03; changed.

2.9K 498 20
                                    

Setelah hari dimana Mark dan Koeun pacaran, Mark jadi jarang banget main sama Yeri. Membuat Yeri makin hari makin lesu.

Apa Koeun menyuruh Mark agar nggak dekat-dekat Yeri lagi? Entahlah.

Mungkin, Mark terlalu sibuk pacaran dengan Koeun.

Yeri nggak bersemangat sama sekali selama pelajarannya berlangsung, Ia terus-terusan meletakkan kepalanya dimeja.

Dia nggak fokus.

Setelah bel istirahat berbunyi, Saeron-teman sebangku Yeri sekaligus sahabatnya- mengajaknya kekantin.

"Yer, kekantin, yuk?" ajak Saeron sambil mengoncang-goncang bahu Yeri.

"Nggak mood." jawab Yeri tanpa merubah posisinya daritadi.

Saeron membulatkan matanya kaget, "Yer, biasa lo yang sering ngajak kita kekantin, ya. Kok sekarang ogah-ogahan?" tanya Saeron yang masih kaget.

Yeri tidak menjawab, Ia sekarang malah menutup dirinya dengan jaket hoodie kesayangannya itu.

"Yeri? Sumpah deh kenapa sih, lo? Nggak biasanya banget lesu gini, biasa berisik banget nggak bisa diem kaya bebek merocos," sahut Saeron sambil terus menggoncang-goncang bahu Yeri.

"YO WASSAP GENGS KETEMU LAGI GUE HAECHAN LEE!!"

"DAN GUE NA JAEMIN,"

"DI 10IPS3, YEEEEEE!!"

Saeron mendecak kesal melihat teman-temannya yang heboh didepan kelas. Mereka udah nggak waras lagi kayanya, nari-nari PPAP didepan kelas.

Kayanya, urat malu mereka udah benar-benar putus deh.

Saeron mengalihkan pandangannya lagi kearah Yeri, yang masih enggan merubah posisinya.

"YO BRO YO SIST YOLOOOO!!" Saeron, bahkan juga Yeri dibuat kaget oleh Haechan, yang tiba-tiba mengebrak meja yang lagi mereka dudukin masing-masing.

"APASIH JING!!!" pekik Yeri dengan kesal. Dia lalu meletakkan kepalanya dimeja lagi.

"Buset deh, Yer, galak bener. Pantesan nggak laku-laku ya," cibir Jaemin yang disambut ketawa Haechan.

"Sotoy lo, malesin."

"Lah, Yer, tumben nggak kompor? Tumben kok nggak heboh? Kenapa sih? Nggak biasa edan," Celetuk Jaemin tiba-tiba, "Lah, iya. Bener juga. Kalo kita nari PPAP pasti dengan nggak tau malunya lo langsung nimbrung ikut nari," kata Haechan ikutan nimbrung.

"Lagi patah hati kali," jawab Saeron asal.

"Emang bener." Jawaban Yeri membuat Saeron, Haechan, maupun Jaemin melotot kaget.

"Hah?"

"Ck, lo pada belum tahu? Padahal kalian sahabat baiknya loh. Kalo gini, temen macam apa kalian?" Yeri menegakkan tubuhnya dan menyandar ke kursi tempat Ia duduk.

"Mark ya, Yer?" Yeri menangguk.

"Kenapa Mark?" Tanya Saeron penasaran.

"Dia pacaran sama Koeun, kemarin. Yoojung yang kasih tau gue,"

"HAH????????"

"WAH HOT NEWS NIH HOT NEWS!!!"

"KOK BISA SIH EDAAAAN."

Yeri hanya menatap ketiga temannya dengan tatapan kosong, tidak peduli. Dia menghela nafas dengan berat.

"Astaga, Yer, jadi ini alasannya lo lesu mulu daritadi?"

Yeri hanya mengangkat kedua bahunya, lalu menyenderkan kepalanya ketembok, menutup matanya.




"Yeri?" Panggil seseorang membuat Yeri menoleh kepada orang yang baru saja masuk kekelasnya.

Yeri membulatkan matanya. Jaemin sama Haechan udah menyilangkan kedua tangannya didepan dada, sedangkan Saeron kayanya shock.

Orang itu berjalan menuju dimana Yeri duduk. Yeri udah menatap orang itu dengan tatapan lesu.

Tiba-tiba, matanya memanas begitu saja.

Ketika seseorang itu berhenti didepan Yeri, Yeri dengan berusaha setengah mati untuk menahan air matanya agar tidak jatuh lagi.

Nggak, Yeri nggak boleh lemah.

"Apa, Mark?"

Mark -lelaki tersebut- menyilangkan kedua tangannya didepan dada, "Line aku kok nggak dibales? Kkt aku dianggurin, telepon nggak diangkat. Kenapa, sih? Biasanya kamu nggak begini," jelas lelaki tersebut.

Oke, ralat, sebenarnya Mark tidak sepenuhnya mengabaikan Yeri, tapi Yeri juga berusaha untuk mengabaikan Mark.

Dia nggak mau jadi pho, dia nggak mau dibicarakan satu sekolah.

Itu salah satu alasan kenapa Ia ikut mengabaikan Mark.

"Apa peduli lo, sih?" cibir Yeri sambil ikut menyilangkan kedua tangannya didepan dada, "Kalo gue nggak bales atau nggak waro pesan dari lo, apa peduli lo?" lanjutnya sambil menatap Mark tajam.

Mark tersentak dengan tatapan Yeri. "Kenapa, sih?"

Yeri menghela nafasnya. Tiba-tiba amarahnya sudah berada diatas puncak.









"Mark, gue mau ngomong."

Mágoa [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang