Selain menjadi tutor bagi adik-adik kelasnya, Alwan juga dipercayai untuk menjadi pelatih di tim basket sekolahnya. Jadi, alasan mengapa Alwan sering pulang terlambat ada dua, 1) Alwan menjadi tutor, dan 2) Alwan menjadi pelatih basket. Kegiatan ini sudah Alwan jalani sejak kelas duabelas awal, mengingat bahwa anak kelas duabelas memang sudah tidak memiliki izin untuk mengikuti eskul. Tapi, sepertinya pembina eskul basket di SGJIS sangat sayang pada Alwan, sehingga beliau masih memberikan kesempatan pada Alwan untuk tetap ikut eskul basket dengan cara menjadikannya sebagai pelatih untuk anak-anak kelas sepuluh dan sebelas.
Sebenarnya bukan hanya Alwan saja yang dipercayai untuk menjadi pelatih, tapi, Abby—teman sebangku Alwan yang sekaligus menjabat sebagai teman dekatnya, juga dipercayai oleh pembina eskul futsal untuk menjadi pelatih untuk anak-anak didiknya. Berhubung waktu kegiatan eskul basket dan futsal barengan, jadi Alwan sering pulang bersama Abby. Tidak, bukannya Alwan dibonceng Abby atau sebaliknya, tapi mereka hanya pulang di waktu yang bersamaan.
Latihan kali ini berjalan lancar, seperti biasanya. Semakin hari anak-anak didik Alwan semakin mahir dalam memainkan bola basket. Alwan tidak mau besar kepala, mereka jago bukan hanya karena didikan darinya, tapi karena pada dasarnya mereka memang sudah memiliki bakat.
Ervan, si kapten basket yang sekaligus menjabat sebagai ketua eskul basket periode 2016-2017, menutup latihan hari ini dengan memimpin doa. Setelah berdoa, mereka—Alwan dan anggota basket lainnya—merapat dan membentuk sebuah lingkaran untuk melakukan toast.
Para anggota basket yang lainnya segera pulang–yang sepertinya–ke rumah mereka masing-masing setelah sebelumnya berpamitan dan melakukan pelukan ala cowok dengan Alwan. Seperti biasanya, Alwan selalu melakukan evaluasi dengan Ervan mengenai latihan yang baru saja berlangsung.
Ervan menyodorkan sebotol air mineral pada Alwan dan duduk di sebelah Alwan. Alwan menerimanya dan mengucapkan terimakasih pada cowok itu. Perbincangan mengalir di antara mereka. Ervan adalah tipikal orang yang easy going, dan Alwan merasa selalu nyambung kalau membicarakan soal basket dengan cowok itu. Mereka memiliki banyak kesamaan, di antaranya, 1) mereka sama-sama sangat suka bermain basket, 2) mereka sama-sama fans berat Michael Jordan, dan masih banyak lagi yang tidak mungkin untuk disebutkan satu-satu.
"Bang," panggil Ervan, Alwan menoleh sambil mengelap keringat yang berjatuhan dari keningnya. "Gimana keadaan Saphora?"
Alwan terkekeh sebelum menjawab, "lo bertanya begitu seakan-akan udah lama nggak bertemu dia. Dia baik." Jawabnya santai.
Saphora adalah adik bungsu Alwan, dia baru kelas sembilan. Jika kalian bertanya-tanya bagaimana bisa Saphora kenal dengan Ervan yang notaben adalah anak kelas sebelas, jawabannya adalah, karena sekolah Alwan dan Saphora berada dalam satu lingkungan. Mungkin bisa dibilang terbentuk dalam satu yayasan, dan gedung sekolahnya berhadapan dengan gedung sekolah Alwan.
Alwan tidak tahu pasti bagaimana kronologi awal pertemanan antara Saphora dan Ervan, namun sejauh yang dia tahu, mereka cukup dekat. Saphora tidak hanya dekat dengan Ervan, tapi dia juga dekat dengan Abby. Dekatnya antara Saphora dan Abby sedikit Alwan curigai karena sejauh yang dia lihat, sepertinya Saphora memiliki perasaan untuk Abby. Dan kecurigaan itu terbukti ketika dua bulan yang lalu Saphora menangis ketika mengetahui Abby memiliki pacar. Waktu itu rasanya Alwan ingin menghajar Abby tepat di wajah, namun Alwan mengurungkan niatnya karena Saphora menahannya dan dia juga tidak tega untuk melakukan itu pada sahabatnya sendiri.
Awalnya Alwan juga sedikit curiga dengan Ervan, dan Alwan berasumsi bahwa Ervan memiliki perasaan untuk Saphora. Bagaimana bisa Alwan tidak mengira begitu, kalau Ervan tidak pernah melakukan hal-hal manis pada Saphora? Alwan pernah beberapa kali menangkap Saphora membawa boneka ketika habis pulang dari jalan bareng Ervan. Kecurigaan Alwan meningkat ketika pernah sekali dirinya menangkap Ervan tengah memperhatikan Saphora ketika Saphora sedang latihan menari sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
STS[1] - Too Late
Teen FictionSeperti pelajar pada umumnya, hari-hari gue diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Bukannya apa-apa, saat ini gue sudah kelas duabelas yang artinya tinggal menghitung bulan hingga akhirnya gue akan menghadapi Ujian Nasional. Mungkin karena terl...