Hampir 1 bulan lalu , aku pergi ke sebuah tujuan , aku memesan sebuah tiket. Tapi ketika sampai ditempat , aku fikir aku salah tujuan . Iya. Yogyakarta. Kota ini terasa asing bagiku. Aku memaksakan diri jauh dari kotaku untuk menempati Yogya. Datang dengan keaadan hati yang kacau , memikul sejuta beban , dan berharap semua pulih sesampai aku disini.Sebentar lagi , aku harus kembali kekotaku. Aku sudah berjanji tidak lebih dari 1 bulan untuk berada disini. Karena aku masih punya rumah. Iya rumahku. Namun ternyata , bukanya pulih , justru aku malah diuji , sekarang aku kehilangan arah tujuanku untuk pulang. Kabar buruknya rumahku bukan lagi rumahku. Aku kehilangan arah untuk kembali kerumah. Aku rindu rumah. Tetapi rumah menegaskanku ,kalau ia bukan lagi tempatku untuk pulang.
Tapi aku harus pulang.
Walau tidak kerumahku , setidaknya kekotaku.
Serunyam apapun kondisinya nanti , orang yang aku sebut rumah harus tetap menjalani hidup nya yang sekarang. Walau aku ingin sekali meminjam waktunya lagi. Tetap tidak bisa lagi kulakukan. Ia sudah baik-baik saja setelah memilih pergi , dan aku tidak berhak mengacaukan itu semua.Orang yang aku sebut rumahku , kita panggil saja dia "tuan".
Hmm. Aku harus pulang , tuan.
Aku pulang , dan kamu harus membiarkan. Mungkin aku akan tersenyum ketika pertama kali menghirupkan nafas dikota kita yang banyak kenanganya. Tapi sekarang semua udah beda. Aku pulang , dan kamu gak perlu tau itu. Karena pulangku tidak lagi jadi kabar baik untuk didengar oleh telingamu.Tuan.
Terlihat jelas kau ingin aku singgah kerumah ketika aku pulang nanti. Tapi buat apa, kalau semua percakapan terakhir kita ujung-ujungnya cuma tentang perpisahan. Apa bedanya singgah ataupun tidak? Dan pada akhirnya aku tetap harus pergi meninggalkan rumah itu. Membiarkan nya melanjutkan hidup.Sekarang tujuanku pulang entah untuk apa. Aku pulang untuk rumah atau untuk lari dari perasaanku sendiri. Semua berubah membingungkan... bahwa jawaban berani yang selama ini kumiliki sekarang lenyap begitu saja. Bahwa pelukan hangat yang sudah aku siapkan dari jauh hari untuk rumah , ternyata sia-sia begitu saja.
Ketika aku pulang , aku berjanji akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak memandang wajahnya. Aku takut ia menyadari keresahanku. Menyembunyikan dan memaksa mentiadakan rindu.
Ternyata kamu menyerah ya.
Selama ini aku bertahan , satu bulan aku nungguin waktu cepat berlalu agar aku bisa kembali kerumah. Kamu menyerah dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kamu memilih jalan keluar yang cuma bisa kamu buat sendiri.Tubuhku rasanya kaku. Ia membuatku kaget sekaligus menakutiku , takut akan sebuah kenyataan yang sedang engkau berikan untukku . Kamu menutup pintu rumah , demi menghidupkan sebuah dongeng yang kau inginkan sendiri.
Ternyata semua rencana hancur dan menjelma menjadi takdir. Dan takdirku adalah kehilangan rumahku.
Tuan , kamu penakut . Kamu lebih memilih menyelamatkan buku gambaranmu akan masa depan dengan menghancurkan perasaanmu sendiri. Kamu lebih parah dari yang saya bayangkan. Apa kamu tau siapa tokoh yang selalu hadir diakhir ceritaku? Dan itu kamu , tuan.Kini biarkan aku benar - benar membisu. Perlahan menjauhkan tubuhku darimu. Memundurkan langkahku seakan aku merelakanmu. Aku yakin kau sudah sembuh. Dari semua hal tentang aku yang membuatmu khawatir.
Kenapa terdengar seperti perpisahan , tuan?
kemana aku akan pulang? Tolong ajarkan aku cara memelukmu tanpa kau harus ada disini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Kehilangan
RandomSejauh apapun kamu dan aku saling meninggalkan, aku masih punya milyaran detik untuk menungguimu. Ig :tiaraasyafira