Terdengar sebuah orang pelahan dan tubuh nona genit itu terhuyung-huyung mundur sampai tiga langkah.
Gin Liong menggunakan tiga bagian dari tenaganya untuk menampar tetapi hanya dapat membuat Mo Lan Hwa menyurut tiga langkah saja. Segera ia tahu bahwa ilmu tenaga dalam dan ilmu ginkang nona itu memang hebat.
Ia kerutkan dahi memandang nona genit itu dengan tajam dan berseru:
"Jika engkau masih tetap mengganggu, jangan salahkan aku tak kenal kasihan!"
Habis berkata ia terus berputar tubuh dan angkat kaki.
"Berhenti !" Mo Lan Hwa melengking gugup, "sebelum kita ada yang mati salah satu, tak seorangpun boleh tinggalkan tempat ini."
Ia menutup kata-katanya dengan sebuah terjangan, sepasang tangannya berhamburan menghajar seperti orang kalap.
Gin Liong sudah hilang kesabarannya, serentak ia berputar tubuh dan membentak keras: "Baik, kalau engkau minta mati, akan kuantarkan engkau ke akhirat!"
Pemuda itu segera ayunkan tangan kanan menghantam. Seketika menderulah angin pukulan yang dahsyat Salju di tanah berhamburan ke udara sehingga mirip dengan suasana badai dimusim salju.
Nona genit itu terkejut. Seketika pucatlah wajahnya, serentak berhenti, dia terus songsongkan kedua tangannya untuk menangkis.
Terdengar sebuah lengking jeritan yang ngeri dan nyaring diiring dengan tubuh Mo Lan Hwa yang terlempar sampai tiga tombak ke udara lalu melayang jatuh sampai lima tombak jauhnya.
Gin Liong tertegun. Walaupun marah, tetapi ia hanya menggunakan lima bagian dan tenaga dalamnya, Tetapi akibatnya benar2 diluar dugaan.
Tetapi ia seorang pemuda yang baik hati, sebenarnya ia tak kenal dan mempunyai dendam permusuhan terhadap nona itu, Mengapa ia harus mencelakainya?
Cepat ia enjot tubuh nona itu. Dilihatnya, sepasang mata Mo Lan Hwa meram, wajahnya merah padam, dada berombak keras dan napasnya terengah-engah.
Melihat keadaan nona itu tak sadarkan diri, Gin Liong bingung juga, Tetapi menilik wajahnya yang merah itu, jelas kalau Mo Lan Hwa tak menderita suatu luka dalam yang berbahaya.
"Ah, kalau kugunakan tujuh atau delapan bagian tenaga dalam pukulanku tadi, dia tentu akan muntah darah," diam2 Gin Liong merasa bersyukur karena tak melakukan tindakan begitu.
Segera ia meletakkan tubuh nona itu ke tanah lalu mulai menguruti jalan darah ditubuhnya, Tetapi diluar dugaan, makin diurut, napas nona itu makin lemah. Sudah tentu Gin Liong terkejut sekali sehingga keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya
Ia hentikan pengurutannya dan mulai merenung ilmu urut yang telah dipelajarinya, ia merasa bahwa cara pengurutan itu memang sudah benar.
Lalu ia mulai mengurut lagi dengan hati2 dan pelahan-lahan, tak berapa lama, Mo Lan Hwa tampak membuka mata, Gin Liong girang dan hentikan urutannya. Sambil mengulap keringat ia bertanya:
"Nona bagaimana keadaanmu?"
Tetapi nona itu pejamkan mata lagi, Gin Liong terkejut, ia merasa terlalu cepat menghentikan pengurutannya maka buru2 ia lekatkan tangan kanannya ke jalan darah Gi-hay diperut si nona, ia menunggu dengan penuh perhatian perobahan air muka nona itu.
Tetapi Gin Liong makin gelisah, wajah nona itu makin merah seperti bara dan napasnya makin terengah-engah. Bibirnya pun mulai agak terbuka. Karena gugup, Gin Liong menambahkan tenaga murninya seraya bertanya:
"Nona, bagaimana engkau rasakan?"
Dengan masih pejamkan mata, nona itu menyahut lemah: "Dingin... mati kedinginan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pedang Tanduk Naga - Sin Liong
General FictionIa menulis dalam sebuah buku, kemudian berseru melayangkan pengumuman lagi: "Pertandingan selanjutnya antara kepala cabang di kota Tiang-siu, Busur Emas Peluru Perak Long Thocu, melawan ketua cabang dari Kong-ciu yang Tongkat Besi Tua Cia Thocu." Pa...