18. Menuju Gunung Thiat-san

1.8K 32 0
                                    

Tio Li Kun terkejut ia kuatir Gin Liong tentu marah. Dan memang benar, Gin Liong berteriak keras seraya loncat kemuka dan menuding Tio Tek Giam:

"Tutup mulutmu! Siapa yang engkau katakan tak tahu aturan itu ?"

Tio Tek Giam jago ketiga dari gunung Mo-thian-san deliki mata dan membentak:

"Memukul suteku sampai jatuh dari kuda, tengah malam menyelundup ke gunung, melukai saycu dari puncak timur, jelas bukan hendak mencari orang tetapi hendak mencari onar."

Ia berhenti dan tertawa mengekeh: "Kalau saat ini tak mau mengatakan terus terang, jangan harap engkau dapat tinggalkan tempat ini."

Mendengar itu Gin Liong menengadahkan kepala dan menghamburkan kemarahannya dalam sebuah tertawa yang nyaring dan panjang.

Para anak buah terkesiap bahkan Bong-kim-kong dan Thiat-lo-han pun tergetar hatinya lalu bersiap-siap turun tangan.

Diantara kelima persaudaraan Tio yang berada disitu, hanya Tio Li Kun seorang yang berobah cahaya mukanya, Dia bingung melihat toakonya diam saja. Padahal ia tak tahu bahwa sebenarnya toakonya itu sedang memperhatikan dengan tajam anak muda yang gagah itu.

"Jangankan ratusan anak buah kalian, pun semua alat2 perangkap dari gunung Mo-hian-san ini, tak mungkin mampu menahan kepergianku." seru Gin Liong.

"Budak bermulut besar...!" teriak Tio Tek Giam seraya dorongkan kedua tangannya yang telah disaluri dengan tenaga penuh,

Gin Liong pun menggembor dan ayunkan tangannya menghantam.

Terdengar suara benturan keras dan tubuh jago ketiga dari gunung Mo-thian-nia itu terhuyung-huyung beberapa langkah kebelakang. Tio Li Kun melengking dan loncat menyanggupi tubuh engkohnya. Dipandangnya Gin Liong dengan sorot mata tajam.

Tio Tek Beng saudara tertua dari ketujuh jago gunung Mo-thian-san terkejut, Dilihatnya Gin Liong masih tegak berdiri dengan wajah tenang.

Ia tak mengira sama sekali bahwa hanya dengan pukulan sebelah tangan, pemuda itu dapat melemparkan Tio Tek Giam.

Tio Tek Giam sendiri cepat2 menyalurkan napas, Tetapi ia dapatkan dirinya tak terluka sama sekali, Mau tak mau ia memandang jitmoaynya Tio Li Kun dengan terlongong, seperti hendak mengatakan: "Eh, mengapa aku tak menderita luka apa2!"

"Budak, terimalah palu besiku ini lagi!" tiba2 si limbung Thiat-lo-han berseru seraya loncat dan menghantam dengan kedua palu besinya.

Yang kiri menghantam lambung Gin Liong, palu besi yang kanan menghantam kepala pemuda itu. sekaligus ia lancarkan dua jurus serangan.

Gin Liong hanya tertawa dingin, Sekali bergeliat ia sudah menyelinap dibelakang orang limbung itu. Tetapi dia tak mau menyerangnya.

Si limbung Thiat-lo-han terlonygong-longong karena sasarannya tiba2 hilang. Dia baru terkejut ketika engkohnya nomor empat yakni Bong-kim-kong berteriak: "Lo Ngo, dibelakangmu...!"

Thiat-lo-han gelagapan dan cepat memutar sepasang palu besi dihantamkan kebelakang, seraya berseru angkuh: "Aku memang sudah tahu...."

Tetapi alangkah kejutnya ketika Gin Liong tak berada dibelakang.

"Kurang ajar, engkau sembunyi dibelakang lagi...." kali ini dia tak mau berputar tubuh melainkan lontarkan palu besi sebelah kebelakang.

Entah bagaimana terhadap orang limbung itu Gin Liong tak sampai untuk turun tangan, Begitu ia loncat kebelakang si limbung dan baru saja berdiri tegak, tiba2 palu besi sudah menyambar kemukanya. Dalam kejut Gin Liong pijakkan kaki ketanah dan melambung sampai tiga tombak ke udara.

Pedang Tanduk Naga - Sin LiongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang