Taylor Swift sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Kakinya bergerak tak sabaran sementara, pria tampan yang berdiri di sampingnya hanya tersenyum penuh rahasia. Sean menatap gadis cantik di sampingnya sambil berteriak senang dalam hati.
"Di mana temanmu? Pintu dibuka lima menit lagi." Sean berusaha bersikap normal meski, dia tak dapat menyembunyikan senyuman penuh kemenangannya.
Gadis berambut pirang itu melirik pemuda di sampingnya sebelum menekan layar ponselnya, berusaha untuk menghubungi teman-temannya yang sudah sejak kemarin dia hubungi. Sebenarnya tak banyak, hanya Louis dan Eleanor. Louis bilang, dia dan Eleanor akan datang, tapi sampai detik ini pasangan aneh itu belum juga datang dan ponsel keduanya mati.
Beberapa saat kemudian, terdengar pengumuman dari speaker bahwa pintu gerbang masuk ke dalam stadium sudah dibuka. Beberapa orang yang sebelumnya menunggu dan berkerumun di depan stadium segera berhambur memasuki stadium.
"Bagaimana jika kita menunggu di dalam?" Sean menyarankan dan Taylor menggeleng dengan ponsel yang masih di dekatkannya ke telinga. Sungguh, Taylor kesal kenapa Louis dan Eleanor sama-sama tak bisa dihubungi.
"Aku tak ingin masuk tanpa mereka." Taylor berkata pelan sambil memutuskan untuk berhenti menghubungi dua teman baiknya tersebut.
Sean tersenyum, merengkuh pundak Taylor dan mendorong gadis itu agar melangkah memasuki stadium sambil berkata, "Kita akan bertemu dengan mereka di dalam, okay?" Taylor memutuskan untuk menurut.
Belum lama setelah Taylor dan Sean memasuki stadium, dua orang pemuda melangkah tergesa-gesa mendekati pintu masuk. Sampai akhirnya, mereka dapat memasuki stadium dengan senyuman lebar di bibir masing-masing.
"Damn! Kita hampir terlambat!"
Liam berkata cukup keras, mengingat sesampainya di dalam, suara musik yang berasal dari DJ terdengar cukup keras. Harry tersenyum lebar dan menepuk pundak Liam.
"Ayo, cari tempat kita. Tribun A!"
Kemudian, kedua sahabat itu melangkah menuju ke tribun A yang sebenarnya sudah sangat penuh sesak. Liam dan Harry sedikit kesulitan mencari tempat duduk mereka dan untunglah ada petugas yang membantu mereka mencarinya.
Taylor masih sibuk mengecek ponsel, berharap Louis dan Eleanor memberi kabar mengenai keberadaan mereka. Taylor dan Sean sudah duduk di bangku VIP mereka yang terletak tepat tengah tribun lainnya. Pemandangan di sini sangat strategis. Panggungnya terletak tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat.
"Mungkin mereka lupa atau sedang dalam perjalanan. Bersabarlah." Sean berkata pelan di telinga Taylor.
Bagaimana Taylor bisa bersabar jika kedua tamannya tak datang dan meninggalkan Taylor dengan pria yang selalu membuat perasaannya tak nyaman? Apapun yang Sean lakukan, Taylor selalu takut dibuatnya. Tidak, bukan berarti Sean jahat atau tidak baik. Hanya saja, Taylor tak berniat sedikitpun untuk membuka diri dengan Sean.
Tak lama kemudian, pencahayaan di dalam stadium lenyap seketika sebelum timbul lagi bersamaan dengan suara penyanyi yang sudah sangat Taylor kenali dengan baik. Chris Martin dan juga teman-teman satu band-nya sudah berada di panggung, membawakan dalah satu lagu andalan mereka, A Sky Full Of Stars. Menandakan jika konser baru saja dimulai.
Sampai konser berakhir, tak ada juga tanda-tanda Louis dan Eleanor datang dan sungguh, Taylor tak mengerti dengan apa yang ada di pikiran teman-temannya itu.
"Backstage. Kita akan mengambil foto bersama Coldplay. Kau sudah menyiapkan ponselmu?"
Suara Sean benar-benar membuat mood Taylor tambah buruk. Taylor memicingkan mata kepada pria tampan yang tengah tersenyum lebar kepadanya. Apa-apaan? Selama konser berlangsung, beberapa kali Sean mencoba untuk menyentuhnya. Untung saja Taylor punya pertahanan baik untuk langsung menepis tangan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionHarry Styles menyukai Taylor Swift, jauh sebelum akhirnya mendapat kesempatan untuk berada di dekat gadis itu. Tapi tak lama setelah kesempatan itu datang, Harry diberi dua pilihan sulit dan dia selalu berharap pilihannya benar.