"Yer,"
Yeri menoleh dengan malas ketika namanya dipanggil oleh teman sekelasnya, Herin.
"Apa?" jawabnya ketus.
"Itu, bayar uang kas cepet ah, nyicil dulu nggak papa, ini udah 6 minggu lo nggak bayar,"
Yeri menatap Herin malas, lalu melipat tangannya diatas meja, meletakkan kepalanya diatas tangannya sambil menutup kepalanya dengan jaketnya.
"Iya, bawel, besok gue bayar."
Herin menangga kepada Yeri, yang juga salah satu teman nongkrongnya ini.
Dia menatap Yeri aneh, nggak biasanya Yeri kalem dan diem gini kalau ditagih uang kas.
Biasanya dia langsung ngerocos, mencoba kabur, banyak alasan, seperti ini,
"Ah, uang jajan gue udah habis tadi gara-gara makan baso 2 mangkok,"
"Gue nggak bawa uang hari ini, Her,"
"Ih uangnya nanti gue mau pake buat beli keperluan gue,"
"Bayarin buat gue lah, Her, masa jadi temen pelit gitu nggak mau bantu temannya sekali,"
"Yaah, Her, gue udah dipanggil Yoojung tuh bye!"
Dan, masih banyak lagi. Bedanya hari ini Yeri berbeda 180 derajat dari sikap aslinya.
Yeri udah nggak heboh, udah nggak buat rusuh bareng Haechan maupun Jaemin.
Herin menatap Yeri yang masih tidak berkutik dari posisinya sebelumnya, Ia lalu berniat untuk menanyakan Yeri.
"Yer, tumben lo nggak ngerocos kalo diminta ngebayar uang kas?"
Yeri lalu menoleh kearah Herin tanpa merubah posisinya, "Emang kenapa? Bukannya bagus gue nggak ngerocos? Kenapa, lo mau gue bacot dan terus nunda-nunda waktu buat nggak bayar uang kas?" semprot Yeri tiba-tiba membuat Herin kicep sambil mengangga menatap Yeri.
Buset dah, Herin nanya satu kalimat dijawabnya satu paragraf.
Dikira lagi pelajaran Bahasa Indonesia kali ya, disuruh buat satu paragraf kaya gitu.
"E-eh, engga papa, kok," ujar Herin jadi salting, "Besok- gue tunggu ya." lanjutnya langsung pergi meninggalkan Yeri yang menatapnya tanpa ekspresi.
Yeri yang melihat itu hanya diam, lalu menidurkan kepalanya lagi diatas meja.
Herin menghampiri Haechan yang daritadi sibuk menyalin tugas teman sebangkunya, Sanha.
Ia menepuk pelan punggung Haechan, "Chan,"
Haechan berhenti menulis lalu menoleh kearah Herin, "Kenapa?"
Mata Herin menuju kearah Yeri yang masih menidurkan kepalanya diatas meja, lalu Haechan mengikuti arah mata Herin.
"Tuh, anak itu biasa heboh banget, dia kenapa sekarang?"
Haechan tertawa sejenak lalu melanjutkan acara nyonteknya, "Patah hati jadi kaya gitu dia,"
Herin mengernyit, "Lah, anak itu bisa patah hati juga, Chan? Kenapa?"
"Gara-gara Mark pacaran sama Koeun, yang notabenenya mantan sahabatnya." Pernyataan dari Haechan membuat Herin tersedak ludah sendiri.
"Kok gue nggak tau?!?!"
"Lo sibuk banget sih sama buku tebel itu, sok-sokan ikut olimpiade segala, mangkanya jadi orang jangan kepinteran," kata Haechan sambil menoyor kepala Herin membuatnya menatap Haechan tajam.
"Gue juga baru tau tadi, sih, soalnya Mark nggak cerita apa-apa," lanjut Haechan yang masih sibuk menyalin pekerjaan Sanha.
"Sekarang anak-anak sekolah jadi pada ngomongin mereka tuh. Ada yang nggak setuju ada yang setuju." Haechan lalu menutup bukunya dan buku Sanha secara bersamaan.
Buku Sanha Ia masukkan dibawa kolong lacinya, sedangkan buku Ia sendiri Ia simpan ditasnya.
"Kasihan Yeri tuh, cintanya bertepuk sebelah tangan mulu, lagian nyalinya aja yang ciut nggak berani ngungkapin lebih awal." celetuk Haechan sambil menatap Yeri sekilas.
"Seinget gue Yeri pernah ngasih tau ke Mark kok, cuma Marknya aja yang bego nggak peka-peka." Herin membuka suara sambil menghela nafas pelan.
"Kita punya temen kita masing-masing yang sama-sama bego ya, Chan,"
"Tau tuh, yang satu nyalinya ciut, yang satu nggak peka-peka."
—————
Jangan lupa di vote and comment ya cinta! Hehehehehehe >______<
KAMU SEDANG MEMBACA
Mágoa [✔]
Short StoryMark Lee, Kim Yerim. ⋆ She was head-over-heels, but he fell for someone else. © woobaragi, 2017.