TL ~ 4 | Keanehan.

86 7 2
                                    

Suara isak tangis yang terdengar dari arah lorong penyimpanan buku bagian kiri perpustakaan membuat kening Alwan berkerut membentuk beberapa garis disana. Suara isakan tersebut semakin terdengar dengan jelas ketika jarak Alwan yang kini sudah dekat dengan lorong tempat suara isakan itu berasal. Kerutan di kening Alwan semakin mendalam ketika dirinya melihat seorang perempuan yang sedang duduk di pojok lorong sambil memeluk kedua lututnya dengan wajah yang dia tenggelamkan di atasnya.

Dengan langkah sedikit ragu Alwan mendekati cewek itu, dan ketika jarak mereka semakin tipis dan tangan Alwan yang sedikit lagi akan mendarat di pundak cewek itu, tiba-tiba Alwan dikagetkan dengan cewek itu yang tiba-tiba mengangkat wajahnya sambil berteriak. Alwan mundur beberapa langkah ketika mengetahui siapa orang itu.

Agatha.

Cengiran lebar terbentuk di wajah Agatha, cewek itu menatap Alwan dengan tatapan geli. Sedangkan Alwan menatap Agatha tanpa ekspresi. Datar.

"Hai, Al," ucap Agatha seraya bangkit dari posisinya, cengiran di wajahnya masih belum hilang. "Ternyata lo perduli juga sama gue."

"Gue perduli bukan karena itu lo," ucap Alwan dengan datar. "Tapi karena gue nggak suka ngeliat cewek nangis."

Agatha menaikkan kedua bahunya, terlihat tidak begitu perduli, "nggak usah gengsi gitu, ah," ucapnya seraya menyenggol bahu Alwan.

"Nggak usah sok akrab," ketus Alwan.

Dengan sekali helaan napas Alwan memutar tubuhnya dan hendak keluar perpustakaan. Mood Alwan untuk membaca beberapa buku disana sudah hilang sejak dia bertemu dengan Agatha.

Saat baru beberapa langkah Alwan berjalan, tiba-tiba Agatha langsung berdiri tepat di depan tubuhnya, membuat Alwan berhenti sebentar. Lalu Alwan kembali malanjutkan langkahnya menuju pintu keluar perpustakaan. Agatha yang masih berada di depan Alwan berjalan mundur, beriringan dengan Alwan yang berjalan maju.

"Sok akrab?" Kedua alis Agatha naik. "Bukannya kita emang udah akrab?"

Mendengar itu alis Alwan naik sebelah. Sejak kapan Alwan akrab dengan Agatha? Alwan hanya pernah menemani Agatha keliling sekolah, makan bersama sebelum kelas tambahan, belajar bersama di kelas tambahan, dan ketiganya tidak bisa dijadikan kesimpulan bahwa Alwan dekat dengan cewek itu.

Saat pintu sudah berada di depan mata Alwan, Agatha langsung mencegat langkah cowok itu dengan melebarkan kedua tangannya, sehingga membuat Alwan tidak bisa keluar. Cewek itu memang selalu aja mengganggu Alwan.

"Permisi, gue mau keluar."

"Lo mau keluar?" Tanya Agatha. "Boleh aja, tapi ada syaratnya."

Alwan hanya berdiam di tempat sambil menatap Agatha dengan datar.

"Kalau lo mau keluar, lo harus mau anter gue pulang siang ini."

Sebelah alis Alwan naik secara spontan begitu mendengar kalimat yang baru saja Agatha ucapkan. Kalau memang itu syaratnya, lebih baik Alwan berdiam di perpustakaan sampai mati.

Tidak, Alwan hanya bercanda. Alwan tidak ingin mati konyol hanya karena Agatha yang tidak memperbolehkannya untuk keluar dari perpustakaan ini.

"Gimana?" Tanya Agatha dengan kedua alis yang terangkat.

"Lebih baik gue diam disini sampai sore daripada—"

"—yah, gue sih nggak maksa," ucap Agatha memotong pembicaraan Alwan. "Gue nggak masalah harus berdiri disini sampai sore. Tapi, apa lo rela kalau sampai nilai try out lo kosong satu?"

Skakmat.

Bagaimana bisa Alwan lupa kalau hari ini masih ada try out? Alwan melirik ke arah jam dinding yang terletak di dekat meja petugas perpustakaan. Pukul tujuh lewat sepuluh menit, itu artinya lima menit lagi pengawas akan datang ke kelas ujiannya.

STS[1] - Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang