Baru satu jam setelah tiba di Los Angeles dan setelah bertegur sapa singkat dengan sang ayah, Harry segera melajukan mobil kesayangan lamanya untuk melintasi jalanan kota Los Angeles yang sudah hampir dua tahun tak dikunjunginya. Sekarang, Harry sudah mempunyai mobil kesayangan baru di Washington DC, mobil Lamborghini hitam yang sudah menemaninya selama satu tahun belakangan. Tapi mobil pertama Harry yang dibelikan sang ayah bermerk Chevrolet adalah mobil yang menyimpan banyak sejarah baginya.
Harry menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah gedung yang kini tampak usang. Terletak tak jauh dari kampus tempat Harry menuntut ilmu dulu dan well, bangunan ini terlihat sangat kumuh tak seperti empat tahun lalu.
Pemuda tampan itu beranjak ke luar dari mobil dan menghampiri petugas keamanan yang duduk sambil menonton televisi di posnya.
"Selamat siang." Harry berkata cukup keras sehingga si petugas keamanan yang semula fokus pada tayangan di layar televisi menoleh dan segera bangkit berjalan ke luar dari pos menghampiri Harry.
"Selamat siang, Sir. Ada yang bisa kubantu?" Tanya si petugas keamanan, memperhatikan Harry dari atas ke bawah.
Harry memperhatikan sekeliling apartment itu sebelum bertanya, "Benar ini Orchid Apartment?"
Si petugas keamanan mengangguk. "Benar. Sangat benar. Ingin mencari tempat tinggal? Kami punya beberapa ruangan yang kosong."
Harry buru-buru mengangguk dan tersenyum tipis. "Tidak, aku hanya ingin mencari temanku. Dia tinggal di sini. Dua tahun lalu aku ke sini, petugas keamanan yang bertugas saat itu bilang dia sedang pergi ke Nashville menemui keluarganya." Harry menahan napas sebelum lanjut berkata, "Aku harap, aku bisa menemuinya sekarang."
"Boleh kutahu nama temanmu? Sebenarnya, aku tak boleh sembarang memberi informasi mengenai penyewa di sini, tapi kau terlihat baik. Jadi, aku akan memberitahumu."
Senyuman Harry melebar. "Namanya Taylor. Taylor Swift."
Si petugas keamanan berpikir sejenak sebelum berdecak sambil mengangguk-anggukkan kepala. "Ah, Miss. Swift. Si cantik pirang itu, kan? Kau temannya?"
Harry mengangguk sebagai balasan dengan cepat dan si petugas keamanan lanjut berkata, "Miss. Swift sudah pindah sejak beberapa bulan lalu, Sir. Dia pindah ke apartment yang katanya tak jauh dari tempatnya bekerja."
Senyuman Harry memudar. "Kau tahu di mana dia bekerja sekarang?"
Si petugas mengangguk namun, juga menggeleng setelahnya. "Well, aku hanya tahu jika dia bekerja di kantor yang berada dekat dengan Staples Centre."
Harry memutar bola matanya kesal. "Lebih rinci? Seperti nama perusahaan atau apapun itu?"
Si petugas menggeleng dan Harry benar-benar kecewa dibuatnya. Harry menarik napas dan menghelanya perlahan sebelum berkata, "Terima kasih atas informasinya. Selamat siang."
Dia berjalan kembali masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil itu menjauh.
*****
Eleanor memicingkan mata kesal karena pacarnya tak dapat berhenti tertawa sedari tadi. Tepatnya setelah Taylor bercerita via telepon tentang Sean yang lagi-lagi mengajaknya berkencan namun, kali ini, Taylor mengiyakan dan meminta Sean untuk memesan empat tiket sekaligus. Untuknya, Taylor, Eleanor dan Louis. Sean mengiyakan dan untungnya lagi, tiket yang Sean beli adalah memiliki akses langsung bertemu band Coldplay di backstage setelah konser berakhir.
"Damn, Lou! Berhenti tertawa! Kita tak akan pergi!"
Mendengar perkataan Eleanor, Louis berhenti tertawa dan memicingkan mata. "Kau bercanda? Kita baru saja mendapat tiket konser Coldplay! Bagaimana mungkin kita tak akan pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionHarry Styles menyukai Taylor Swift, jauh sebelum akhirnya mendapat kesempatan untuk berada di dekat gadis itu. Tapi tak lama setelah kesempatan itu datang, Harry diberi dua pilihan sulit dan dia selalu berharap pilihannya benar.