Sore ini Alwan memutuskan untuk mengunjungi rumah Andira. Dia sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, dan sekarang dia memutuskan untuk meminta pendapat dari Andira.
"Dir," panggil Alwan.
Andira berdeham demi menjawab panggilan Alwan. Saat ini dia sedang asyik membaca Wattpad sambil tidur tengkurap di atas kasurnya.
Melihat Andira yang sedang asyik sendiri, Alwan langsung menarik ponsel cewek itu, membuat Andira protes. "Dengerin gue dulu, gue mau cerita."
Dengan bersungut-sungut Andira mengubah posisinya menjadi duduk sila di atas kasur. Dia menatap Alwan yang sedang duduk di kursi meja belajarnya dengan serius. "Ada apa?"
Alwan berdeham panjang. "Jadi ... "
Jadilah Alwan menceritakan masalah yang belakangan ini terus membuatnya pusing. Mulai dari dirinya yang dipanggil ke ruangan Pak Kasim bersama Agatha, informasi mengenai olimpiade Matematika, belajar bersama Agatha untuk olimpiade itu, informasi mengenai tournament basket yang disampaikan oleh Ervan, semuanya yang awalnya berjalan dengan baik, hingga pada akhirnya Alwan tahu bahwa olimpiade Matematika yang akan dia ikuti bersama Agatha diselenggarakan di waktu yang sama dengan tournament basket, sampai Ervan yang nemberi Alwan waktu untuk memilih.
Alwan meraih segelas air putih yang memang tadi sudah dia siapkan. Alwan tahu kalau dia akan bercerita panjang pada Andira, makanya dia menyiapkan minum, berhaga-jaga kalau saja tiba-tiba dia tersedak saat sedang bercerita.
Dengan posisi bertopang dagu Andira melihat setiap gerak-gerik Alwan. Alwan yang tidak sengaja menangkap Andira yang tengah menatapnya lantas menaikkan sebelah alisnya, membuat Andira salah tingkah sendiri.
"Jadi gue harus gimana?" tanya Alwan pada akhirnya.
Andira mengulum bibirnya. "Menurut gue, lebih baik lo ikut tournament basket," ucapan Andira berhasil membuat kedua alis Alwan terangkat. "Maksud gue, lo kan udah sering ikut olimpiade, dan gue juga yakin di SGJIS masih ada anak yang cukup pinter untuk gantiin posisi lo."
"Di SGJIS juga banyak yang jago basket."
"Hm," Andira berpikir sebentar, membenarkan ucapan Alwan. "Tapi, Al, mungkin banyak yang jago basket di SGJIS, tapi, belum tentu mereka bisa memberi arahan yang baik. Lagipula jago itu nggak terlalu penting, yang penting itu, dia bisa atau nggak kasih arahan ke anak-anak. Kalau jago tapi ngaco kasih arahan, gimana mau menang, coba?" Andira diam sebentar. "Lo ngerti kan maksud gue?"
Alwan mengangguk paham. "Gue ngerti," ujar Alwan, membuat Andira tersenyum. "Jadi, menurut lo gue harus pilih yang mana?"
Mendengar pertanyaan Alwan lantas membuat Andira menepuk dahinya. Dia pikir dengan memberikan penjelasan panjang lebar seperti tadi sudah menunjukkan bahwa Andira jelas-jelas menyuruh Alwan untuk memilih tournament basket saja. Dan seingat Andira, tadi dia juga sudah mengatakan secara jelas bahwa dia menyuruh Alwan untuk ikut tournament basket saja.
"Alwan Andino Pradipto, tadi, kan gue udah bilang lo ikut tournament aja," ujar Andira gemas sendiri pada Alwan.
"Emang iya?" tanya Alwan bingung sendiri, setelahnya dia menyengir lebar. "Sori, Dir, gue nggak ngeh."
Terjadi hening yang cukup lama, baik Alwan maupun Andira sama-sama tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Alwan memikirkan bagaimana cara mengatakan pada Agatha bahwa dia lebih memilih menemani anak-anak basket daripada memilih menemani Agatha. Alwan tidak ingin sampai salah bicara dan diakhiri dengan dirinya yang membuat Agatha tersinggung.
"Dir," panggil Alwan lagi. "Gue harus bilang apa ke Agatha?"
"Maksudnya?"
Alwan mengembuskan napas panjang. "Gue harus bilang gimana ke Agatha kalau gue nggak jadi ikut olimpiade?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STS[1] - Too Late
Teen FictionSeperti pelajar pada umumnya, hari-hari gue diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Bukannya apa-apa, saat ini gue sudah kelas duabelas yang artinya tinggal menghitung bulan hingga akhirnya gue akan menghadapi Ujian Nasional. Mungkin karena terl...