"Gue sama Agatha kenal sejak dia masih TK dan gue kelas 1 SD waktu itu. Kita ketemu pertama kali di sebuah supermarket. Lucu banget kalau inget-inget kejadian waktu itu, lo bayangin, Al, anak sekecil Agatha, hampir aja minumin air pel. Untung aja gue liat, jadi buru-buru gue tarik dia menjauh dari air pel itu. Gue tanyain orangtuanya di mana—"
"—sori, Van, gue potong. Tapi, bisa langsung ke intinya aja?"
Vano tersenyum, lalu mengangguk.
Vano bercerita kalau semenjak kejadian di supermarket itu, dirinya jadi dekat dengan Agatha. Sejak saat itu, baik Vano maupun Agatha sering kali saling berkunjung ke rumah masing-masing. Singkat cerita, Agatha memutuskan untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan Vano saat SD. Walaupun berada pada angkatan yang berbeda, namun Vano dan Agatha selalu menghabiskan waktu istirahat bersama.
Hingga akhirnya, saat SMP mereka tidak pergi ke sekolah yang sama karena Vano bersekolah di sekolah swasta sedangkan Agatha di sekolah negeri. Tapi walaupun begitu, mereka masih sering bertemu. Vano selalu menjemput Agatha di sekolahnya, berhubung lokasi sekolah mereka yang lumayan dekat.
Beberapa kali Agatha mengajak Andira untuk pulang bersama, yang tak ayal lambat laun membuat Andira mulai menaruh perasaan pada Vano. Awalnya Vano tidak menganggap serius karena apa yang diharapkan dari hubungan anak SMP. Hingga pada akhirnya, Agatha menyampaikan pada Vano bahwa Andira sangat menyukai dirinya.
Tidak ada yang dapat Vano lakukan selain menerima perasaan Andira, padahal yang terjadi saat itu adalah, Vano memiliki perasaan pada Agatha, bukan Andira.
Tak jarang mereka menghabiskan waktu akhir pekan bersama. Hingga pada suatu hari, saat mereka sedang berada di salah satu tempat wisata ternama di Jakarta, tiba-tiba Agatha menyampaikan pada Vano kalau sebenarnya dirinya memiliki perasaan untuk Vano. Agatha mengatakan bahwa dia takut untuk mengungkapkannya karena Vano sudah terlebih dahulu berpacaran dengan Andira.
Mengetahui hal itu, Vano yang saat itu sebenarnya menyukai Agatha bingung harus melakukan apa. Di satu sisi dia juga menyukai Agatha, tapi di lain sisi dia adalah pacar dari Andira. Agatha yang sudah terlanjur menyayangi Vano akhirnya memaksa Vano untuk menjalin hubungan dengannya di belakang Andira.
"Andira denger pembicaraan gue dan Agatha. Dia lari sejauh mungkin. Dia kacau banget waktu itu, Al. Sampe akhirnya dia nggak sadar kalau ada mobil yang melaju kenceng dari arah yang berlawanan. Dan ya, kejadiannya cepet banget, bahkan tanpa sempet gue cegah."
Ucapan Vano sore itu terus terngiang di kepala Alwan. Dan satu pertanyaan muncul di benak Alwan,
Apa benar kejadiannya seperti itu?
"Oy, bengong aja," seloroh Abby begitu melihat teman sebangkunya itu melamun sejak bel tanda istirahat berbunyi. "Mikirin apa, sih?"
"Nggak ada."
"Nggak ada tapi daritadi bengong aja," cibir Abby. "Itu lo udah selesai nyatet belum?" tanya Abby sambil menunjuk papan tulis yang kini sudah dipenuhi oleh rumus Matematika yang sama sekali tidak dia pahami.
Alwan mengangguk.
"Ajigile," gumam Abby takjub. Walaupun sejak tadi Alwan terlihat tidak memperhatikan guru, tapi cowok itu tetap bisa mencatat pelajaran dengan baik. "Gue pinjem kalau gitu," ucapnya seraya menyambar buku catatan milik Alwan bahkan sebelum diizinkan oleh sang pemilik.
Teman.
Setelah beberapa menit sibuk mencatat, akhirnya Abby mengajak Alwan untuk ke kantin. Berhubung saat ini Alwan sedang kepingin banget minum jus melon, akhirnya dia mengiyakan ajakan sahabatnya itu untuk ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
STS[1] - Too Late
Teen FictionSeperti pelajar pada umumnya, hari-hari gue diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Bukannya apa-apa, saat ini gue sudah kelas duabelas yang artinya tinggal menghitung bulan hingga akhirnya gue akan menghadapi Ujian Nasional. Mungkin karena terl...