Gadis berambut pirang panjang yang diikat di bagian belakang itu ke luar dari mobil sedan hitam yang mengantarnya. Gadis itu mengucapkan terima kasih kepada supir yang mengemudikan mobil sebelum menatap pintu masuk kampus seraya memperbaiki posisi tas selempang berisikan modul-modul serta buku catatannya.
"Pagi, Nona Swift. Kau terlihat sangat cantik hari ini, seperti biasa."
Gadis yang dipanggil Nona Swift itu menoleh dan tersenyum lebar kepada sumber suara. Seorang pemuda tampan berambut hitam peka tampak berdiri tegap dengan senyuman manis di bibir yang sangat terlihat kissable tersebut.
"Zaynie! Selamat pagi! Kau juga baru sampai? How was your weekend?"
Kemudian, keduanya melangkah bersama memasuki gedung yang menjadi saksi perjalanan mereka mencari ilmu, setidaknya sampai dua tahun ke depan lagi. Ya, keduanya sama-sama berada di semester 4 yang berarti butuh 4 semester lagi untuk dapat lulus dari tempat ini.
Taylor Alison Swift adalah nama lengkap gadis berambut pirang tersebut. Usianya baru akan menginjak angka dua puluh dalam beberapa bulan ke depan. Seorang gadis cantik yang selalu tampak ceria, meski kehidupannya sedang tak dalam keadaan baik seperti biasanya.
Hari ini tepat seminggu sejak media massa elektronik maupun cetak memampang jelas wajah seorang Scott Swift yang adalah ayah dari Taylor karena terlibat dugaan kasus korupsi sebuah proyek di tempatnya bekerja. Scott adalah seorang Direktur Keuangan di perusahaan besar bernama Goddess' Inc, setidaknya dia masih dengan jabatan itu sampai ditetapkan menjadi tersangka seminggu lalu dan harus kehilangan jabatan, bahkan pekerjaannya.
Karena kasus yang menimpa sang ayah, Taylor menjadi kena imbasnya. Beberapa waktu yang lalu, Taylor dapat dikatakan sebagai salah satu mahasiswi yang cukup dikenal. Mereka selalu bersikap ramah kepada Taylor dan Taylor benar-benar memiliki banyak teman. Tapi semua berubah saat kasus itu datang. Semuanya seakan menunjukkan jati diri mereka masing-masing dan seakan berbalik untuk memusuhi orang yang dulu selalu mereka beri senyuman dan sapaan. Sekarang mereka menghina, mengejek, menertawakan dan semakin lama semakin jauh.
Dari sekian banyak orang yang memutuskan untuk menjauh, untunglah ada satu orang yang bertahan. Sekarang, orang itulah yang setiap pagi menunggu Taylor di depan pintu masuk kampus dan melangkah bersama dengan gadis itu, mengantarkan gadis itu ke kelasnya. Seperti saat ini.
Namanya Zayn Javaad Malik. Pemuda tampan yang benar-benar memiliki sangat banyak gadis yang rela melakukan apapun untuknya. Tapi sejauh ini, belum ada gadis lain, selain Taylor di sisi Zayn.
Taylor dan Zayn sudah lama bersahabat. Sejak orangtua mereka memperkenalkan mereka hampir sepuluh tahun yang lalu. Bahkan, setelah adanya kasus yang menimpa Scott Swift, Zayn tak bergeming untuk meninggalkan sahabatnya tersebut.
"Kalkulus lagi? Ya, Tuhan."
Zayn terkekeh geli mendengar komentar Taylor setelah mendapat jadwal mata kuliahnya dari ruang tata usaha. Taylor mengerucutkan bibir melihat Zayn yang menertawakannya.
"Jangan tertawa. Aku tahu kau memang pintar dalam hal ini, tapi tetap saja. Kenapa harus kalkulus lagi? Aku tak bisa berdamai dengan pelajaran yang satu itu!"
Taylor memutar bola mata dan mulai kembali melangkah menuju kelas. Zayn langsung menyeimbangkan langkah kakinya dengan Taylor.
"Kau selalu punya aku untuk ditanyai masalah kalkulus jadi, tenanglah. Lagipula, kalkulus bukan pelajaran yang sulit, Swizzle."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionHarry Styles menyukai Taylor Swift, jauh sebelum akhirnya mendapat kesempatan untuk berada di dekat gadis itu. Tapi tak lama setelah kesempatan itu datang, Harry diberi dua pilihan sulit dan dia selalu berharap pilihannya benar.