Sesekali, Mark menatap Harry dengan cemas. Bagaimana tidak? Pemuda yang biasanya banyak bicara itu sudah tiga hari belakangan tak banyak bicara. Dia hanya berdiam diri di kamar sampai Mark menemuinya dan memberitahu informasi lebih lanjut tentang penyergapan di markas Black Snake yang baru. Liam dan rekannya yang menyelidiki letak markas itu.
By the way, Liam tak juga bicara dengan Harry sejak adu mulut mereka. Harry juga tak terlihat berminat untuk mengajak bicara Liam terlebih dahulu. Tapi di sinilah mereka berdua berada. Mark sengaja meminta mereka duduk bersebelahan di mobil van yang akan membawa mereka ke lokasi yang berhasil Liam selidiki. Sudah hampir lima belas menit perjalanan dan suasana mobil yang berisikan enam orang itu benar-benar sunyi.
Liam melirik ke cermin dan mendapati pantulan bayangan Mark yang menatapnya tajam. Liam menghela napas dan mengangguk sebelum beralih menatap Harry yang tenang menatap ke luar kaca mobil.
"Maafkan aku."
Liam menunggu lama balasan dari Harry, tapi sahabatnya itu hanya bungkam seakan tak mendengar perkataan tulus darinya. Liam mengumpat dalam hati penuh kefrustasian. Sungguh, dia benci harus bertingkah seperti orang asing dengan seseorang yang dulu sangat dekat dengannya.
"Aku melihatnya tadi pagi. Di kantornya. Dia terlihat baik-baik saja—kuharap dia baik-baik saja." Liam lanjut berkata, memancing percakapan dengan membawa seseorang yang pasti sudah sangat Harry ketahui siapa.
Benar saja, Harry menghela napas dan memejamkan mata sebelum merespon, "Dia tahu tentangku. Dia tahu jika aku bisa membaca pikirannya dan pikirannya yang memberitahuku tentang Black Snake itu."
Liam menggigit bibir bawahnya. "Aku tahu itu juga. Maafkan aku karena tak percaya—bukan padamu, tapi pada gadis itu. Aku hanya—well, aku selalu punya firasat buruk dengan keluarga Swift semenjak...kau tahu ke mana arah pembicaraanku, kan?"
Akhirnya, Harry menoleh dan menganggukkan kepala. "Aku mengerti. Tapi Taylor bahkan tak tahu apapun tentang kasus keluargamu dan keluarga Swift lain yang memang bukan keluarganya. Taylor bukan satu-satunya Swift di sini. Aku harap kau paham akan hal itu."
Liam mengangguk. "Aku tahu, maafkan aku sekali lagi. Aku sangat menyesal."
Harry menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku mobil dan menatap Liam dengan tatapan yang paling Liam benci. Pemuda itu terlihat sangat pasrah dan tak ada cahaya lagi di matanya.
"Dia tidak baik-baik saja, Liam. Dia tidak akan baik-baik saja."
Liam menundukkan kepala. Liam jelas saja mengerti apa yang Harry rasakan saat ini. Mana mungkin Taylor baik-baik saja? Liam melihatnya datang ke kantor dengan pakaian sangat tertutup. Sangat jelas kentara, dia berusaha menyembunyikan luka di sekujur tubuhnya.
*****
"Taylor!"
Taylor Swift tersadar dari lamunannya. Buru-buru dia menoleh dan mendapati Megan dan Stephanie yang menatapnya cemas. Taylor belum bereaksi apapun saat Megan menarik kursi di dekatnya dan langsung memeriksa kening Taylor yang berkeringat.
"Kau sakit? Kau tak banyak bicara sejak kemarin? Kau baik-baik saja? Seharusnya jika masih sakit, tak usah dipaksakan masuk. Mr. O'Pry pasti akan memintamu beristirahat jika tahu kau terlalu memaksakan diri ke kantor."
Perkataan panjang lebar Megan membuat Taylor menundukkan kepala. Rasanya dia ingin berteriak saat ini juga. Terlibat dengan Black Snake jelas-jelas bukan keinginannya dan semua tentang Black Snake membuat kepalanya ingin pecah.
Gadis itu diam sejenak sebelum mengangkat kepala dan tersenyum tipis kepada dua rekan kerjanya tersebut. "Kalian ingin makan siang? Pergilah. Aku sudah memesan McDonald tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionHarry Styles menyukai Taylor Swift, jauh sebelum akhirnya mendapat kesempatan untuk berada di dekat gadis itu. Tapi tak lama setelah kesempatan itu datang, Harry diberi dua pilihan sulit dan dia selalu berharap pilihannya benar.