Sebenarnya apalagi? Bagaimana lagi aku harus menyusun kata demi kata. Aku yang terlalu jahat atau kau, nona? Heranku, kau merasa orang yang tersakit didunia, memang, seberlebihan itu. Lihatlah sajakmu, seakan kau yang paling tersakiti, seakan aku yang terlalu jahat untuk mu, seakan aku yang merebut dia darimu.
Hei, hei, hei, nona!
Buka matamu. Sebenarnya apa yang belum kau pahami? Bagaimana lagi caraku membuatmu mengerti. Baiklah, aku akui kau yang lebih dahulu ada didalam hidup pria itu. Namun, sadarkah dirimu? Kau lah yang merebut tuanku! Hubunganmu denganya sudah berlalu beberapa tahun lalu. Lalu kau hadir ditengah-tengah kebersamaan kami. Bukankah kau yang merebutnya? Bukankah kau sudah menjadi masa lalunya? Bagaimanpun keadaanya, tetap kau yang merebutnya, bukan aku! Kaulah selinganya, pelampiasanya ketika jenuh, bukan aku! Namun, waktu semakin hari semakin berubah. Tuanku yang membawamu keistana kami, dan kau berhasil merebut tahtaku diistanaku. Seolah akulah yang menjadi kedua, seolah akulah selinganya, lalu aku dicampakkan.Kecewa? Ingin marah? Dendam? Aku tidak seburuk itu. Lihatlah, bahkan pengkhianatan kalian masih saja aku terima dengan tenang.
Lihatlah, disini aku yang berkorban untukmu dan tuanku. Aku rela mengorbakan perasaanku, bahagiaku, aku mengalah demi kalian.
Tak masalah untukku. Namun, nona. Kumohon cobalah sedikit lebih ramah padaku. Jangan hakimi aku seakan akulah yang merebutnya darimu. Jangan merasa seolah kau yang paling tersakiti. :)
Kuucapkan selamat atas kemenanganmu. Atas janji-janji yang kau dapat, atas hak-hak yang seharusnya milikku. Andai saja kejahatan yang sama tidak berbalik kearahmu. Berdoa sajalah :).
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Kehilangan
RandomSejauh apapun kamu dan aku saling meninggalkan, aku masih punya milyaran detik untuk menungguimu. Ig :tiaraasyafira