Apa Alwan tidak salah mendengar ketika Pak Kasim mengatakan bahwa Agatha akan menjadi pasangannya untuk Olimpiade Matematika yang akan diadakan dua bulan lagi? Bukan, bukan Alwan tidak suka, tapi, menurut Alwan Agatha ini masih anak baru. Tidak, bukan juga Alwan ingin meragukan kemampuan Agatha, tapi...
"Bagaimana? Apa kalian setuju?" Suara berat Pak Kasim berhasil membangunkan Alwan dari lamunannya. Tidak ada yang bisa Alwan lakukan selain mengangguk, mau sebesar apapun rasa tidak sukanya terhadap Agatha, Alwan tidak boleh seperti ini. Setidaknya Alwan harus mengesampingkan hal ini dalam keadaan seperti ini.
Agatha berdehem pelan, membuat Alwan menoleh ke arah cewek itu. "Maaf Pak, bukannya saya nggak mau, tapi saya ini kan masih anak baru di sekolah ini. Saya juga belum pernah ikut olimpiade seperti ini sebelumnya."
Alwan menatap Agatha tidak percaya, bisa-bisanya Agatha menolak tawaran ini di saat orang-orang di luar sana ingin sekali mengikuti olimpiade ini. Apa Alwan tidak salah dengar?
Pak Kasim tertawa renyah. "Lalu kenapa kalau kamu anak baru, Agatha? Lagipula saya nggak percaya kalau kamu belum pernah mengikuti olimpiade semacam ini, karena sejauh yang saya lihat, kamu adalah anak yang cerdas."
"Bapak bisa aja," Agatha tersenyum malu-malu. "Kalau begitu, saya mau Pak ikut olimpiade ini, terimakasih karena sudah mempercayai saya. Saya janji, saya akan berusaha untuk memenangkan olimpiade ini."
Tanpa Alwan sadari kedua ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman kecil begitu mendengar ucapan Agatha.
Sebenarnya Agatha ini anak yang baik, dia juga can—Al, lo mikir apa, sih? Ini sangat bukan lo.
Alwan dan Agatha berjalan keluar ruang Kepala Sekolah setelah sebelumnya berpamitan dengan Pak Kasim. Ya, sudah ditetapkan bahwa Agatha akan menjadi pasangan Alwan di Olimpiade Matematika yang akan diadakan dua bulan lagi.
Untuk kalian yang bingung kenapa Alwan masih diikuti olimpiade disaat dirinya sudah kelas duabelas seperti ini, jawabannya karena... Alwan juga tidak tahu kenapa sebenarnya, hanya saja tadi Pak Kasim mengatakan kalau ini adalah olimpiade terakhir yang Alwan ikuti di masa SMA.
"Al," panggil Agatha, membuat Alwan menoleh sekilas ke arah cewek itu.
Saat ini Alwan dan Agatha sedang berjalan menuju kelas mereka yang terletak di lantai dua. Mengingat kelas mereka berada pada jalur yang sama, jadi mau tidak mau akhirnya Alwan berjalan bersama Agatha.
"Kita mulai latihan kapan?"
Karena Alwan tidak tahu harus menjawab apa, maka dia hanya mengedikkan bahu, membuat Agatha menghela napas pelan.
"Lo kenapa, sih?" tanya Agatha lagi, kali ini dengan nada sedikit gelisah, membuat Alwan mengalihkan perhatiannya pada cewek itu.
Tidak ada lagi suara yang terdengar dari Agatha hingga mereka menaiki tangga yang akan membawa mereka ke lantai dua. Agatha sekarang benar-benar diam, tapi tidak sepenuhnya diam, karena kakinya yang menghentak tangga menimbulkan suara yang cukup keras, mengingat di tangga ini hanya ada Alwan dan Agatha.
"Nggak usah kayak anak kecil," ucap Alwan dengan dingin. "Dengan lo menghentakkan kaki kayak gitu, nggak membuat lo terlihat lucu," dengan itu Alwan berjalan dengan cepat menuju kelasnya, meninggalkan Agatha yang kini tengah mematung di tempatnya berdiri.
"Bukannya gue mau terlihat lucu, gue ngelakuin ini karena gue mau—"
Teriakan yang berasal dari Agatha tidak lagi dapat Alwan dengar karena Alwan yang sudah memasuki kelasnya sebelum sempat Agatha menyelesaikan ucapannya.
–––•••–––
"Eh, Al," panggil Abby yang tengah menatap lurus ke depan dengan tangan yang masih sibuk mencolek-colek bahu Alwan.
