Tigapuluh empat... impossible

1.3K 112 3
                                    

Maafkan eomma...

Sudah hampir lima belas menit oh jihyun berdiri di depan sebuah pintu apartemen, diam tanpa ada niatan untuk mengetuk pintu tersebut.

Ia tidak mempunyai nyali sebesar itu untuk menemui anak nya sendiri, yang tidak pernah ia miliki.

Sudah belasan tahun berlalu, apa dia akan mengingat aku? Terlintas sebuah pertanyaan di otak nya, sebenarnya sekarang ini jantungnya berdetak dengan sangat kencang, kaki nya pun tidak bisa ia tumpu lagi, dada nya terasa sesak, apa yang aku harap kan?

Wanita paruh baya itu menundukan kepalanya meresapi sakit yang ada di hati nya, luka yang tidak akan pernah sembuh kini terbuka kembali, dirinya merasa kesalahan pada anak sulungnya itu tidak akan pernah termaafkan, begitu juga dengan ayah dan juga ibunya yang telah merebut buah hatinya itu dan memisahkan mereka sampai belasan tahun seperti ini.

Bagaimana ia bisa tumbuh dan menjadi seseorang yang besar seperti sekarang ini, dirinya tidak pernah ada, menemani di samping nya selama ini, apa setelah itu aku akan muncul dan mengaku sebagai eomma nya?, ku rasa dia akan membenci ku jika aku memberitahukan fakta kepadanya.

Terdengar suara tapakan sepatu yang berbenturan dengan lantai apartemen memenuhu koridor tersebut, sayup sayup mulai terdengar semakin dekat... Dekat dan sampai akhirnya berhenti.

Oh jihyun masih tetap berdiri di depan pintu dengan kepala yang tertunduk dan mata yang sudah mulai berkaca kaca.

"permisi... " sebuah suara seketika menyadarkan nya dan wanita paruh baya itu mengangkat kepala, membuat tubuh nya bergeser sepersekian senti dari tempat nya tadi berdiri.

Ia mengarahkan pandangan nya pada seseorang yang menyapa nya tadi, ia terbelalak nafas nya tercekat, jantungnya pun seketika berhenti berdetak, begitu juga dengan getaran tubuh nya yang semakin hebat, anak ini... Adalah anak yang di carinya belasan tahun lalu, sekarang ada di depan matanya sendiri.

"apa ahjumma mencari seseorang? " tanya laki laki itu dengan sopan, membuat oh jihyun terpaku dan hanya bisa diam, air mata yang ada di kelopak mata nya pun tidak bisa ia tahan lagi.

Ia menangis untuk kesekian kalinya..

"omo, ahjumma gwenchana" laki laki itu memasang wajah khawatir melihat seorang wanita paruh baya di depan nya menangis.

Kenyataan ini memukul kepalanya dengan keras, anak ini tumbuh dengan sangat baik ternyata, ia sangat lega dan bersyukur kalau ia baik baik saja.

Dengan cepat oh jihyun menghapus buliran air mata yang ada di pipinya sampai tak tersisa dan kembali menatap mata laki laki itu dengan lembut.

Matanya sangat mirip dengan ayah nya...

"ahjumma gwenchana... " tanya laki laki itu lagi untuk memastikan, karena wanita yang ada di depan nya tak kunjung menjawab perkataannya.
"anda ingin masuk sebentar, ini pintu apartemen saya" ujarnya sambil menunjuk pintu yang ada di Belakang wanita itu, entah mengapa hati nya terasa sangat sakit melihat ahjumma yang ada di hadapannya sekarang ini menangis, aura wajah nya memperlihatkan kalau sekarang ini ia sedang merasa sangat sedih dan pancaran matanya menunjukan kesakitan yang amat dalam membuat nya bisa merasakan penderitaan wanita itu.

Tak lama wanita itu tersenyum lembut kepadanya, dan menatap matanya dalam.

"baekhyun? " sebuah suara membuat tatapan mata mereka terputus dan mengarahkan pandangan mereka ke sumber suara itu berasal. Alis baekhyun nyaris menyatu melihat wanita yang memanggil namanya.

"choi surri? "

"kau sedang apa di luar, dan... " surri memberhentikan ucapan nya dan menatap wanita paruh baya yang ada di samping baekhyun dengan tatapan bertanya tanya.

First TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang