Tentang diriku yang berteman dengan kelam. Tentang diriku yang selalu mencoba mengejar bayangmu, yang memaksa untuk kembali utuh.
Perihal perasaanku. Seperti memikirkan tanpa pernah dipikirkan, merindu tanpa pernah dirindukan, mengingini tanpa pernah diingini. Apakah benar begitu adanya? namun mengapa kau masih berdiri disisiku?. Tidak. Kau tidak benar-benar pergi. Kau memang tidak pergi. Aku belum kehilangan sosokmu. Namun, sosokmu seperti berada disisiku tetapi tidak banyak kata yang terujarkan darimu. Kau seolah pergi namun tak pergi. Namun, lagi lagi kau meyakinkanku, bahwa kau tidak seperti yang ku pikirkan. Namun, itulah yang kurasakan.
Kau tahu? bagaimana hari-hariku tanpamu? Mungkin aku tak seberlebihan kemarin. Beberapa air mata kupilih untuk ku sembunyikan. Aku hanya tak ingin terlihat semenyedihkan kemarin. Namun, apa kau tau, tuan? betapa kelamnya detik demi detik hari yang kulewati tanpa sapamu. Aku pikir kau benar-benar berhenti. Sementara aku masih setia menyimpanmu diotak dan hatiku. Masih setia, membuat sajak-sajakku untukmu. Namun, akhir-akhir ini sajaknya membuatku teriris. Pedihnya bertambah parah saat mataku meneteskan airnya. Kau tahu? waktu istirahatku seutuhnya hanya untuk memikirkanmu. Mengingat-ngingat lagi kenangan kau dan aku. Sang malam selalu menyaksikan betapa besar pengaruh kau dalam kehidupan ku. Sampai sembabnya membuatku semakin kacau di setiap pagiku.
Tuan, aku belum berhenti, sama sekali belum berhenti. Masih mencoba berjalan bersama rasa yang hampir kau bunuh dengan sengaja. Kau juga tentu masih mengenal sosokku. Beberapa tahun lalu, awal perjuangan ku memenangkan hatimu, tentu saja kau tak lupa. Aku masih sosok yang sekuat itu. Yakinlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Kehilangan
RandomSejauh apapun kamu dan aku saling meninggalkan, aku masih punya milyaran detik untuk menungguimu. Ig :tiaraasyafira