"Apa," jawab Alwan dengan datar. Karena tangan Abby yang tidak henti-hentinya mencolek bahunya, akhirnya Alwan menyingkirkan tangan Abby dari bahunya. Lantas Abby langsung menatap Alwan dengan tajam, entah karena apa. "Gue udah dengar, nggak usah colek-colek terus."
Abby menyengir tiga jari, membuat Alwan bergidik ngeri. Bukannya apa-apa, cengiran Abby barusan terkesan mengerikan di mata Alwan.
"Kenapa?"
"Tadi Pak Kasim ngapain manggil lo?" tanya Abby. "Pake bawa-bawa Agatha segala, lagi."
"Biasa, masalah olim," jawab Alwan santai.
"Olim?!" Tanya Abby, kini dengan sangat heboh, membuat beberapa teman kelasnya yang sedang mencatat pelajaran yang ada di papan tulis menoleh ke arah Alwan dan Abby, atau lebih tepatnya, hanya ke arah Abby. Seperti Abby yang biasanya, cowok itu tidak memperdulikan tatapan tajam yang ia dapatkan dari teman-temannya. "Olimpiade maksud lo?"
Alwan mengangguk.
"Bareng Agatha?"
Lagi, Alwan mengangguk.
"Sumpah?!"
"ABBY!"
Abby meringis begitu mendengar suara teriakan teman-teman sekelasnya. Dan bukannya meminta maaf, cowok itu malah melotot ke semua orang yang menatapnya dengan tajam, membuat mereka mendengus kesal dan memalingkan wajahnya dari Abby.
Melihat itu Alwan hanya bisa mengelus-elus dada sambil mengucapkan kalimat 'Astaghfirullah' berkali-kali. Abby menoleh ke arah Alwan dengan tatapan bertanya, lalu beberapa saat kemudian dia menempeleng kepala sahabatnya itu.
"Sialan," dengus Abby.
Saat Abby hendak membuka kembali mulutnya, tiba-tiba suara bel tanda istirahat berbunyi dengan nyaring. Bu Ersa yang sejak tadi duduk di kursi guru kini berpamitan di depan kelas lalu pergi keluar.
"Gini nih guru gabut," celetuk Abby. "Masuk, kasih catetan atau soal, duduk di depan, bel bunyi, keluar. Enak bener, gitu doang mah gue juga bisa."
"Sembarangan," ucap Alwan sambil menempeleng kepala Abby.
"Sialan."
Saat kedua tangan Alwan sedang sibuk merapikan alat tulis dan hendak memasukkannya ke dalam tas, tiba-tiba ada suara yang memanggil namanya dan membuat aktivitas tersebut terhenti. Alwan menoleh ke arah asal suara, atau lebih tepatnya ke arah pintu kelas, karena si pemanggil namanya sedang berada disana.
"Al, ada Agatha," ucap Riana.
Kedua alis Alwan naik secara spontan, "terus kenapa?"
"Dia cari lo."
Untuk apa Agatha mencari Alwan? Ah, lebih baik Alwan cepat-cepat merapikan alat tulisnya dan menghampiri Agatha dan bertanya pada cewek itu kenapa dia memanggil Alwan
"Kenapa?" tanya Alwan begitu sudah berdiri di depan Agatha.
"Bu Hera bilang kita mulai latihan hari ini."
"Kenapa dia bilangnya ke lo?" Tanya Alwan heran.
Agatha hanya mengangkat kedua bahunya untuk menjawab pertanyaan yang Alwan berikan. Dan yang tidak Alwan sangka, tanpa bicara satu katapun Agatha langsung menarik tangan Alwan. Alwan yang tidak suka ditarik seperti ini langsung menarik tangannya kembali, sesaat Agatha berhenti berjalan dan menoleh ke arah Alwan dengan tatapan yang... Sedikit kecewa?
Alwan tidak tahu kalau apa yang baru saja dilakukannya bisa menyakiti perasaan Agatha.
Atau mungkin, ini hanya perasaan Alwan saja?
———Too Late———
Minggu, 11 Juni 2017
13.27 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
STS[1] - Too Late
Ficção AdolescenteSeperti pelajar pada umumnya, hari-hari gue diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Bukannya apa-apa, saat ini gue sudah kelas duabelas yang artinya tinggal menghitung bulan hingga akhirnya gue akan menghadapi Ujian Nasional. Mungkin karena terl...