TL ~ 7 | Surat Kaleng.

80 5 0
                                    

"Gimana, Bang?"

Kedua mata Alwan kontan mengerjap beberapa kali ketika mendengar pertanyaan dari Ervan yang cukup membuatnya kaget, karena sejak tadi cowok itu melamun dan tidak benar-benar mendengar ucapan Ervan.

"Apanya?" dan hanya itu yang bisa Alwan katakan.

Ervan mengembuskan napas pelan. "Lo nggak dengerin gue, ya?" tanya Ervan, membuat Alwan meringis, sedikit merasa bersalah.

Bagaimana Alwan tidak melamun daritadi bahkan sampai tidak mendengar ucapan Ervan kalau semuanya tidak membuat dirinya pusing seperti ini?

Dua hari yang lalu ketika Alwan dan Agatha sedang latihan olimpiade Matematika, Bu Hera mengatakan bahwa olimpiade yang akan dirinya dan Agatha ikuti akan diadakan dua bulan lagi, dan barusan Ervan juga mengatakan bahwa dua bulan lagi akan diadakan tournament basket tingkat nasional. Ervan juga mengatakan bahwa dalam kurun waktu dua bulan ini Coach Diha—pelatih ekskul basket—tidak dapat melatih dikarenakan sedang mendapatkan pekerjaan yang tidak bisa dia tolak.

"Lo bisa, kan, latih kita sampai dua bulan ke depan?" tanya Ervan lagi.

"InsyaAllah," jawab Alwan dengan pelan, membuatnya terdengar seperti gumaman. "Tapi gue nggak janji untuk selalu hadir tiap latihan."

"Kenapa?"

Apa harus Alwan mengatakan pada Ervan mengenai olimpiade itu?

"Lo tau, gue udah kelas duabelas, itu artinya bakal ada banyak bimbel yang harus gue ikuti," ucap Alwan sedikit berbohong.

Awalnya Ervan seperti berniat untuk membuka suaranya lagi, namun akhirnya cowok itu mengurungkan niatnya dan hanya mengangguk.

Ervan kembali ke lapangan basket setelah sebelumnya pamit pada Alwan yang Alwan jawab dengan sekali anggukan.

Nyaringnya suara bel tanda istirahat berakhir membuat Alwan berdiri secara spontan dan berjalan keluar lapangan basket indoor SGJIS.

Ya, Alwan memang bersekolah di SGJIS, atau kepanjangannya Sastra Gelora Jakarta International School. Untuk kalian yang terasa familiar dengan nama sekolah itu, itu karena Papa dan Mama Alwan—Tara dan Lena, juga bersekolah di sekolah yang sama dengan Alwan dan juga adik-adiknya.

Tidak banyak yang berubah dengan sekolah ini, lorong tempat penyimpanan loker para siswa masih terletak di lantai dua. Dan saat ini Alwan sedang berjalan ke tempat itu untuk mengambil beberapa buku mata pelajaran yang akan dia pelajari dua jam ke depan.

Pergerakan tangan Alwan yang sedang mengambil beberapa buku terhenti ketika dia melihat ada sesuatu yang terjatuh dari dalam lokernya. Kedua alis Alwan terangkat ketika benda itu—yang ternyata sebuah amplop, sudah berada di tangannya. Alwan menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan bahwa amplop itu benar berasal dari lokernya, karena hanya ada dirinya dan beberapa siswa yang memang letak lokernya tidak terlalu dekat dengan letak loker milik Alwan.

Dengan sedikit rasa penasaran, Alwan membuka amplop itu dan menemukan selembar kertas yang dilipat di dalamnya. Alwan pun membuka lipatan kertas itu dan dapat dia rasakan dahinya berkerut ketika membaca tulisan yang terdapat di kertas itu;

If tomorrow i see you with her again,
it means you start a war.

-V.

–––•••–––

Otak Alwan terus berputar, menerka-nerka tentang siapa pengirim surat kaleng yang dia temukan di loker siang tadi. Alwan berusaha mengingat siapa perempuan yang akhir-akhir ini dekat dengannya, dan apa hubungannya dengan si pengirim surat kaleng itu. Seingat Alwan, dirinya tidak sedang dekat dengan siapa-siapa, dan tidak pernah mencari masalah dengan siapapun. Lagipula, kalau memang ada perempuan yang sedang dekat dengannya, apa hubungannya dengan orang itu?

STS[1] - Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang