TL ~ 23 | Mata - Mata

6 1 0
                                    

Bak seorang detektif yang telah berhasil menangani banyak kasus, Abby berjalan dengan hati-hati mengikuti kemana Andira akan membawanya. Terlihat kening Abby mengernyit begitu melihat Andira masuk ke salah satu kelas di lorong kelas dua belas. Saat Abby hendak angkat kaki, tiba-tiba kedua matanya menangkap Andira tengah keluar dari kelas tersebut bersama seorang cowok.

"Itu bukannya ..." terawang Abby. "Iya, itu Vano!"

"Eh, lo tuh mau masuk atau nggak, sih?"

"Apa, sih!"

"Dih, kok lo yang sewot?" seloroh orang yang kini tengah berdiri di depan Abby. "Gue mau masuk kelas gue!"

"Eh?" Abby celingukan. Mulutnya membentuk huruf O besar begitu melihat sudah ada banyak siswa yang berdiri di depannya dengan tatapan sangar. Dia menyengir lebar begitu menyadari bahwa sejak tadi dia tengah berdiri di ambang pintu kelas dan membuat beberapa siswa terhalang olehnya untuk masuk ke dalam sana. "Sori, hehe."

Tidak berhenti sampai di situ, Abby terus mengikuti kemana Andira dan Vano pergi. Sebelah alisnya naik begitu melihat mereka masuk ke dalam gedung lapangan indoor. Untung saja Andira lupa untuk menutup pintu, jadi Abby dapat dengan mudah memasuki gedung tersebut tanpa menimbulkan suara sekecil apapun.

Dengan langkah penuh kehati-hatian Abby berjalan ke arah samping tribun tempat di mana Andira dan Vano duduk. Dengan penuh perhitungan dia memilih posisi yang tepat agar tetap bisa mendengar suara mereka.

"Lo bilang apa aja ke Alwan?"

"Bilang? Bilang apa?"

Andira mengembuskan napas panjang. "Nggak usah pura-pura bego," decak Andira. "Gue tau lo udah kasih tahu cerita versi lo ke Alwan."

Cerita versi Vano? Maksudnya apa, sih?

Terdengar Vano tertawa kecil. "Oh, jadi lo udah tahu?"

"Hmm ..." deham Andira.

Terjadi hening beberapa saat.

"Van," panggil Andira. "Kenapa lo ngelakuin itu? Maksud gue, kasian Agatha. Setelah ini Alwan pasti jadi benci banget sama dia."

"Justru itu tujuan gue," ucap Vano dengan nada yang terdengar licik di telinga Abby. "Gue sengaja ngarang cerita biar seakan-akan di sini Agatha yang salah. Dengan begitu Alwan bakal jauh dari Agatha, dan keuntungannya gue bakal deket sama Agatha. Begitu juga dengan lo, nggak ada lagi yang bisa ngehalangin lo buat deket sama Alwan.

"Maksud lo?"

Lagi, Vano tertawa. "Andira ... Andira, jangan pikir gue bego. Gue tau, lo suka 'kan sama Alwan?"

Andira tidak menjawab, yang mana respon tersebut membuat Vano maupun Abby menganggapnya sebagai "ya".

"Lo nggak usah khawatir, dan lo nggak perlu ngapa-ngapain. Cukup diem aja dan jalanin seperti biasanya."

Dapat Abby rasakan tangannya mulai terkepal. Saat ini juga dia berniat untuk keluar dari tempat persembunyiannya dan dengan kerennya dia menangkap basah kedua orang yang saat ini tengah membangun rencana jahat saat tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya keluar dari gedung lapangan indoor secara paksa.

"Apa-apaan, sih, ini!" Semprot Abby sambil berusaha melepas tangannya dari genggaman orang yang sebenarnya tidak dia kenal. "Lepasin, oy!"

"Lo siapa—hemsbepstrudud—"

"Jangan berisik kak nanti kedengeran Andira sama Kak Vano!"

Begitu mendengar ada orang lain yang berjalan mendekat, dengan cepat orang itu kembali menarik Abby ke tempat yang lebih aman dengan keadaan sebelah tangannya terus membekap mulut cowok itu.

STS[1] - Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang