Atau, sebenarnya, mungkin, kita sama-sama jatuh cinta, sementara aku dan kamu juga mengerti, penyatuan tidak akan mampu menyelamatkan apapun untuk saat ini. Sayang, jika ini bukan cinta, mengapa begitu sesak saat aku memilih meninggalkanmu? Jika ini bukan cinta, mengapa hatiku membisikan namamu berkali-kali?
Karena, di antara penat dan menyedihkannya hidupku, aku hanya butuh pria yang bisa membuatku tertawa lepas-- sepertimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Kehilangan
RandomSejauh apapun kamu dan aku saling meninggalkan, aku masih punya milyaran detik untuk menungguimu. Ig :tiaraasyafira