"Renjun? Ngapain?" Yeri memanggil nama orang yang tadi sempat membuka pintu UKS dengan kencang.
Orang yang dipanggil namanya itu hanya melirik Yeri sekilas, tersenyum lalu berjalan dengan terseok-seok menuju kasur disamping Yeri berada.
Renjun langsung menghempaskan tubuhnya dikasur.
"Sakit apa lo?" tanya Yeri penasaran kepada Renjun.
Renjun menggeleng, lalu perlahan menutup matanya. "Gue nggak sakit, cuma pengen tidur aja,"
Yeri langsung memutar kedua bola matanya, lalu melanjutkan tidurnya.
"Eh, Yer," panggil Renjun membuat Yeri membuka matanya, menatap Renjun dengan tatapan dingin.
"Apa lagi?"
"Dih, galak bener. Habis patah hati ya lo?" Renjun menjulurkan matanya, lalu menyolek lengan Yeri, membuat perempuan itu tersentak.
Yeri lagi-lagi memutar kedua bola matanya, "Kalo iya emang kenapa?"
"Lah- kenapa kok patah hati?" Renjun jadi membenarkan posisinya yang tadinya tengkurap, langsung tidur dengan posisi biasa.
"Banyak nanya," Yeri yang tadi tidur berhadapan dengan Renjun, sekarang lebih memilih berhadapan dengan tembok disebelah kirinya.
"Mark ya?" celetuk Renjun tiba-tiba membuat Yeri risih.
"Ah udah deh nggak usah banyak tanya, nggak usah sok tahu! Gue mau tidur,"
"Oke, oke, sorry."
Yeri nggak mendengar lagi suara Renjun untuk beberapa menit, disaat itulah dia bisa terlelap.
+++
"Yeri!"
Pekikan seseorang membuat Yeri yang tidur langsung membuka matanya cepat. Ia langsung melihat siapa yang memekiknya barusan.
"Udah waktu pulang, nih, nggak mau bangun, lo?" ujar Renjun sambil beranjak dari kasurnya.
Yeri merentakan tangannya, dan melihat kearah jam dinding yang bertenger di dinding sekolah. Oh, jam 3 lewat 13 sekarang. Mereka baru pulang 13 menit yang lalu.
Baru aja Yeri meraih knop pintu, Renjun kembali bersuara. "Kemana?"
"Pulang,"
"Tas lo ada disana," ujar Renjun sambil menunjuk tas yang bewarna merah maroon milik Yeri.
"Siapa bawain?" tanya Yeri mengernyit.
"Hm, Doyeon."
Yeri tak menjawab lagi, Ia langsung mengambil tasnya lalu pergi dari ruang UKS.
+++
Yeri merutuki dirinya sendiri, dan juga Doyeon.
Karena tadi dia berangkat sekolah bareng Doyeon, cuma sekarang Doyeon-nya udah pulang. Jadi dia nggak punya tumpangan lagi. Damn.
Handphone-nya nggak lowbat, cuma sayangnya nggak ada kuota dan parahnya lagi nggak ada pulsa.
Yeri udah misuh-misuh dalam hati. Alhasil, dia cuma berdiri kaya orang bego didepan gerbang sekolahnya.
Mau jalan kaki, jauh. Bisa-bisa sampai rumah dia udah nggak sanggup berdiri lagi saking pegelnya.
Karena sibuk mencak-mencak, Yeri nggak sadar kalau daritadi ada yang liatin dia, sampai bahkan nyamperin dia.
Seseorang itu menepuk pundak Yeri, membuat Yeri terlonjak lalu berbalik dengan cepat.
Yeri menatap orang itu dingin, lalu melengos. Memilih untuk memperhatikan jalan daripada memerhatikan orang tersebut.
"Yer, belum pulang?"
Yeri menggeleng sebagai jawaban tanpa menoleh, lalu melipat kedua tangannya didepan dada.
"Sekolah udah sepi, loh. Doyeon mana?" tanya Mark.
Iya, seseorang itu adalah Mark.
"Udah pulang," jawab Yeri seadanya.
"Mau gue anterin pulang?"
Pertanyaan Mark membuat mata Yeri melebar seketika. Apa? Anterin pulang? Nggak. Dia nggak mau jadi pho lagi, dia nggak mau berurusan lagi sama yang namanya Mark, maupun Koeun.
"Gak, gue bisa pulang sendiri."
Padahal dulu sebelum mereka berantem gini, Yeri suka banget minta Mark buat antar-jemput dia kemanapun.
Ya, sekarang kan situasinya beda.
Mark mendecih, "Kenapa sih? Koeun? Dia udah aku antar pulang," ujar Mark sambil menatap Yeri dengan tatapan tak terbaca, "Cepet, ntar kak Jongin cariin," Mark langsung menarik lengan Yeri menuju parkiran, membuat mata Yeri melebar seketika.
Yeri udah berusaha ngelepasin tarikan Mark, tapi dia kalah kuat, ya. Cewek mah apa atuh.
Hhhhh, Mark, jangan gini.
"Eh, Mark?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mágoa [✔]
Short StoryMark Lee, Kim Yerim. ⋆ She was head-over-heels, but he fell for someone else. © woobaragi, 2017.