Yeri memegang kepalanya, meringis pelan. Ia kemudian dengan perlahan membuka kedua matanya.
Sesuatu yang pertama kali Yeri lihat adalah seseorang yang duduk disamping ranjang Yeri.
"Woy Yer, udah sadar?" ujar Saeron membuat Yeri tersentak kecil.
"Hm?" Yeri perlahan bangun dari tidurnya, membuat Saeron refleks gercep membantunya.
"Dibilangin makan, ngeyel sih. Tau kan akibatnya?" cibir Saeron sambil beranjak menuju dispenser, mengambil minum.
Yeri bersandar di pembatas kasur, "Yang lain mana?"
"Belajar. gue doang nih yang bela-belain jaga," ujar Saeron berjalan kearah Yeri sambil membawa segelas air putih.
Yeri mengambil gelas yang dibawa Saeron, lalu meneguknya sampai habis.
"Lo kenapa sih kok bisa sampe pingsan? Seinget gue badan lo kaya besi, jarang sakit, apalagi pingsan,"
Yeri melotot kearah Saeron sambil menyimpan gelasnya dimeja, disamping kasur Yeri berada.
"Kalau kata orang, cewek itu lemah. Mangkanya gue bisa pingsan," ucap Yeri asal kembali menyandar dikasur.
"Lah lo cewek, Yer? Kirain gender lo setengah-setengah." sindir Saeron membuat Yeri tak tahan untuk menoyor kepalanya.
"Kalo ngomong difilter kek, asal ceplas-ceplos aja," kata Yeri tak terima.
Saeron mengelus-elus kepalanya lalu mengumpat kecil.
"Gue mau bolos aja sampai pelajaran akhir,"
"Ya mending gitu aja, gue males pelajaran Ibu Ningsih buat ngantuk," jawab Saeron dengan setuju, sambil menangguk mantap. "Ntar kalo ada guru dateng jangan lupa acting sakit ya?"
'Tanpa acting pun rasa sakit gue udah kelihatan jelas.'
Suara langkah kaki membuat Yeri dan Saeron mengernyit, tapi kemudian Saeron melebar matanya sambil menepuk-nepuk lengan Yeri pelan.
"Ada orang woy, ada orang!" gumam Saeron histeris hampir tak bersuara.
Yeri langsung cepat-cepat memperbaiki posisinya menjadi tiduran, lalu menutup matanya.
Suara pintu tiba-tiba terbuka, langkah kaki itu semakin mendekat.
Anehnya, Yeri tak mendengar apapun suara Saeron.
'Ya elah masa psycho sih?'
Yeri memberanikan diri untuk membuka matanya sedikit, mengintip.
"Gausah pura-pura tidur," Suara pemuda itu membuat jantung Yeri berdegup kencang seketika.
"Bangun, Yer."
Dengan terpaksa Yeri membuka matanya, memperbaiki posisinya menjadi duduk. Ia menoleh kearah pemuda itu lalu menangkat dagunya, bertanya apa.
"Lo baik-baik aja, Yer?"
"Bukan urusan lo." jawab Yeri ketus.
"Hm, gue tinggal bentar ya," ucap Saeron ketika merasakan hawa panas, "Gue pergi dulu, kalo udah selesai gue masuk lagi." ujarnya pada Yeri sebelum benar-benar pergi.
Ketika Saeron pergi, Mark langsung duduk ditempat yang tadi Saeron duduki, disamping Yeri.
"Mau ngapain kesini?"
"Mau minta maaf,"
"Buat?"
"Buat kemarin, dan semua kesalahan aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mágoa [✔]
NouvellesMark Lee, Kim Yerim. ⋆ She was head-over-heels, but he fell for someone else. © woobaragi, 2017.